Komunikasi, Hambatan, distrosi.

23.29 / Diposting oleh Drs. Achmad Chambali Hasjim, SH /

HAMBATAN, DISTORSI DAN EVASI KOMUNIKASI


HAMBATAN KOMUNIKASI

Untuk melakukan komunikasi yang benar-benar efektif, para ahli komunikasi berpendapat tidak mungkin, karena saat komunikasi berlangsung sering tanpa disadari timbul hambatan.

Berikut ini ada beberapa hambatan komunikasi yang patut diperhatikan oleh komunikator :


Hambatan Karena Gangguan ( Noises)

Ada 2 macam Gangguan menurut sifatnya :
Gangguan Mekanik/phonetik (mechanical / phonetic noise), yaitu gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik, seperti bunyi-bunyian yang berisik yang menggangu suara komunikator menjadi tidak jelas.

Gangguan Semantik ( Semantic Noise), yaitu gangguan yang terjadi berkaitan dengan bahasa/lambang-lambang yang memiliki makna ganda (kata-kata bersayap). Gangguan semantic dipengaruhi oleh pengertian yang konotatif (connotative meaning), yaitu pengertian yang bersifat emosional dan evaluative yang disebabkan latar belakang dan pengalaman seseorang (kalai denotative adalah pengertian sebagaimana yang ada dikamus/dipahami secara umum).

Hambatan Karena Kepentingan (Interest).

Faktor kepentingan juga akan menghambat komunikasi yang efektif, karena factor kepentingan komunikan yang membuat komunikan akan selektif dalam menerima dan menanggapi pesan. Orang akan terangsang oleh pesan yang menjadi kebutuhannya.

Hambatan Karena Motivasi (Motivation)
Faktor motivasi komunikan juga akan mempengaruhi tingkat kepedulian, perhatian dan rangsangan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Hambatan karena Prasangka (Prejudice)

Prasangka merupakan hambatan berat bagi proses komunikasi, kalau belum apa-apa komunikan sudah curiga baik terhadap komunikator maupun pesan yang akan disampaikan maka komunikasi tidak berjalan dengan efektif. Hal ini bisa saja karena ethos komunikator dimata komunikan sudah merosot. Dalam prsangka, emosi/perasaan memaksa menarik kesimpulan atas dasar syak wasangka tanpa didasari rasionalitas maupun fakta.

Gangguan yang bersifat mekanik dan semantic adalah hambatan yang sifatnya obyektif, yaitu hambatan yang timbulnya bukan disengaja oleh pihak lain, tetapi keadaan yang tidak menguntungkan jalannya proses komunikasi.

Sedangkan hambatan yang berkaitan dengan kepentingan, motivasi, prasangka (termasuk didalamnya tamak, iri, dengki apatisme) merupakan hambatan yang bersifat subyektif, yaitu ditimbulkan oleh salah satu pihak/komunikan.

Hambatan-hambatan lain bisa juga datang karena :
• Bahasa/Language
• Membela diri/Defensiveness
• Misreading of Body Language
• Emosi/Emotions
• Persepsi/Perception
• Perhatian/Attention
• Perbedaan Budaya/Cultural Differences
• Terlalu banyak informasi/Information Overload

Ada beberapa cara untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi (Overcoming Communication Barriers), yaitu melalui umpan balik/feedback-nya ; Informasi yang teratur/Regulate Information; Aktif mendengarkan/Listen Actively ; Bahasa yang sederhana/Simplify Language ; Emosi/Emotions


EVASI KOMUNIKASI.

Respon/tanggapan negative komunikan terhadap komunikator maupun pesan yang disampaikan bisa berupa ‘penentangan’ berupa sikap acuh tak acuh, mencemoh bahkan mendiskriditkan pesan.

Gejala mendiskriditkan atau menyesatkan pesan oleh komunikan karena tidak suka terhadap komunikator maupun pesan yang disampaikan dinamakan “Evasion of communication “

E. Cooper dan M. Johada, mengemukakan ada beberapa jenis evasi komunikasi :
Menyesatkan Pengertian,(understanding derailed), yaitu suatu pesan di-interpretasikan sesuai dengan kondisi emosi/perasaannya. Misal, temannya mengajak agar meningkatkan kedisiplinan. Oleh yang menerima pesan di-interpretarsikan temannya itu mau ‘cari muka’.

Mencacatkan Pesan (message made invalid), yaitu pesan yang diterima di-interpretasikan dan dikembangkan tidak sebagaimana mestinya. Misal, si-A, baru ditegur oleh atasannya, si-B yang tidak suka dengan si-A, cerita kepada si-C, bahwa si-A, dimarahi atasannya, si-C yang tidak suka dengan s-A, cerita kepada si-D, kalau si-A, di skors oleh pimpinannya.

Merubah Kerangka Referensi (changing frame of reference), Seseorang dalam menerima pesan, sering dimaknai sesuai dengan kerangka referensinya sendiri, baik kerangka piker maupun kerangka pengalamannya sendiri. Misal, Seseorang yang telah mengenal dan mempunyai pengalaman tentang Wisata Bali, akan berbeda responnya bagi yang belum tahu tentang Wisata Bali, saat disampaikan pesan-pesan tentang Wisata bali.

Distrosi
Kekurang tepatan atau perbedaan arti diantara pesan yang dikirim dengan interpretasi penerimanya dinamakan ‘distorsi’. Efektifitas komunikasi tidak saja pada aspek cara berkomunikasinya, tetapi juga aspek isi pesan yang disampaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi distrosi pada pola komunikasi personal, maka faktornya juga personal, tetapi kalau komunikasi dalam kelompok/organisasi, disamping factor personal juga dipengaruhi factor kelompok/organisasi


Distrosi yang dipengaruhi oleh factor personal, yang memegang peranan peting adalah masalah persepsi. Lewis (1987) mengatakan bahwa persepsi adalah proses pengamatan, pemilihan, pengorganisasian stimulus yang sedang diamati dan membuat interpretasi (penafsiran) mengenai pengamatannya itu.

Hal-hal yang berkenaan dengan persepsi personal yang mempengaruhi distorsi dalam proses komunikasi, tersebut adalah :

1. Orang mengamati sesuatu itu selektif.
Keterbatasan kemampuan pancaindera kita dalam merespon lingkungan yang sangat terbatas sehingga akan melakukan persepsi pilihan. Pilihan tersebut maksudnya akan memusatkan perhatian pada stimulus/rangsangan keinderaan kita, dengan mengabaikan stimulus lainnya.

Misalnya ada dorongan stimulus dari diri kita untuk melihat tv, sedang bersamaan dengan itu ada stimulus/rangsangan untuk indera kita dari luar diri kita, yaitu orang berbicara dengan kita, tentu saja keduanya sulit menjadi perhatian pada derajat yang sama oleh indera kita, sehingga akan terjadi pengabaian dari salah satunya, sehingga pesan yang sampai menjadi distorsi dalam komunikasi tersebut.

2. Orang melihat sesuatu konsisten dengan apa yang mereka percayai.
Persepsi kita mengenai sesuatu, dipengaruhi oleh keyakinan yang selama ini kita percayai tentang orang, benda atau kejadian itu. Misalnya, menurut saya orang itu dapat dipercaya, tetapi ternyata teman kerja dia mengatakan orang tersebut tidak dapat dipercaya. Atau misalnya hiasan itu bagus untuk pajangan dirumah, tetapi teman saja mengatakan tidak bagus. Kondisi ini akan mempengaruhi interpretasi pesan.

3. Bahasa itu sendiri yang kurang tepat.
Dalam komunikasi, bahasa digunakan untuk menyatakan persepsi. Menggunakan bahas yang tidak berlaku umum, akan menimbulkan distorsi. Misalnya kita bilang ‘atos’ untuk orang jawa itu berarti keras, namun bagi orang Sunda itu bersrti sudah. Sesungguhnya bahas yang tepat dapat menunjukkan orang, benda atau kejadian sebagaimana keadaan yang sesungguhnya. Mengingat banyaknya bahasa, maka digunakan pada ruang dan waktu yang tepat.

4. Arti suatu pesan terjadi pada level isi dan relasi.
Suatu pesan diinterpretasikan pada level isi dan relasi (hubungan). Pada lever/tataran isi menunjuk pad ide-gagasan, hal-hal, orang, benda atau kejadian yang dibicarakan (verbal) atau disampaikan (non verbal). Sedang pada level/tataran relasi, menunjuk pada bagaimana isi pesan dalam proses komunikasi. Misalnya seseorang menyampaikan sesuatu prestasi seseorang (level isi) dengan cara senyuman yang sinis (level relasi) akan bermakna berbeda kalau disampaikan dengan penuh senyuman kebanggan. Demikian juga (level relasi) pihak penerima pesan.

5. Tidak adanya kosistensi bahasa verbal dan non verbal.
Pace (1989), mengungkapkann bahwa percakapan diantara dua orang diperkirakan bahwa arti dari pesan dari bahasa verbal diserap 35 % dan dari bahsaa non verbal diserap 65 %. Dengan demikian bahwa sumber arti dan perasaan dari pesan yang disampaikan adalah berasal dari pesan non verbal.
Ini artinya konsistensi yan g diucapkan dengan yang diperbuat, harus dijaga agar tidak terjadi distriorsi. Sering kita dapati yang diungkapkan dengan lisan berarti ia atau setuju, tetapi bahas tubuhnyanya (non verbal) menunjukkan ketidak setujuannya.

6. Pesan yang meragukan
Keraguan pesan dalam kontek berkomunikasi mengarah pada ketiga keraguan, yaitu keraguan isi pesan, maksud pesan, dan keraguan efek pesan.

Keraguan isi pesan, berkenaan dengan ketidakpastian apa arti pesan yang sesungguhnya (pesannya kabur). Makin besar keraguan arti pesan, makin sulit untuk memahami pesan itu.


Keraguan maksud pesan, menunjuk pada ketidakjelasan maksud dari pengirim pesan. Misalnya sesorang dipanggil untuk menghadap, tetapi tidak dijelskan apa yang mau dibicarakan.

Keraguan efek pesan, berkenaan dengan ketidakpastian memprediksi atau memperkirakan konsekuensi yang mungkin dari suatu pesan. Kita mungkin menginterpretasikan dengan tepat isi pesan, tetapi tidak mampu memprediksi efek isi pesan tersebut. Misalnya, seorang yang dipanggil tersebut diatas karena ada keraguan maksud, maka ini menimbulkan distorsi, yaitu waktu diajak bicara dia tidak menyiapkan apa-apa yang patut dikemukakan.

7. Memori yang mengarah penajaman atau penyamarataan.
Memori / atau daya ingat seseorang dipengaruhi oleh sikap penajaman atau penyamarataan. Sesorang yang memiliki memori dengan pola penyamarataan, cenderung mengeneralisasi masalah dan kehilangan struktur pesan yang utuh. Berbeda dengan seseong yang memiliki memori dengan pola penajaman, ia akan memiliki struktur permasalahan yang detail dan lengkap. Sehingga pesan yang diterima tidak distrosi.

8. Motivasi bisa membangkitkan distorsi pesan.
Sikap terhadap isi, seseorang yang mempunyai sikap negative terhadap isi pesan, cenderung untuk mengabstraksikan secara negative, begitu sebaliknya. Keinginan dan motivasi dari pembicara, yang menyederhanakan pesan, menghaluskan agar pantas, untuk menyenangkan, sehingga mengaburkan isi substansi pesan akan menimbulkan distorsi. ****

Diposting : Drs. Ach. Chambali Hasjim, SH.


Label:

0 komentar:

Posting Komentar