Halal Bihalal

22.15 / Diposting oleh Drs. Achmad Chambali Hasjim, SH /


HALAL BIHALAL - SILATURRAHIM
 (Kuliah Subuh Online)

http://poligami.jeeran.com/images/BASMALAH.gif
Ass wrwb
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
yaa ayyuhaalladziina aamanuu kutiba 'alaykumush-shiyaamu kamaa kutiba 'alaalladziina min qoblikum la'allakum tattaquun
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Majelis netizen rohimatullah
·      Sebelumnya  kita panjatkan syukur kehadirat allah swt.. Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
·      Alhamdulillaahil ladzii  an ’amana al iimaani wal islaami, segala puji bagi allah yang telah melimpahkan  nikmat iman dan islam.
·      Wa nikmatan  ‘umrihi,  wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana seruan Rasuulloh sawl “barangsiapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).... Amien.
·      Berkat rahmat dan nimat itulah, pagi ini kita dapat menunaikan sholat subuh berjamaah di rumah Allah yang penuh rahmat.. Baiturrohmah.
·      Sholat subuh yang selalu disaksikan oleh malaikat ini seperti difirmankan Allah Ta’ala dalam QS. Al israa’-78, oleh Rasululloh saw di tegaskan bahwa “barang siapa sholat shubuh, maka ia dalam jaminan Allah....(hr. Muslim. No 1.050)
·      Wanusyolaa wanusalamu ‘alaa khoiril anaam  Muhammadin shalalloohu ‘alaihi wassalam,  sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan penghulu alam-nabi besar Muhammad salallaahu alaihi wassalam, beserta para keluarga, sahabat serta umatnya  ....amien
Saya juga ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan keluarga keluar saya serta hadirin “ ...
Yaa ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa-antum muslimuun /... Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam. (Qs. Ali Imran (3:102)
·      Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa, yaitu  dengan  melaksanakan semua perintahnya (sesuai dengan kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri bisa dengan duduk tidak bisa duduk bisa dengan tidur.
·      Dan meninggalkan semua larangannya (secara mutlak)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alasan, misalnya “belum mampu” meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nanti aja, ya tidak bisa gitu !!!
·      Abu Hurairah r.a, menceritakan ia  mendengar rasulullah saw sabda, : ” apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(hr.Bukhari dan Muslim).
·      Apa yang akan saya sampaikan bukan hal yang baru, karena risalah agama ya memang sudah sempurna sampai rasululloh saw wafat,
·      Dakwah itu hanya berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw.  (Al Ghosyiah [88]:21)
·      Selebihnya, tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
·      Hari ini kami mendapat amanat untuk menyampaikan “amar ma’ruf” menyeru kepada kebaikan, ini sesuai dengan perintah allah ta’ala (QS. Ali Imran 104)
·      Dan  kata Rasululloh saw, ad daallu ‘alal khoiri kafaa ’illihi orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan orang yang diajaknya /HR. Tirmizi)
·      Dan mudah-mudahan saya tidak termasuk golongan yang diperingatkan allah ta’ala :
http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/images/2/2_44.png
Ata/muruunan-naasa bilbirri watansawna an-fusakum  wa-antum tat luunal kitaaba Afalaa ta'qiluun
[2:44}. “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al kitab (taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Asbabunnuzul turunya ayat 44 surah al baqarah ini, allah menegur, seorang yahudi yang menyuruh anak dan mantunya serta kaum kerabatnya yang telah memeluk agama islam untuk melaksanakan kewajibannya, tetapi dirinya sendiri tetap saja mengingkari... Ia menyuruh orang berbuat baik/beramal sholeh, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian ini.
·      Dakwah berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw. 
·      Selebihnya, tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.

Majelis Netizen Rohimatullah
·      Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah shaum, yang targetnya seperti ditegaskan dalam QS. Al_Balqarah (2:183), adalah , la’alakum tattaqun /agar kamu bertakwa  (menjaga diri dari perbuatan munkar). 
·      Karena, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah orang yang paling taqwa diantara kamu./….inna akromakum ‘indallahi attaqwa….. (QS. Al-Hujarat_49:13).  Artinya, kalau kita benar-benar ingin mengejar kemuliaan dunia akherat, jalan satu-satunya adalah melalui pintu ’Taqwa’ (sebenar-benar taqwa dan istiqomah).
·      Orang yang bertaqwa atau “muttaqin” merupakan dambaan semua umat Muhammad, karena ini merupakan “maqoman-mahmudah” (derajat tertinggi di sisi Allah SWT).
·      Untuk dapat sampai disana, diperlukan kesungguhan hati untuk menggapainya, ibarat suatu perjalanan perlu melewati beberapa “Terminal Blok M” mulai dari Maqom Muslimim” (setelah bersahadat sebagai seorang muslim/ibarat masih TK, semua amalannya diukur dengan pahala dan dosa semata), kemudian menuju terminal berikutnya “Maqom Mukminin” (ibadahnya sudah dibarengi dengan keimanan, diyakini dalam hati, dikrarkan dengan lisannya dan terwujud dalam perilakunya, ibarat sudah naik ke SD) ), kemudian Maqom Muhsinin (ikhsan artinya baik, keislaman dan keimanannya terimplementasi dalam sikap dan perilaku yang baik/akhlakul karimah, naik ke SMP);
·      Selanjutnya Maqom Mukhlisin (Ikhlas), Seorang muslim yang mukmin, dan mukhsin, yang selalu melakukan kebaikan/ikhsan, ikhlas semata-mata karena Allah SWT. (sudah tingkatan SLTA). Allah SWT menggambarkan seorang mukhlisin sbb. “alladziina yunfiquuna fiis-sarroo-i wadhdharroo-i walkaatsimiinal ghoyzha wal'aafiina 'aninnaasi walaahu yukhibbul mukhsiniin/(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [QS. Ali_Imran (3:134)]. 
·      Pada derajat ini, syaitan laknatullah tidak mampu menggoda dan mempengaruhinya (menyesatkan) karena sang hamba dijaga langsung oleh Allah SWT. Subhanallah! . Ini dapat dilihat dialog syetan dengan Allah SWT (QS. Al-Hijr [15]:39-40): Qoola, robbi bimaa aghwaytanii lauzayyinanna lahum fiil-ardhi walaughwiyannahum ajma'iin /[15:39] Iblis berkata : "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, illaa 'ibaadaka minhumul mukhlashiin/[15:40] kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
·      Dan puncaknya Maqoman Mahmudah, yaitu Muttaqin, (taqwa atau takut ), Secara istilah adalah orang melaksanakan perintah Allah secara sempurna, dan menjauhkan perintah Allah, Islam Kaffah (sudah tingkat Universitas), Dalam QS. Al-Hujurat [49]: 13) ditegaskan bahwa :…” Waja’alnakum – syu’uuban – waqobaa-ila/Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku Lita- ’Aarofu/Supaya kamu saling mengenal Inna Akromakum ‘Indallahi At-Qookum…/sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
·      Secara harfiah, kata taqwa, dari huruf ta’ – kaf – waw – dan ya’  yang memiliki makna :
~     (Ta’) Tawaddu’, yaitu rendah hati, tidak sombong, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita.  Sifat sombong/takabur itu merupakan sikap yang mengingkari kebenaran, karena ia menutupi kebohongan dirinya, dan berakibat terjadinya kerusakan di muka bumi ini.  Rasulullah SAW  bersabda, : “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”  (HR. Muslim). Dalam QS. Al-Qoshosh (28 -83.), Allah SWT telah memperingatkan :
Tilkad-daarul aakhiroti naj’alukaa lil ladziina laa yuriduuna ‘uluw-wan fil arddzi wa laa fasaadaa, wal ‘aaqibatu lil muttaqiin.
[28:83] ”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan di muka bumi dan kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa .

~     (Kaf) Kona’ah, Secara maknawi, konaah berarti menerima apa adanya, merasa ikhlas dengan kondisi apapun yang dialami. Dalam bahasa Jawa adalah (nip)“nrimo ing pandum”.  Kalau pemaknaannya hanya sampai disini, maka akan lebih pada putus asa.
Dalam konsep Ilahiyah, qona’ah adalah berserah diri dan ikhlas menerima apa yang diberikan Allah swt, dengan tawakkal.  Konsep tawakkal, manusia hanya pada proses, sedang pada penetapan hasil berserah diri pada Allah swt.
QS. Ali Imraan (3:160)
Iyyan-shurkumulloohu fa laa ghooliba lakum/Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; wa iyyakh-dzulkum /jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), faman dzal-ladzii yanshurukum mim ba’dih /maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? wa ‘alallohi fal yatawakkalil mu’minuun /Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.

~     (Waw) Warro’ / Wirra’i, maksudnya menjauhkan diri dari hal-hal mungkar/malu untuk berbuat munkar kepada Allah swt dan kepada sesamanya. Untuk mencegahnya dengan ibadah sholat, karena sholat dapat mencegah perilaku munkar. ”.. “…wa aqimish-shalaata innassh-shalaata tanhaa ‘anil-fakhsyaa’I wal-munkar …..”/Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan yang jahat (keji) dan yang mungkar. (QS. Al_’Ankabuut [29] : 45)

~     (Ya’) Yaqin, Artinya kemantapan hati/tidak ada keraguan sedikitpun, haqul yakin dan tidak ada keraguan dalam menikuti perintah dan mejauhi larangan Allah swt.   Dengan mengimani Al_Qur’an sebagai petunjuk Allah swt, ”za-likal kitabbu laa roiba fih,/Kitab  (Al quran) ini tidak ada keraguan padanya; hudal lil muttaqin, /petunjuk bagi mereka yang bertaqwa  (QS. Al-Baqoroh [2]:2)
·      Takwa dalam konsep Al Qur’an, yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak cukup diartikan dengan takut saja.  Ciri-ciri orang bertaqwa adalah, Allaziina Yu’minuuna,/yaitu, mereka yang beriman; Bil-Ghoibi /percaya kepada yang ghoib; Wa-Yuqiimuunas-Sholaata/mendirikan sholat; Wa Mimma Razaqnaahum Yunfiquun/ menafkahkan sebagian rezekinya yang Kami anugerahkan kepada mereka (QS. Al-Baqoroh [2]:3)

Halal bihalal di Pasca Romadhon
·      Budaya Islami pasca romadhon untuk bersilaturahmi, dengan kemasan “halal bihalal’ hanya ada di Indonesia tidak dikenal baik semasa Rasululloh saw, sahabat, tabi’it, tabi’it tabi’in, shalafush-sholihin maupun sampai saat ini di negara-negara Islam didunia ini.
·      Label Halal Bihalal yang berarti “Halal dengan yang halal” atau “sama-sama saling menghalalkan” atas kehilafan, sehingga kembali suci bak bayi lahir. Mungkin istilah halal bi halal, ia meniru uslub (gaya bahasa) qur’ani, seperti : “..nafsa bin nafsi wal 'aina bil aini wal anfa bil anfi…" /jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung…" QS. Al-Ma’idah (5:45), atau …”al khurru bil khurri, wal ‘abdu bil ‘abdi, wal untsaa bil untsaa,…/orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. QS Al-Baqoroh [2]:178. Terkait hukum qishosh (hukum balas).
·      Intinya, acara silaturahmi dengan kemasan Halal Bihalal pada pasca Romadhon, teriring do’a Minal ‘aidin wal faidzin /(semoga Allah menjadikan) kita bagian dari orang-orang yang kembali (kepada kesucian/ketaqwaan) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah)  
·      ini adalah media untuk saling memaafkan, untuk memparipurnakan atau melengkapi setelah kita kembali ke fitrah (‘iedil fitri), kembali bersih bak bayi baru lahir.  Makanya dalam acara itu, yang harus disampaikan adalah “ permintaan maaf” baru dikuti ucapan lainnya, seperti yang dilakukan sahabat Rasululloh SAW. Taqobbalallahu minna wa minkum”/Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian. Rasululloh menjawab : Taqabbalallahu minna waminkum wa ahalahullahu ‘alaik”/Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah menyempurnakannya atasmu.
·      Dari Jubair bin Nufair, ia berkata, Dahulu para sahabat Nabi shalallahu’alaihi wasallam mengucapkan ‘Taqobbalallahu minna wa minkum’ ketika saling bertemu di hari Idul Fitri. Al-Hafidz (Ibnu Hajar) berkata tentang riwayat ini, “Sanadnya hasan.”  Para sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum,  /semoga juga puasaku dan kalian diterima.
·      Dengan saling memaafkan lahir dan bathin, seringlah muncul ungkapan “kosong-kosong” maksud sama-sama semua kesalahan sudah termaafkan.  Memaafkan merupakan sikap sangat terpuji. Karena pemaaf tanda-tanda ketaqwaan seseorang, QS Al-Baqarah [2]:237 : “Wa an ta’fuu aqrobu lit-taqwaa/“..Dan jika kamu memaafkan, maka hal itu lebih dekat kepada takwa…”

Bersilaturahmi
·      Hahal bihalal sebagai budaya islami yang sering dilakukan pada pasca Romadhon, intinya ada pada untuk saling bermaafan dan bersilaturahmi.   
·      Pengertian silaturahmi dari bahasa Arab, tersusun dari dua kata silah yaitu, ‘alaqah (hubungan) dan kata al-rahmi yaitu, al-Qorobah (kerabat) atau mustauda’ al-janîn  artinya “rahim atau peranakan”. (al-Munawwir, 1638, 1668) Kata al-Rahim seakar dengan kata al-Rahmah dari kata rahima “menyayangi-mengasihi”.  Jadi secara harfiyah silaturahmi artinya “Menghubungkan tali kekerabatan, menghubungkan kasih sayang”.

Keutamaan silaturahmi.
·      Manusia adalah mahluk social (zoon politicon) yang selalu saling membutuhkan baik perhatian, teman dan kasih sayang dari sesamanya. Dan setiap individu terikat oleh hubungan (emosional, social, ekonomi, komunikasi, dll) dengan individu lain.
·      Agar hubungan berjalan baik, maka secara fitrah setiap individu selalu berusaha berbuat baik dengan menjalin silaturahmi.  
·      Beberapa keutamaan Silaturahmi, diantaranya adalah :
a.  Silaturahmi sebagian dari konsekuensi iman.
Seorang mukmin atau yang beriman, memiliki kosekuensi logis yang tercermin dari sikap bagaimana ia menjalin silaturahmi. Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah swt dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi". (HR Bukhori dan Muslim)
b.  Silatruahmi penyebab bertambah umur dan luas rizqi
Sering diungkapkan bahwa melakukan silaturahmi itu akan memperpanjang umur dan dimurahkan rezekinya, ini seperti yang diungkapkan Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali) silaturahim.” (HR Bukhari-Muslim)
Lantas pertanyaannya, padahal ajal sudah ditetapkan apakah mungkin ada penundaan ajal atau penambahan umur ?  sebagaimana yang difirmankan Allah SWT : “…wamaa yu-‘ammaru mim mu’ammariw wa laa yunqoshu mim ‘umurihii illa fi kitaab..’/Dan sekali-kali tidak diperpanjang umur seorang yang berumur panjang, dan tidak pula dikurangi umurnya melainkan sudah (sudah sitetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfutzh) QS. Faathir (Pencipta) [35]:11,  Demikian juga dalam QS. Al_A’raaf [7]:34, Allah SWT berfirman :
Walikulli ummatin ajal, faidzaa jaa-a ajaluhum laa yasta’khiruuna saa ‘ataw- wa laa yastaqdimuun.
[7:34] Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
Yang dipanjangkan usianya, adalah diberikan keberkahan dalam usia yang telah ditetapkan, sehingga dengan usianya yang telah ditetapkan itu, ia memiliki banyak kesempatan untuk beribadah, bertaqorrub dan beramal sholeh. 
Mungkin untuk mendapatkan keberkahan seperti itu ada orang yang membutuhkan umur yang lama, tetapi ia dengan umur yang telah ditetapkan memiliki amalan yang banyak.
c.  Silaturahmi akan selalu berhubungan dengan Allah swt.
Dari Aisyah ra berkata, Rosulullah saw bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari dan Muslim).
d.  Silaturahmi salah satu penyebab masuk surga dan jauh dari neraka
Dari Abu Ayyub al-Anshari ra, sesungguhnya seorang laki-laki berkata: Ya Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan menjauhkan aku dari neraka.
Maka Rasululloh saw bersabda : "Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi" (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW memperingatkan terhadap orang-orang yang memutuskan tali silatu rahim : “Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan tali silatu rahim” (HR.Muslim).
Dengan bersilatur rahim, maka akan timbul rasa kasih sayang diantara sesama, dan kasih sayang ini akan menyempurnakan keimanan.   Meskipun mudah namun kadang tidak mudah untuk diterapkan, butuh kelapangan dada dan keluasan hati serta keikhlasan, padahal Rasulullah SAW bersabda : “Kebaikan yang paling cepat balasannya adalah berbuat kebaikan dan silaturahim”
e.  Silaturahmi merupakan ketaatan atas perintah Allah swt.
Tanda-tanda seorang yang beriman adalah yang selalu taat kepada semua perintah Allah SWT. Menyambung Silaturahmi merupakan perintah Allah SWT,  QS. Ra-Ra’d (13:21),
walladziina yashiluuna maa amarollaahu bihi an yuushola wayakh syawna robbahum wayakhoofuuna suu-alkhisaab
[13:21] dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk.
f.   Silaturahim merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah swt.
Dari seorang laki-laki dari Khos’am berkata : saya mendatangi Rasulullah saw sedangkan beliau sedang bersama salah seorang sahabatnya, aku berkata : kamu mengaku bahwa engkau adalah Rasulullah? Rasulullah saw menjawab : “iya”, aku bertanya : amalan apa yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab ; “Beriman kepada Allah swt ”, aku bertanya lagi, kemudian apa lagi ? beliau menjawab : “kemudian menyambung silaturahmi”. (HR Abu Ya’la dengan sanan Jayyid)
g.  Pahala silaturahmi lebih besar dari pada memerdekakan budak
Dari Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi saw sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: "Apakah sudah engkau lakukan?" Dia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya untukmu." (HR Bukhori dan Muslim)
h.  Silaturahmi, sesungguhnya sedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain
Dari Salman bin 'Amir ra, dari Nabi saw beliau bersabda: "Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala : sedekah dan silaturahmi." (HR Tirmidzi)
Yang Memutus Tali Silaturahmi.
a.     Peringatan Allah SWT
Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya dengan laknat dan adzab, diantara firmanNya dalam QS. Muhammad [47]:22,23 
Fa hal ‘asaitum in tawallaitum an tufsiduu fil ardzi wa tuqoth-thi-‘uu arkhaa makum.
[47:22]. Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan” ?
Ulaaikal-ladziina la-anahumulloohu fa ashommahum wa a’maa abshoorahum.
[47:23]. “Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.

b.  Ancamannya
Apabila meninggalkan silaturahmi maka akan mendapatkan ancaman dan akibat yang diperoleh. Diantara ancaman memutuskan silaturahmi adalah :
Ø Tidak akan diterima amalnya.
Dari Abu Hurairah ra berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda “ “sesungguhnya perbuatan anak cucu Adam diperlihatkan pada setiap kamis malam jumat, maka tidak akan diterima amalnya orang yang memutus tali silaturahmi”. (HR Ahmad)
Ø Akan terputus hubungannya dengan Allah swt.
Rosulullah saw bersabda, “dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari, dan Muslim)
Ø Tidak termasuk golongan yang beriman kepada Allah swt dan hari akherat. 
Karena salah satu tanda keimanan seseorang adalah senantiasa meghubungkan silaturahmi. [QS. Ra-Ra’d (13:21)].
Ø Akan dilaknat oleh Allah dan dimasukan kedalam neraka jahanam.  
Allah swt berfirman dalam QS Ar-Ra’d [13]:25,
Wal ladziina yanqudzuuna ‘abdalloohi mim ba’di, mitsaaqihi wa yaqta-‘uuna maa amaralloohu bihii ay-yuushola wa yufsiduuna fil ardhi ulaa ika lahumul la’ natu walahum suu’ud daar.
[13:25]. orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam)
Dan dalam QS. Muhammad [47]:22,23 seperti yang telah diuraikan diatas.
Ø Tidak masuk surga.
Dari Jubair bin Mut’im ra sesungguhnya Rosulullah saw bersabda, " Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan.". Sufyan berkata : “yaitu yang memutus hubungan tali silaturahmi” (HR. Bukhari dan Muslim)
·      Demikian Keutamaan, Rahasia Silaturahmi dan Peringatan bagi yang memutus tali silaturahmi, semoga kita termasuk golongan yang selalu memelihara tali silaturahmi. Amien.
·      Demikian hikmah Halal Bihalal, sebuah acara silaturahmi yang dilakukan setiap pasca Romadhon, semoga kita mampu melalkukan secara benar dan tidak melampaui batas syar’iyahnya. ********* (Pasca Romadhon/Syawal 1433)*
·      Sebagai penutup mari kita renungkan sindiran dari Allah SWT seperti difirmankan dalam Surah An Nahl (16) : 92 : walaa takuunuu kallatii naqadhat ghazlahaa min ba'di quwwatin ankaatsan tattakhidzuuna ( Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembalI,….)
·      Apa yang sudah kita ‘pintal’ dibulan romadhon, misalnya kita pintal ‘benang-benang’ syiam, qiyamul lail, sodaqoh, tilawatil qur’an, maashshobirin, dan ibadah-ibadah lain sehingga menjadi ‘kain’  pembungkus sebagi muttaqin, setelah usai romadhon jangan di urai lagi “bebang-benang ibadah’ tersebut, sehingga yang didapat hanya tumpukan benang kusut. 

Waloohu a’lam bishowab
Taqobalallaahu minnaa wa minkum, shiyamana wa shiyamakum.
Ja ’ala nalloohu minal ‘aidin wal faizin ..
Demikian yang saya sampaikan bila itu kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah semata, karena sifat-nya yang  al haaq/yang maha benar,
Kalau ada salahnya, itulah kesalahan saya sebagai manusia,
Yang sifatnya memang deket dengan kekhilafan
Seperti kata pepatah arab :
al insaanu makhallul khoto wan nisyaan”.

ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallahumma wabihamdika
Asyhadualla ilahailla anta
Astagfiruka wa’atubu ilaik
“maha suci engkau ya allah, dengan memuji-mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-mu, aku memohon pengampunan-mu dan bertaubat kepada-mu.”
(hr. Tirmidzi, shahih).
Nas-alullah as-salamah wal ‘afiyah/
Hanya kepada allah kita mohon keselamatan.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum warahmatulloohi wabarokatuh


Robbanaa taqobbal minnaa
innaka antassamii'ul 'aliim
Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".
Robbanaa waj'alnaa muslimayni
laka wamin dzurriyyatinaa
ummatan muslimatan
laka wa-arinaa manaasikanaa
watub 'alaynaa innaka antat tawwaaburrahiim
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
QS. Al_Baqoroh (2:128,128)
Amien !!


Label:

0 komentar:

Posting Komentar