Renstra Hidup

02.47 / Diposting oleh Drs. Achmad Chambali Hasjim, SH /



RENCANA STRATEGIK  (RENSTRA) DALAM KEHIDUPAN
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ

http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/images/2/2_201.png
waminhum man yaquulu rabbanaa aatinaa fiiddunyaa hasanatan wafiil-aakhiroti hasanatan waqinaa 'adzaabannaar
[2:201] Dan di antara mereka ada orang yang bendo'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"127.
(QS. Al Baqarah [2]: 201)

Majelis netizen rohimatullah
·      Sebelumnya  kita panjatkan syukur kehadirat allah swt.. Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
·      Alhamdulillaahil ladzii  an ’amana al iimaani wal islaami, segala puji bagi allah yang telah melimpahkan  nikmat iman dan islam.
·      Wa nikmatan  ‘umrihi,  wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana seruan Rasuulloh sawl barangsiapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).... Amien.
·      Berkat rahmat dan nimat itulah, pagi ini kita dapat menunaikan sholat subuh berjamaah di rumah Allah yang penuh rahmat.. Baiturrohmah.
·      Sholat subuh yang selalu disaksikan oleh malaikat ini seperti difirmankan Allah Ta’ala dalam QS. Al israa’-78, oleh Rasululloh saw di tegaskan bahwa “barang siapa sholat shubuh, maka ia dalam jaminan Allah....(hr. Muslim. No 1.050)
·      Wasyolaatu wassalamu ‘alaa khoiril anaam  Muhammadin shalalloohu ‘alaihi wassalam,  sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan penghulu alam-nabi besar Muhammad salallaahu alaihi wassalam, beserta para keluarga, sahabat serta umatnya  ....amien
Saya juga ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan keluarga keluar saya serta hadirin “ ...
Yaa ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa-antum muslimuun /... Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam. (Qs. Ali Imran (3:102)
·      Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa, yaitu  dengan  melaksanakan semua perintahnya (sesuai dengan kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri bisa dengan duduk tidak bisa duduk bisa dengan tidur.
·      Dan meninggalkan semua larangannya (secara mutlak)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alasan, misalnya “belum mampu” meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nanti aja, ya tidak bisa gitu !!!
·      Abu Hurairah r.a, menceritakan ia  mendengar rasulullah saw sabda, : ” apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(hr.Bukhari dan Muslim).
·      Apa yang akan saya sampaikan bukan hal yang baru, karena risalah agama ya memang sudah sempurna sampai rasululloh saw wafat,
·      Dakwah itu hanya berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw.  (Al Ghosyiah [88]:21)
·      Selebihnya, tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
·      Hari ini kami mendapat amanat untuk menyampaikan “amar ma’ruf” menyeru kepada kebaikan, ini sesuai dengan perintah allah ta’ala (QS. Ali Imran 104)
·      Dan  kata Rasululloh saw, ad daallu ‘alal khoiri kafaa ’illihi orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan orang yang diajaknya /HR. Tirmizi)
·      Dan mudah-mudahan saya tidak termasuk golongan yang diperingatkan allah ta’ala :
http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/images/2/2_44.png
Ata/muruunan-naasa bilbirri watansawna an-fusakum  wa-antum tat luunal kitaaba Afalaa ta'qiluun
[2:44}. “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al kitab (taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Asbabunnuzul turunya ayat 44 surah al baqarah ini, allah menegur, seorang yahudi yang menyuruh anak dan mantunya serta kaum kerabatnya yang telah memeluk agama islam untuk melaksanakan kewajibannya, tetapi dirinya sendiri tetap saja mengingkari... Ia menyuruh orang berbuat baik/beramal sholeh, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian ini.
·      Dakwah berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw. 
·      Selebihnya, tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
Majelis netizen rohimatullah
·      Setiap kehidupan seorang manusia, disadari atau tidak pasti telah menetapkan suatu tujuan dalam hidupnya, memang secara formal tidak ada yang mendokumentasikan dalam suatu catatan tersendiri, cukup disimpan dalam memori di otaknya.
·      Memenej kehidupan kalau mau tertib, tak ubahnya juga seperti memenej suatu organisasi, karena pada hakekatnya kita adalah ‘CEO” dari seluruh perangkat hidup dalam diri kita, yang harus kita ‘direct’ untuk mencapai tujuan hidup yang kita inginkan.
·      Oleh karena itu setiap insan hamba Allah, apabila menginginkan kehidupannya dunia dan akheratnya sukses harus memiliki ‘ghoyah’ (visi), ‘adhaf (perencanaan), takhtith’ (strategi), ‘tatbig’ (pelaksanaan), kemudian melakukan ‘muhasabah’ (evaluasi diri).
·      Komponen inilah yang akan dijadikan sebagai suatu ‘rencana strategi’ kehidupan yang akan kita jalani agar kita tidak termasuk golongan yang merugi, atau mungkin malah bangkrut.
·      Allah SWT dengan bersumpah “demi waktu” (wal ’asry), begitu pentingnya masalah waktu (kesempatan), bahwa Sahabat yang paling jauh adalah ‘Waktu’  karena waktu yg telah lewat tak bisa dijangkau lagi.  Dan Shabat yang paling dekat, juga waktu, sehingga ‘ketetapan waktu untuk kematian kita bisa saja seditik kedepan.
http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/images/103/103_1.png
wal'ashri
[103:1] Demi masa.
http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/images/103/103_2.png
inna l-insaana lafii khusrin
[103:2] Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
http://alquran.babinrohis.esdm.go.id/images/103/103_3.png
Illaaalladziina aamanuu wa'amiluush-shoolikhaati  watawaa sawbilkhaqqi watawaa sawbish-shobri
[103:3] kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

·      Ada juga manusia yang bangkrut, yaitu manusia yang meninggal dengan membawa amal ibadah banyak dari sholatnya, xakatnya, puasanya dan hajinya, tetapi tidak bisa menjadi tabiatnya, sehingga suka menyakiti orang lain, maka ia bangkrut saat dilakukan hisab pada Yaumil Hisab
~     Rosulloh saw bertanya kepada sahabatnya : Tahukah kamu orang yang bangkrut itu;
~     para sahabat menjawabnya : orang yang bangkrut adalah orang yang harta bendanya telah habis dan tak punya apa-apa lagi.
~     Bukan itu kata Rosululloh saw, orang yang bangkrut adalah orang yang mati dengan membawa amal sholeh banyak, amalan sholatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, ilmunya dll. tetapi karena waktu hidupnya sering mengumpat, memaki, bicaranya selalu menyakiti hati orang, maka tatkala akan dimasukkan sorga oleh Allah, orang yang pernah disakitinya memprotes kepada Allah, akhirnya amalan orang tersebut diberikan kepada orang yang disakitinya sampai habis, sehingga dosa orang yang disakitinya diberikan kepadanya. 
·      Agar tidak rugi dan lebih-lebih bangkrut, mari menyusun “Renstra”  kehidupan, ddengan menetapkan visi dan misi kehidupan ini agar tujuan hidup kita dapat tercapai secara optimal,

VISI,
·      Visi yang merupakan pandangan atau sasaran yang jauh kedepan, sebagai suatu cita-cita, sebagai tujuan akhir, dalam hidup kita adalah “
fiiddunyaa hasanatan, wafiil-aakhirati hasanatan”
kebaikan hidup didunia dan dikaerat kelak”
Karena itu do’a yang sering kita baca sebagai do’a sapu jagat adalah:
“…robbanaa aatinaa fiiddunyaa khasanatan wafiil-aakhiroti  khasanatan waqinaa 'adzaabannaar”
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka".  (QS. Al baqarah [2]:201)

MISI,
·      Misi kehidupan ini sebagai strategi untuk mencapai visi adalah :
1. Selalu menapai jalan yang lurus, yaitu :
“ shiroothol mustaqiim”./ jalan yang lurus
Apa itu jalan yang lurus, :
Shirootholladziina an'amta'alayhim
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat
ghoyril maghdhuubi'alayhim
bukan (jalan) mereka yang dimurkai (seperti orang2 Yahudi)
walaadhdhoolliin
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (seperti orang2 nasshoro)
QS Al Fatihah (1:7)
·      Mustaqim, atau yang lurus juga bisa bermakna : “Mus” itu Muslim-muslimah “Taq” itu  Taqwa dan “Im” itu Iman” . Setiap seorang muslim/muslimah yang bertaqwa dan beriman, pasti selalu berjalan di jalan yang lurus (‘on the track’)

2.  Menjadi Mukminin / Yang Beriman
·   Secara literal/etimologi iman berarti ‘percaya’ (ini perbuatan hati)
Ketika Rasululloh saw ditanya seseorang yang tidak dikenal (dan ternyata adalah Jibril) bertanya kepada Rasul, Maa al-Iman.. (apa itu iman) ?
Jawab Rasul  : antu’ mina..  (kamu mempercai) …(HR muttafaq ’alaih).
·   Secara terminologis,
Dikatakan Beriman menurut Imam Abu Hasan Al Asy’ari kalau memenuhi tiga unsur, berarti
”at-tashdiiqu bil-qolbi /
membernarkan dalam hati;
wa al-iqrooru bil-lisaani /
dan mengucapkan dengan lisan;
wa al-’amalu bil-arkaan atau bi al-jawaariih /
dan melaksanakannya dengan amal perbuatan).
    (Imam Abu Hasan al-Asy’ari).
3. Menjadi Orang yang taqwa/Muttaqin,
·      ada rasa takut melanggar perintah Allah dan ikhlas menjauhi laranganNya
·      ibadahnya secara kaffah :
~     tak-nya (tawaduk/tahu diri,
~     kaf-nya (kona’ah/ikhlas menerima, nip.)
~     Waw (Warro/wirra’i/menjauhkan diri dari munkar), dan
~     Ya’ (yakin, tanpa ragu sedikitpun dengan ketauhidannya kepada Allah)
·      Muttaqin, adalah derajat tertinggi  atau “maqoman-mahmudah” (derajat tertinggi di sisi Allah SWT), urutannya adalah mulai dari  :
~        Maqom Muslimim” (setelah bersahadat sebagai seorang muslim,  semua amalannya diukur dengan pahala dan dosa semata),
~        “Maqom Mukminin” (ibadahnya sudah dibarengi dengan keimanan, diyakini dalam hati, dikrarkan dengan lisannya dan terwujud dalam perilakunya )
~        Maqom Muhsinin (ikhsan artinya baik, keislaman dan keimanannya diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang baik/akhlakul karimah;
~        Maqom Mukhlisin” (Ikhlas semata-mata karena Allah SWT)
·      Tanda-tanda Orang Mukhsin :
alladziina yunfiquuna fiis-sarroo-i wadhdharroo-i  walkaa tsimiinal ghoyzha wal'aafiina 'aninnaasi walaahu yukhibbul mukhsiniin
 [3:134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
 [QS. Ali_Imran (3:134)]. 
·      Mukhlisin tak bias diganggu syetan/iblis
Pada derajat ini, syaitan laknatullah tidak mampu menggoda dan menyesatkan karena sang hamba dijaga langsung oleh Allah SWT.
Ini dapat dilihat dialog syetan dengan Allah SWT (QS. Al-Hijr [15]:39-40):
Qoola, robbi bimaa aghwaytanii
lauzayyinanna lahum fiil-ardhi
walaughwiyannahum ajma'iin /
[15:39] Iblis berkata : "Ya Tuhanku,
oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan mereka
memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi,
dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
illaa 'ibaadaka minhumul mukhlishiin/
[15:40] kecuali hamba-hamba Engkau
yang mukhlis di antara mereka".

·       Maqom tertinggi/maqom mahmudah adalah “Muttaqin”
Dalam QS. Al-Hujurat [49]: 13) ditegaskan bahwa :…
Inna Akromakum ‘Indallahi At-Qookum…/
sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.

PROGRAM AKSI,
·      Program aksinya untuk mewujudkan Visi, dan Misi yang telah kita tetapkan tadi, agar menjadi tidak menjadi orang yang merugi seperti disinyalir oleh surah Al Ashr (103:2) :Innal-Insaana Lafii Khusrin/Sesungguhnya manusia itu benar-banar dalam kerugian.
·      Maka program aksi yang dilakukan adalah :
(QS. Al Baqarah [2]:2-3)
Pertama,dzaalikalkitaabu laa royba fiihi hudalil muttaqiin“ / terhadap al qur’an sudah tidak ada keraguan dan menjadikannya sebagai pentunjuk
Kedua, Yu/minuuna bilghoybi/beriman kepada yang ghoib
Ketiga, Wayuqiimuunash-sholaata/mendirikan sholat
Keempat, wamimmaa rozaqnaahum yunfiquun/ menafkahkan sebagian rezeqi

Dzaalikalkitaabu laa royba fiihi hudalil muttaqiin“ 
Terhadap Al Qur’an Sudah Tidak Ada Keraguan Dan Menjadikannya Sebagai Pentunjuk
·      Dalam menjalani kehidupannya, konsekwensi logis dari seorang muslim, mukmin dan mutaqin, adalah tidak ada keraguan sekaligus menjadikannya petunjuk ayat-ayat Allah SWT yang telah ada di Kitabullah Al Qur’anul Kariimm.


Yu/minuuna bilghoybi/beriman kepada yang ghoib
·      Ghaib adalah kata yang digunakan untuk setiap sesuatu yang tidak dapat diindra, baik diketahui maupun tidak.
·      Iman kepada yang ghaib berarti percaya kepada segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca indra dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa, akan tetapi ia diketahui oleh wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul.
·      Iman kepada yang ghaib adalah salah satu sifat dari orang-orang mukmin. Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirmannya dalam QS Al Baqarah (2:3) tersebut diatas.
·      Iman kepada yang ghaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat, Hari akhirat dan sebagainya.
·      Implikasi dari “yu/minuuna bilghoybi” atau “beriman kepada yang Ghoib”  dalah akan bersikap jujur, tawaqal dan ikhlas dimana saja, diwaktu kapan saja dan dalam kondisi apa saja, karena merasa dirinya  selalu bersama yang Maha Ghoib, Yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha mengetahui.
·      Untuk menjelaskan ini, kita review satu kisah yang sangat popular, yaitu :
Suatu ketika Abdullah bin Dinar tatkala bersama Umar bin Kahttab ke makkah, ditengah jalan melihat anak pengembala domba, ia iseng mau beli dombanya,
Umar berkata : “wahai anak gembala jualah domba itu seekor saja kepadaku”
Gembala menjawab :” aku ini hanya budak, domba ini milik tuanku”
Kata umar: “bilang saja satu ekor dimakan srigala”
Jawab gembala: “fainallah ya umar, kalau begitu dimana allah, tidakkah dia maha melihat”
Mendengar jawaban sang gembala itu umar terharu dan malu, dengan kondisi seperti itu begitu kuat imannya.
Maka keesokan harinya anak gembala itu ditebus ketuannya untuk dimerdekakan seraya umar berkata “ aku merdekakan engkau didunia ini dari tuanmu, semoga engkau merdeka juga diakhirat nanti”
·      Fenomena saat ini masih banyak kaum muslimin dan mukimin, yang memisahkan antara kegiatan ritual/spiritual (ibadah) dengan kegiatan keduniawian. Pemahaman dan keimanan agamanya belum berdampak pada kehidupan sosialnya. 
·      Keberadaan Allah SWT yang kita yakini sebagai Dzat Yang Maha Ghoib, masih diyakini dalam kegiatan ritual, pada kegiatan muamalah social sering ditinggalkan, seolah kita lupa bahwa Allah SWT Maha melihat dab Maha Mengetahui dengan segala apa yang kita akan perbuat maupun yang sudah kita perbuat. 
·      Itulah yang membuat keadaan menjadi paradoksial, disatu sisi ada orang yang memiliki pemahaman agama cukup tinggi dan luas, namun perilakunya masih jahiliyah.
·      Tegasnya, pemahaman keagamaannya, keIslaman dan keimanannya tidak berbanding lurus dengan perilaku dan kehidupan sosialnya. Ke-aliman dan kekhusu’annya dalam beribadah belum tampak pada kealiman dan kehusu’annya dalam menjalankan kehidupan sosialnya. 

Wayuqiimuunash-sholaata/mendirikan sholat
·      Ayat ini menegaskan wayuqiimuunash-sholaata / ”dirikanlah sholat”, bukan ’kerjakanlah sholat”,
·      Menegakkan sholat implikasinya adalah aktivitas ritual sholat tidak saja sebagai kewajiban bagi seorang mukmin, lebih dari itu adalah setelah melakukan ibadah sholat... akan diwujudkan dalam kehidupan sosialnya
·      Artinya, menegakkan sholat bermakna kesalehan spiritualnya berbanding lurus dengan kesalehan sosialnya.
·      Dalam bahasa sederhana, seseorang akan baik atau soleh-solihah atau baik amal perbuatannya, karena ia telah mendirikan sholatnya denan benar.
·      Kesalehan sosial, yang terbentuk dari perilaku yang baik atau amal sholeh sebagai  pancaran dari sholatnya, menghantarkan kita menjadi manusia yang tidak merugi.
Dalam QS. Surah Ke 103, Al Ashr tadi disebutkan
innal-insaana lafii khusrin
[103:2] Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Illaaalladziina aamanuu
wa'amiluush-shoolikhaati 
 [103:3] kecuali orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh

·      Indikator amalan sholihan, adalah :
QS_Al Baqoroh (2:177)
....wa laakinal birro/ sesungguhnya kebajikan itu ialah :
~     man aamana billaahi /  beriman kepada allah,
~     wal-yaumil aakhiri / pada hari kemudian,
~     wal-malaaikati/ kepada malaikat-malaikat
~     wal-kitaabi / pada kitab-kitab
~     wan-nabbiyyin, /pada nabi-nabi
~     wa  aatal-maala  ’ala hubbihi zawil qurba
~     (dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya)
~     wal-yaataama wal-masaakiina
~     (anak-anak yatim, orang-orang miskin,)
~     wabnassabili  was-saailina  wa fir-riqab
~     (musafir dan orang-orang yang meminta-minta; 
~     dan (memerdekakan) hamba sahaya,
~     wa aqoomas-salaata 
~     (mendirikan shalat,)
~     wa aatazakah,
~     ( membayar zakat, )
~     wal muufuunabi ‘ahdihim   izaa ’ahaduu
~     (yang menepati janjinya apabila ia berjanji,)
~     was-saabirina fil ba’saai /
~     (yang sabar dalam kesempitan,
~     wad-damaai wa hinal-ba’s, /
~     (dan pada penderitaan dan dalam peperangan.
~     ulaaikal-lazina sodaqu,/
~     (mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
~     wa ulaaikal humul muttaqin /
~     (dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa)

·      Balasan Allah SWT bagi amalan sholihan
·      Di antara balasan bagi amalan sholihan yang dijanjikan Allah SWT itu adalah :
1.  Diberi ampunan dan pahala yang besar-maghfirotun wa-ajrun 'azhiim  (QS Al-Maidah [5] :9) :
2.  Diberi kehidupan yang layak- khayaatan thoyyibatan  (QS. An_Nahl [16]:97) :
3.  Diberi tambahan petunjuk-yazii-dulloohulladziina ihtadaw (Allah akan menambah petunjuk) (QS Maryam [19]: 76).
4.  Dihapuskan dosa-dosanya - Lanukaf-fironna 'anhum sayyi-aatihim/benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka (QS al-Ankabut [29]: 7).
5.  Dimuliakan hidupnya- walaqod karromnaa banii aadama -Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
6.  Dijauhkan dari kegagalan/tidak merugi dalam hidupnya
(QS al-Ashr [103]: 1-3).
wal'ashri /innal-insaana lafii khusrin/ Illaaalladziina aamanuu wa'amiluush-shoolikhaati  watawaa sawbil khaqqi watawaa sawbish-shobri
[103:3] ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
·      Agar menjadi sebaik-baik makhluk
Ketaqwaan dan Keimanan yang kaffah akan menghantar manusia menjadi sebaik-baik makhluk Allah SWT di dunia dan diakherat kelak. 
Firman Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surah Al-Bayyinah (98:7) menegaskan akan hal ini :
innalladziina aamanuu
wa'amiluush-shoolihaati
ulaa-ika hum khoyrul bariyyah
Sesungguhnya orang-orang yang beriman
dan mengerjakan amal saleh,
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.
·      Yang dimaksudkan “sebaik-baik makhluk” dalam Surah Al-Bayyinah (98:7) adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Surah Al_’Ashr (103:3) yaitu, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
·      Karena orang-orang inilah yang tidak merugi dengan nikmat waktu dan umur yang telah diberikan oleh Allah SWT.
·      Semoga kita bisa menjadi orang yang sholeh secara kaffah, yaitu kesolehan dalam beribadah kepada Allah SWT dan  kesolehan social, sehingga Islam benar-benar menjadi rahmatan lil alamin.

Waloohu a’lam bishowab
Demikian yang saya sampaikan bila itu kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah semata, karena sifat-nya yang  al haaq/yang maha benar,

Kalau ada salahnya, itulah kesalahan saya sebagai manusia,
Yang sifatnya memang deket dengan kekhilafan
Seperti kata pepatah arab :
al insaanu makhallul khoto wan nisyaan”.

ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallahumma wabihamdika
asyhadualla ilahailla anta
astagfiruka wa’atubu ilaik
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi, Shahih).

Ya Rabb
“Allaahumma aslih lii diinii allazii huwa,
‘ismatu amrii wa aslih lii dunyaaya,
All atii fiihaa ma’aasyii,
wa aslih li aakhirotii allatii fiihaa ma’aadii.
Waj’alil hayaata ziyaadatan lii fii kulli khairin,
waj’alil muta raahatan lii min kulli syarrin.”
“Ya Allah, perbaikilah agamaku yang menjadi pusat urusanku,
perbaikilah duniaku yang menjadi tempat kembaliku.
Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan,
dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatanku dari setiap keburukan.
(H.R. Muslim)”

“Allaahumma innii as’aluka ta’jiila ‘aafiyatika,
wa sabron ‘alaa baliyyatika
wa khuruujan minad dunyaa ilaa rohmatika”
“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu agar disegerakan curahan keselamatan
dari sisi-Mu kepadaku,
diberikan kesabaran dalam menghadapi cobaan-Mu,
dan diberikan jalan keluar dari dunia menuju kepada kasih sayang-Mu.
(H.R. Hakim)”

Amien !!
Billahitaufiq wal hidayah Ihdinashirotol mustakim

Wassalamu’alaikum wr wb.




Label:

0 komentar:

Posting Komentar