Sukses dan Gagal

20.37 / Diposting oleh Drs. Achmad Chambali Hasjim, SH /

SUKSES DAN GAGAL BERPASANGAN

Assalaamu’alaikum wr. Wb
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin / Wash-sholaatu was-salaamu
‘alaa asyrofil ambiyaai wal mursaliin / Wa ‘alaa ‘aalihi wa shohbihi aj-maiin
Robbisy-rohlii shod-ri / Wa yas-sirlii  amri / Wahlul ‘uqdatam-millisanii/
Yaf qohuu – qoulii / Robbi -zidnii ‘ilman / War zughni  fahma./
Amma ba’du
Majelis netizen  rohimatullooh,
·      Dalam hidup kita sehari-hari, dua hal berbeda yang silih berganti, karena keduanya merupakan pasangan dalam kehidupan, ada senang ada susah, ada kaya ada miskin, ada sukses ada gagal dst.... dan perbedaan ini hidup menjadi indah dan dimanis.
·      Dalam keadaan keduanya kita harus tetap tawakal, dalam senang atau susah, kaya atau miskin, sukses atau gagal hendaknya selalu ingat kepada Allah Ta’ala, karena kedua adalah cobaan.
·      Apakah keimanannya sudah kuat apa belum, ujian bisa kekayaan juga bisa kemiskinan, bisa kesuksesan juga bisa kegagalan, bisa kesenangan juga bisa kesusahan, dll
·      Allah SWT menegaskan dalam  QS. Al ‘Ankabuut (29:2-3)
akhasibannaasu an-yutrakuu an-yaquuluu aamannaa wahum laa yuftanuun
[29:2] Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
·      Allah tidak akan membiarkan kesulitan itu terus melilit kehidupan seseorang, dengan sabar dan tawaqal, iman yang istiqomah maka akan berganti dengan kemudahan.
·      Allah menegaskan bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudhan, seperti firman Allah SWT, (QS Alam Nasyrah [94]:5-6)

fa-inna ma 'al 'usri yusroo
-- inna ma'al 'usri yusroo
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

Sifat Dasar Manusia.
·      Hal penting yang perlu diperhatikan bagaimana sifat dasar seorang manusia dalam menghadapi kedua hal tersebut.
·      Allah SWT berfirman dalam (QS. Al Israa’ [17]:83)

wa-idzaa an'amnaa 'alaa l-insaani a'radha wanaaa bijaanibihi wa-idzaa massahu sysyarru kaana yauusaa
“Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa.”
·      Dalam ayat ini, Allah SWT menyebutkan sifat manusia terhadap kesenangan terlebih dahulu karena ujian terhadap kesenangan adalah lebih berat.
·      Rasululloh saw bersabda : “Bagi tiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan terhadap umatku ialah harta-benda”. (HR. Tirmidzi)
·      Satu riwayat dari ‘Amr bin ‘Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah r.a. ke Bahrain untuk menagih pajak penduduk, pulang dengan membawa hasil tagihan pajaknya sangat banyak.
Para Anshar mendengar ini sangat suka cita maka mereka pun ketika usai shalat Shubuh bersama Rasulullah saw, mereka mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau tersenyum melihat mereka kemudian bersabda, “Mungkin kamu telah mendengar kedatangan Abu ‘Ubaidah yang membawa harta banyak?”
Jawab mereka, “Benar, ya Rasulullah.”
Lalu Nabi saw bersabda, “Sambutlah kabar baik dan tetaplah berpengharapan baik untuk mencapai semua cita-citamu. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu, tetapi aku khawatir kalau terhampar luas dunia ini bagimu, sebagaimana telah terhampar untuk orang-orang yang sebelum kamu, kemudian kamu berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
·      Dari riwayat ini Rasululloh saw mengingatkan bahwa, hati-hati dengan kesenangan duniawi yang bisa membinasakan sebagai pernah membinasakan umat sebelum kamu.
Fenomena kini.
·      Banyak orang akhir-akhir ini, bila memiliki kesempatan untuk mendapatkan harta, apakah itu halal atau tidak, maka ia akan lakukan karena tergiur dengan kesenangan duniawi yang menurut hadits itu akan membinasakan sebagaimana membinakan mereka sebelum kamu.
·      Rasulullah SAW memang empat belas abat yang lalu telah mengingatkan bahwa :
“Sesungguhnya bagi tiap-tiap umat itu ada fitnah, dan sesungguh-nya fitnah bagi umatku adalah  harta (HR At-Tirmidzî, no. 2336).
·      Memperoleh harta dengan cara tidak halal sudah menjadi perilaku mengarah keumuman yang ada dalam masyarakat, dan seolah masyarakat sudah menjastifikasi bahwa hal itu sebagai kewajaran, dan keadaan ini sudah disinyalir oleh Rasululloh SAW dengan Sabdanya :  Akan datang bagi manusia suatu jaman dimana orang tidak peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram. (HR. Bukhari),
·      Secara psikologis, seorang muslim apabila ditimpa musibah maka dia akan mendekat kepada Allah SWT dan bersabar, sedang orang yang mendapat musibah kesenangan biasanya memiliki ego lupa akan datangnya kesenangan itu dari mana
·      Allah SWT telah menjelaskan hal ini dalam QS Al Israa (17: 67)
wa-idzaa massakumudh-dhurru fiilbahri dholla man tad 'uuna illaa iyyaahu falammaa naj-jaakum ilaal barri a'rodhtum wakaanal-insaanu kafuuroo
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih”
Orang iman yang memperoleh sukses
·      Sifat dasar manusia sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam QS. Al Israa (7:83) bahwa bila diberi kesenangan akan berpaling atau lupa kepada Allah SWT dan ada kesombongannya, tapi apabila ditimpakan musibah kesusahan dia akan berputus asa
·      Seorang munafik yang dilipahi kesenangan dunia, mereka suka mencibirkan kaum Muslim yang rajin sholat tapi kehidupannya masih miskin, sifat sombongnya menghinggapi kehidupannya seraya mengatakan “Buat apa sholat? Toh saya masih bisa mendapatkan rizki dari Allah.”  
·      Apa sombong itu? Rasulullah SAW pernah bersabda:
Alkibru bathrulhaqi wa ghomthunnasi
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” (HR. Muslim)
·      Memang Allah SWT melimpahkan rizqi pada setiap manusia di dunia ini tanpa pandang bulu apakah mereka beriman atau mengingkari.
·      Bagi seorang muslimin, mukminin, muttaqin, keberhasilan akan membuat dia semakin meningkat ketaqwaannya, memperbanyak rasa bersyukur, seperti yang digambarkan oleh Rasululloh SAW


“Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang mukmin. Sungguh seluruh kehidupannya baik. Hal itu tidak dimiliki melainkan oleh mukmin. Jika dikaruniai kebaikan; maka ia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika ditimpa keburukan; maka ia bersabar, dan itu baik untuknya” (HR. Muslim)
Dan memang kita harus siap dalam setiap kondisi, seperti yang disampaikan oleh sahabat ‘Umar bin al-Khaththab: Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat dua ekor unta, maka aku tidak peduli unta mana yang aku kendarai” (‘Uddatus Shobirin wa Dzakhiratus Syakirin hal.144).****(Sya’ban 1436H_ahas)****

Waloohu a’lam bishowab
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallohumma
wabihamdika
asyhadualla ilahailla anta
astagfiruka wa’atubu ilaik
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi, Shahih).

Ya Rabb,
Nas-alullah as-salamah wal ‘afiyah/
Hanya kepada Allah kita mohon keselamatan.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum warahmatulloohi wabarokatuh


Label:

0 komentar:

Posting Komentar