PERINGATAN
HARI IBU
22 Desember 1928
- 22 Desember 2012
Dipostkan oleh : Ach. Chambali.
Hs.
"Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu " (QS. Luqman :14)
"Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang tua ibu bapakmu, hanya kepadaKulah kembalimu " (QS. Luqman :14)
Tanggal 22 Desember diperingati
sebagai Hari Ibu, karena sejak tahun 1959 telah ditetapkan oleh Pemerintah
sebagai Hari Nasional, yaitu dengan Keputusan Presiden RI Nomor 316/1959
tertanggal 19 Desember 1959. Dengan
demikian Hari Ibu ini tidak saja diperingati oleh kaum ibu, tetapi oleh seluruh
bangsa Indonesia.
Berbeda dengan di Amerika dan Kanada yang merayakan Hari Ibu atau Mother’s Day pada hari
Minggu di minggu kedua bulan Mei.
Sejarah Hari Ibu diawali
dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan.
Organisasi perempuan sendiri sudah bermula sejak 1912, diilhami oleh perjuangan
para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut
Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo
Rasuna Said dan lain-lain.
Dengan disemangati oleh
Api Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, tiga bulan kemudian, para tokoh Wanita
Indonesia dari berbagai perkumpulan, bertemu untuk memperjuangkan cita-cita
bersama yang meliputi dua aspek ; Pertama, memperjuangkan persamaan
hak dengan kaum pria ; Kedua, berjuang bersama kaum pria
menuju cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia
Dari kedua aspek
cita-cita bersama tadi, lahirlah suatu tekad yang bulat untuk memberi arti pada
sejarah perjuangan wanita Indonesia. Untuk itu diawali dengan diselenggarakannya “
KONGGRES PEREMPUAN INDOENSIA “ yang berlangsung pada hari Minggu, tanggal 22
s/d 25 Desember 1928 di Joyodipuran Jogjakarta, yang diprakarsai oleh
perkumpulan-perkumpulan wanita seperti : WANITA UTOMO ; WANITA TAMAN SISWO ;
PUTERI INDONESIA ; AISYIAH ; JONG ISLAMIETEN BON BAGIAN WANITA ; WANITA
KATHOLIK dan JONG JAVA BAGIAN WANITA.
Hadir pula sebagai peninjau pada acara tersebut sebanyak 30 perkumpulan
wanita lainnya dan 21 perkumpulan laki-laki.
Putusan-putusan penting
yang diambil dalam konggres Perempuan Indonesia pertama itu, antara lain :
o Mendirikan badan
permufakatan bernama “ PERIKATAN PERKUMPULAN PEREMPUAN INDONESIA “
o Membentuk Studifond,
yaitu badan yang akan menolong anak-anak perempuan yang tak mampu menanggung
biaya sekolah ( kalau istilah sekarang bantuan bea siswa untuk pelajar
perempuan )
o Mencegah terjadinya
perkawinan dini ( usia kanak-kanak )
o Meminta kepada
pemerintah agar sekolah untuk perempuan diperbanyak.
o Dll.
Tanggal 22 Desember yang
gemilang itu, kemudian lahirlah sebagai Hari Ibu, dengan segala penghargaan
yang terkandung di dalamnya, dimana wanita tidak saja dihargai sebagai ibu dari
anak-anaknya, tetapi juga sebagai Ibu Bangsa indonesia dalam arti yang
seluas-luasnya. Ini merupakan salah satu
ketetapan dari Konggres Perempuan Indonesia yang selanjutnya lebih dikenal
dengan sebutan Konggres Wanita Indonesia (KOWANI) berlangsung dari tanggal 23
s/d 27 Desember 1938 di Bandung yang menghasilkan 14 keputusan, pada keputusan
ke-10 disebutkan bahwa peringatan Hari Ibu diadakan pada setiap tanggal 22
Desember , yang selanjutnya ditetapkan sebagai Hari Nasional dengan Keputusan
Presiden RI Nomor 316 Tahun 1959 tadi.
Hari Ibu, adalah hari
kesadaran kaum ibu, baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai Ibu Bangsa,
atau dalam kancah yang sekarang sebagai ibu yang bertugas diwilayah domestic maupun
diwilayah diluar rumah dalam berkarier.
Sebagai ibu rumah tangga memiliki peran dan tanggung jawab atas
terwujudnya kesejahteraan keluarga yang pada gilirannya berarti pula ikut
berperan dalam mewujudkan kesejahteraan bangsa. Ibu yang bijak, akan mendidik dan
mempersiapkan generasi mendatang dengan teliti, seksama dan penuh kasih sayang,
sehingga mereka mampu mengemban tugas-tugas hidupnya dimasa datang dengan arif,
santun dan bermartabat. Agar mampu
melaksanakan tugas beratnya itu, seorang ibu harus memiliki kondisi ketenangan
lahir maupun bathinnya, yang akan memancarkan kecerahan dan keceriaan dalam
kehidupan dirumah tangga, dan ini merupakan sumber kekuatan bagi
anak-anaknya. Karena Ibu adalah pendidik
pertama dan utama bagi generasi bangsa.
Perjuangan pergerakan wanita
Indonesia hasilnya kini telah dapat kita
rasakan bersama, yaitu memiliki peluang, hak dan kewajiban yang sama dengan
kaum pria, secara proporsional sesuai dengan kodratnya masing-masing. Wanita tidak lagi hanya dijadikan “ konco
wingking “ oleh kaum laki-laki. Kaum
wanita telah menunjukkan kompetensinya dalam dinamika kehidupan, tampil sebagai
Srikandi-srikandi bangsa.
Satu momen penting bagi
para wanita adalah untuk pertama kalinya wanita menjadi Menteri adalah Maria
Ulfah di tahun 1950. Sebelum kemerdekaan Kongres Perempuan ikut terlibat dalam
pergerakan internasional dan perjuangan kemerdekaan itu sendiri. Tahun 1973
Kowani menjadi anggota penuh International
Council of Women (ICW). ICW berkedudukan sebagai dewan konsultatif kategori
satu terhadap Perserikatan
Bangsa-bangsa.
Namun demikian yang
harus diingat oleh kaum wanita, meskipun kini telah mendapatkan derajat,
kedudukan, tanggung jawab dan hak yang sama dengan kaum laki-laki, atau istilah
yang populer sekarang ini, mendapatkan kesetaraan gender, kaum perempuan haruslah tetap menyadari
sepenuhnya bahwa ia dititahkan dengan kodrati sebagai wanita, sebagai seorang
ibu dengan segala keterbatasannya sebagai seorang wanita. Dari sini wanita bisa “ mulat sariro “ yaitu melihat porsi dan
posisi diri sendiri sebagai kaum wanita yang secara kodrati memang berbeda
dengan seorang laki-laki.
Bagaimana hubungan hak
dan kewajiban antara wanita dan laki-laki, secara puitis ada ungkapan orang
bijak yang mengatakan bahwa “ Wanita tidak dicipta dari tulang kepala
laki-laki “ oleh karenanya wanita
bukan sekedar pajangan atau penghias kaum laki-laki ; “ Wanita juga tidak dicipta dari
tulang kaki laki-laki “ karenanya wanita tidak untuk dijajah laki-laki ; “ tetapi konon wanita dicipta dari tulang
rusuk laki-laki “ karenanya wanita
adalah pendamping laki-laki dalam menjalani hari-hari panjang kehidupan ini
dengan damai dan sejahtera, saling menghormati dan saling menyayangi. Sakinah mawadah warrahmah.
Kita menyadari
sepenuhnya, betapa penting peranan kaum wanita, lebih-lebih mengingat penduduk Indonesia ini
separuh lebih adalah kaum wanita.
Disamping itu kaum wanita adalah sumber dari segala harkat yang suci dan
mulia. Sampai ada pepatah bahwa “ Ibu
adalah tiang agung negara “ oleh karena itu kaum wanita sendiri harus memahami
sungguh-sungguh kedudukan luhur yang dimilikinya, sebab manakala tidak
berhati-hati maka keadaannya akan berbalik, dapat menjadi sumber malapetaka dan
kehancuran.
Kunci dari perikehidupan
kita seakan tersimpan ditangan kaum Ibu, karena itu kiranya tidaklah berlebihan
jika penghormatan terhadap kaum ibu tidak akan kunjung padam sepanjang sejarah
manusia dan kemanusiaan. Dalam suatu riwayat Bahaz Ibnu Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya r.a. berkata : "Aku bertanya : Wahai Rasululloh, kepada siapa aku berbuat kebaikan ? Beliau bersabda : "Ibumu". Aku bertanya lagi : Kemudian kepada siapa ? Beliau bersabda : "Ibumu" Aku bertanya lagi : Kemudian siapa?, Beliau bersabda : Ibumu; Aku bertanya lagi : Kemudian siapa : "Ayahmu", lalu yang lebih dekat, kemudian yang lebih dekat " (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)
Sampai tiga kali Rasululloh SAW, berkata "ibumu" baru kemudian 'ayahmu", ini mengandung himah bahwa betapa besarnya peran kaum ibu, karena ditangan kaum ibu-lah pertama kali generasi penerus bangsa ini dididik dan dibimbing serta dibina agar menjadi manusia indonesia yang berjiwa Pancasila yang agamis dan manusia Indonesia yang agamis yang Pancasilais.
Sampai tiga kali Rasululloh SAW, berkata "ibumu" baru kemudian 'ayahmu", ini mengandung himah bahwa betapa besarnya peran kaum ibu, karena ditangan kaum ibu-lah pertama kali generasi penerus bangsa ini dididik dan dibimbing serta dibina agar menjadi manusia indonesia yang berjiwa Pancasila yang agamis dan manusia Indonesia yang agamis yang Pancasilais.
Dalam berkiprah maju
menapak masa depan yang lebih baik, kaum wanita Indonesia harus dapat
memelihara kesinambungan dan keserasian peranannya sebagai ibu rumah tangga dan
sebagai anggota masyarakat. Sebagai ibu rumah tangga dipundaknya terletak
tanggung jawab bagi terciptanya kesejahteraan keluarga. Itu berarti terciptanya
kesejahteraan bangsa ini terletak pada seberapa jauh wanita Indonesia dapat
melaksanakan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dalam mewujudkan kesejahteraan
keluarga dan kesejahteraan bangsa.
Bila dikaji secara
cermat, keadaan wanita justru menempatkannya sebagai unsur yang sangat penting
dan bahkan menentukan hari depan bangsa, yaitu yang menyangkut pembinaan dan
pembangunan watak generasi penerus bangsa. Hal ini karena ibu sebagai pendidik
pertama dan utama bagi anak-anaknya, ini berarti pula bahwa ditangan ibu
sebagai ibu pengasuh, terletak tugas paling awal dalam penerus nilai budaya
bangsa dan sekaligus pula membentuk pribadi anak untuk mengenal peradaban
bangsa dan negaranya demi ketahanan nasional Bangsa Indonesia.
Disinilah letak dasar penting
peranan wanita sebagai ibu terhadap perkembangan intelektual generasi
mendatang. Karena dasar yang diletakkan pada anak sangat menentukan untuk
perkembangan anak selanjutnya dan lewat anak-anak inilah nanti kita pertaruhkan
masa depan bangsa ini.
Menghadapai maraknya
gaya hidup yang “tabarruj” (suka
mempertontonkan anggota tubuh dan dandanan menor) dimasa kini, peran Ibu menjadi sangat urgen
untuk menyelamatkan generasi masa depan yang agamis. Apalagi kalau kita diingatkan dengan Firman
Allah SWT dalam QS. Al_Ahzab (33:33) : “ Dan
hendaklah kamu tetap dirumahmu, dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, dan dirikanlah sholat sunaikan zakat
dan taatilah Allah dan rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul baik dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya:
Dalam hadits Rasululloh
SAW “ Ada dua golongan dari penghuni
neraka yang belum pernah aku lihat, kaum yang memiliki cambuk seperti ekor-ekor
sapi yang mereka gunakan untuk mencambuk manusia (semena- mena) dan
wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, berlenggak-lenggok menggoda,
kepala-kepala mereka seperti punuk onta meliuk-liuk. Mereka tidak akan masuk
dan tidak akan pula mencium aromanya, padahal aromanya bias tercium dari jarak
segini-gini (HR. Muslim:2128)
Fenomena yang ada di
kekinian bahkan banyak orang tuanya mendorong, bahkan setengah memaksa anak
gadisnya ikut tampil diacara-acara umum dengan pakaian yang tidak sepantasnya
(orangtuanya berjilbab, tapi dandanan anaknya kadang malah seronok dalam
usianya yg masih sangat belai itu).
Disinilah peranan kaum
ibu diuji, apakah telah memerankannya dengan seharusnya, sebagai pendidik utama
dan pertama bagi peradaban generasi manusia yang akan.
Seorang Ibu, yang merupakan bagian terpenting dari kedua orang tua setiap generasi, merupakan penentu bagi kehidupan akheratnya kelak. Sebuah hadits Rasululloh SAW menegaskan, "dari Abi Ummayah ia berkata : " ada seorang lelaki berkata : Ya Rasululloh, apakah hak kedua orang tua atas anak mereka ? Rasululloh bersabda : "keduanya (merupakan) surgamu dan nerakamu" (HR. Ibnu Majah). Bahkan dipertegas dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, dari abdullah Ibnu Umar Al-"ash ra. bahwa Nabi SAW bersabda : keridhoan Allah tergantung kepada keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua" (HR. Tirmidzi)
Posisi orang tua, ibu dan ayah dalam kehidupan islami sangat strategis dalam menghantarkan kehidupan anak-anak generasi mendatang dalam kehidupan peradaban manusia. bahkan posisi yang lebih khusus lagi, seorang "IBU" bagu anak-anaknya, sangat tinggi seperti dalam hadits Rasululloh SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasululloh SAW bersabda : "Allah melarang kalian durhaka kepada ibu kalian" (HR. Bukhari). Ini menunjukkan secara pasti betapa Islam menempatkan seorang IBU begitu tinggi dan mulia, sehingga anak tidaklah patut durhaka kepadanya, ya dan pastinya juga terhadap ayahnya.
Akhirnya, marilah kita panjatkan doa kehadirat Allah SWT semoga para pahlawan, suhada bangsa, khususnya dari kaum ibu, mendapat tempat yang layak disisi Tuhan Yang Maha Esa, Amien.
Posisi orang tua, ibu dan ayah dalam kehidupan islami sangat strategis dalam menghantarkan kehidupan anak-anak generasi mendatang dalam kehidupan peradaban manusia. bahkan posisi yang lebih khusus lagi, seorang "IBU" bagu anak-anaknya, sangat tinggi seperti dalam hadits Rasululloh SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasululloh SAW bersabda : "Allah melarang kalian durhaka kepada ibu kalian" (HR. Bukhari). Ini menunjukkan secara pasti betapa Islam menempatkan seorang IBU begitu tinggi dan mulia, sehingga anak tidaklah patut durhaka kepadanya, ya dan pastinya juga terhadap ayahnya.
Akhirnya, marilah kita panjatkan doa kehadirat Allah SWT semoga para pahlawan, suhada bangsa, khususnya dari kaum ibu, mendapat tempat yang layak disisi Tuhan Yang Maha Esa, Amien.
Selamat Hari Ibu yang
Ke-78, Selamat Hari Natal, serta Selamat tahun Baru 2007. Semoga perjuangan
kita senantiasa mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Amien. (Malang, 22
Desember 2012) ******
0 komentar:
Posting Komentar