( yang selalu bermuhassabah)
Bissmillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamualaikum wr
wb
Alhamdulillaah
Alhadulillahil jabbaril qohhar,
Al azizil ghoffar,
Kholitil jannati wan naar,
Wash-sholatu wassalaamu
‘ala muhammadinil muchtar,
Wa ‘ala alihi wa askhabihi ab khaar
Robbisy-rohlii shod-ri /
Wa yas-sirlii amri /
Wahlul ‘uqdatam-millisanii/
Yaf qohuu – qoulii /
Robbi
-zidnii ‘ilman /
War
zughni fahma./
Amma ba’du
Majelis Nitezen Rohimatullooh,
· Sebelumnya kita panjatkan syukur kehadirat allah swt..
Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha
penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
· Alhamdulillaahil
ladzii an ’amana al iimaani wal islaami, segala puji bagi
allah yang telah melimpahkan nikmat iman
dan islam.
· Wa
nikmatan ‘umrihi, wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita
bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana seruan Rasuulloh sawl “barangsiapa
meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR.
Muslim).... Amien.
· Washsholatu
wassalamu ‘ala Rasulillah, sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurah atas junjungan penghulu alam-nabi besar Muhammad salallaahu
alaihi wassalam, beserta para keluarga, sahabat serta umatnya ....amien
·
Sebelumnya
saya ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan keluarga saya serta para
jamaah netizen semuanya.
“ ... yaa ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha
haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa-antum muslimuun /... bertakwalah
kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (QS
Ali Imran (3:102)
· Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa, yaitu dengan
“melaksanakan semua perintahnya (sesuai dengan kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri bisa dengan duduk tidak
bisa duduk bisa dengan berbaring,
· Dan meninggalkan semua larangannya (secara sempurna)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alas an belum mampu
melaksanakan, misalnya meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nelum bisa
dilaksanakan karena belum mampu meninggalkan kebiasaan itu. Ya Tidak bisa
gitu bro!!!
·
Abu Hurairah r.a, menceritakan ia mendengar rasulullah saw sabda, : ” apa yang aku
larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku
perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(HR.Bukhari dan
Muslim).
·
Dakwah
bit Tadwin (dakwah tulisan) ini
untuk melaksanakan Perintah Allah SWT : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung”
(QS. Al-Imran [3]: 104),
·
Dan
Sabda Rasululloh SAW : “Barangsiapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul
Islam), maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
Majelis Nitezen
Rohimatullooh,
Parameter
Orang Pandai
·
Ketika
kita masih kecil, maka orang tua kita sering mendoakan kita menjadi orang yang
pandai atau pintar. Memang kepandaian merupakan satu hal yang menjadi tolok
ukur kesuksesan seseorang. Bahkan
kepintaran dijadikan iklan obat anti masuk angin.
·
Orang
selalu mengghubungkan kepandaian dengan berdasarkan IQ, kalau hanya ini tolok
ukurnya kasihan orang yang IQ nya rendah mereka tidak akan pernah menjadi orang
pintar. Bahkan kepintaran dijadikan iklan obat anti masuk angin.
·
Dalam
perspektif Islam, kepandaian itu dapat dimiliki setiap orang karena kepandaian
atau kepintaran menurut Islam adalah orang yang selalu menghisab/ mengevaluasi
dirinya dan beramal untuk bekal kehidupan sesudah mati.
·
Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah saw.,
bahwa beliau bersabda :
“Orang
yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal
untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang
dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.” (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini adalah hadits hasan’)
Ada 2 parameter orang pandai
·
Jadi
ada dua parameter orang yang pandai yaitu orang yang sering bermuhasabah dan melakukan
amal untuk persiapan setelah meninggal.
Ber-Muhasabah
·
Muhasabah
dari kata hisab yang berarti perhitungan atau melakukan evaluasi.
·
Karena
kesibukan beraktifitas, kita terkadang lupa
melakukan muhassabah/instropeksi, menghisab bagaimana progres amalan sholihan
kita, sehingga kita bisa cepat melakukan perbaikan kedepan.
·
Allah
SWT telah memerintahkan agar sering melakukan muhassabah.
QS.
Al-Hasyr [59: 18]:
yaa
ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullooha waltanzhur
nafsun maa qoddamat lighodin wattaquullooha innallooha khobiirun bimaa
ta'maluun
[59:18] Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
·
Sahabat
Umar r.a. berkata: ”Hisablah (evaluasilah) diri
kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari
aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan pada
hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di dunia.”
·
Pernyataan
sahabat Umar r.a. diatas bermakna bahwa semakin sering kita melakukan muhasabah
maka semakin lebih sering memperbaiki diri dan semakin ringan hisab di yaumil
akhir. Oleh karena itu, muhasabah bisa dilakukan tiap hari, pekanan, bulanan
atau tahunan.
·
Muhasabah tidak hanya
bermanfaat untuk akhirat tapi juga untuk kehidupan dunia. Bill Gates, seorang milyuner, selalu menyempatkan untuk
beristirahat seminggu atau “think week”
dalam enam bulan sekali dari kepenatan di perusahaannya, Microsoft.
Dia akan beristirahat disuatu tempat yang sunyi dan membaca buku
sekitar 18 jam sehari. Dari kesempatan untuk berkontemplasi tersebut, muncul
ide-ide segar dalam pengembangan software.
Beramal untuk Bekal
·
Selain
itu, Rasulullah saw. juga menjelaskan kunci kesuksesan yang kedua, yaitu action after evaluation. Artinya
setelah evaluasi harus ada aksi perbaikan.
·
Dan
hal ini diisyaratkan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Turmidzi ’dan beramal
untuk kehidupan sesudah kematian.’ muhasabah
juga tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya tindak lanjut atau perbaikan.
·
Orang
yang pandai bukan hanya bisa bekerja atau mengumpulkan harta, tetapi orang yang
juga beramal sholeh untuk hari kemudian.
·
Orang
tersebut akan sibuk beraktifitas dan juga berinfaq atau membantu sesama agar
mendapatkan pahala di hari akhir.
·
Dalam
surat Al Qashash 77, Allah SWT
berfirman:
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.”
·
Bahkan
dalam ayat ini disebutkan keutamaan terhadap bekal di dunia, dengan tidak
melupakan kebahagiaan di dunia.
·
Beginilah
pola hidup yang patut ditiru sehingga terjadi keseimbangan dalam kehidupan kita
agar kebahagiaan di dunia dan akhirat bisa diraih.
·
Secara
ringkas, kepandaian yang hakiki dapat dicapai oleh setiap orang. Kepandaian itu
dapat digapai dengan melakukan muhasabah secara berkala dan beramal untuk
kehidupan di dunia dan akhirat.
·
Semoga
kita mendapatkan petunjuk dari Allah SWT untuk menjadi seorang muslim yang
pandai.
Urgensi
Muhasabah
1. Mempersiapkan
diri pada Yaumil Hisab
Khalifah Umar bin
Khattab r.a. mengemukakan: “Hisablah
(evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah)
kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan
menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di
dunia”.
2. Sebagai
wujud ketaqwaan
Sementara Maimun bin Mihran r.a. seorang tabiin yang cukup masyhur,
wafat pada tahun 117 H. mengatakan: ‘Seorang hamba tidak dikatakan bertakwa
hingga ia menghisab dirinya sebagaimana dihisab pengikutnya dari mana makanan
dan pakaiannya’.
Seseorang tidak dikatakan bertakwa, hingga menghisab (mengevaluasi)
dirinya sendiri. Karena beliau melihat salah satu ciri orang yang bertakwa
adalah orang yang senantiasa mengevaluasi amal-amalnya. Dan orang yang
bertakwa, pastilah memiliki visi, yaitu untuk mendapatkan ridha Ilahi.
3. Setiap
orang bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri
Setiap orang kelak pada hari akhir akan datang menghadap Allah swt.
dengan kondisi sendiri-sendiri untuk mempertanggung jawabkan segala amal
perbuatannya.
Allah swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an: “Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah
pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” [QS. Maryam (19): 95,
Al-Anbiya’ (21): 1].
Aspek-aspek
Muhasabah
1. Aspek Ibadah
Aspek ibadah harus selalu dilakukan muhassabah, karena ibadah merupakan
tujuan utama diciptakannya manusia di muka bumi ini.
[QS. Adz-Dzaariyaat
(51): 56]
wamaa kholaqtul jinna wal-insa illaa
liya'buduun
[51:56] Dan aku tidak
menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Ibadah Sholat, menjadi tolok ukur amal ibadah yang
lain, karena
sholat merupakan ibadah yang pertama kali diperhitungkan dalam hisab kelak di
akhirat.
Dari Anas ra, bahwa
Rosululloh saw bersabda :
Awalu maa yukhaasabu bihil-abdu yaumal
qiyaamatis-sholaah, Yundzoru fii-sholaatihi fain-shoolukhat, Fakot af-lakha
wain-fasadad Khooba wa khosir
Permulaan amalan yang diperiksa dari
seorang hamba pada Hari kiamat ialah sholatnya, Diperhatikan benar-benar
sholatnya. Maka jika urusan sholatnya baik, ia mendapatkan kemenangan. Jika
urusan sholatnya tidak baik, rugi dan sia-sialah usahanya. ( HR Ath-Thabarani ).
2. Aspek Pekerjaan & Perolehan Rizki
Aspek kedua berkaitan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan dan rezeqi
yang diterima.
ini sering kali dianggap remeh, atau bahkan kurang dilakukan evaluasi
oleh kebanyakan kaum muslimin.
Karena sebagian menganggap bahwa aspek ini adalah urusan duniawi yang
tidak memberikan pengaruh pada aspek ukhrawinya.
Rasulullah saw.
bersabda:
Dari Ibnu Mas’ud
ra dari Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, ‘Tidak akan bergerak tapak
kaki ibnu Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara; umurnya
untuk apa dihabiskannya, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya
darimana ia memperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana
pengamalannya.’ (HR. Turmudzi)
3. Aspek Kehidupan Sosial Keislaman
Aspek yang tidak kalah penting untuk dievaluasi adalah aspek kehidupan
sosial, dalam artian hubungan muamalah, akhlak dan adab dengan sesama manusia.
Karena kenyataannya aspek ini juga sangat penting, sebagaimana yang
digambarkan dalam sebuah hadits, Dari Abu Hurairah ra, bahwa :
§ Rasulullah saw. Bersabda :‘Tahukah
kalian siapakah orang yang bangkrut (mufis) itu?’
§ Sahabat menjawab, ‘Orang yang
bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki dirham dan tidak
memiliki perhiasan.’
§ Rasulullah saw. bersabda, ‘Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang
datang pada hari kiamat dengan (pahala) shalat, puasa dan zakat, namun ia juga
datang dengan membawa (dosa) menuduh, mencela, memakan harta orang lain,
memukul (mengintimidasi) orang lain. Maka orang-orang tersebut diberikan pahala
kebaikan-kebaikan dirinya. Hingga manakala pahala kebaikannya telah habis,
sebelum tertunaikan kewajibannya, diambillah dosa-dosa mereka dan dicampakkan
pada dirinya, lalu dia pun dicampakkan ke dalam api neraka. (HR. Muslim) Na’udzubillah min dzalik.
3. Aspek Dakwah
§ Dakwah harus dievaluasi, agar harakah
dakwah tidak hanya menjadi simbol-simbol islami, tetapi secara
substansinya memiliki makna yang yang dalam tentang perintah amar ma’ruf nahi
munkar.
§ aspek dakwah ini yang perlu dievaluasi adalah, sudah sejauh mana pihak
lain baik dalam skala fardi maupun
jama’i, merasakan manisnya dan
manfaat dari dakwah yang telah sekian lama dilakukan
Waloohu a’lam
bishowab
Demikian yang saya sampaikan bila itu
kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah semata, karena
sifat-nya yang al haaq/yang maha benar,
Kalau ada salahnya, itulah kesalahan saya
sebagai manusia,
Yang sifatnya memang deket dengan
kekhilafan
Seperti kata pepatah arab :
“al insaanu makhallul khoto wan nisyaan”.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallohumma
wabihamdika
asyhadualla ilahailla anta
astagfiruka wa’atubu ilaik
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi, Shahih).
Ya Rabb,
Nas-alullah as-salamah wal
‘afiyah/
Hanya kepada Allah kita mohon keselamatan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum
warahmatulloohi wabarokatuh