SUKSES DAN GAGAL
BERPASANGAN
Assalaamu’alaikum wr. Wb
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin / Wash-sholaatu was-salaamu
‘alaa asyrofil ambiyaai wal mursaliin / Wa ‘alaa ‘aalihi wa
shohbihi aj-maiin
Robbisy-rohlii shod-ri / Wa yas-sirlii amri / Wahlul ‘uqdatam-millisanii/
Yaf qohuu – qoulii / Robbi
-zidnii ‘ilman / War zughni fahma./
Amma
ba’du
Majelis netizen rohimatullooh,
·
Dalam
hidup kita sehari-hari, dua hal berbeda yang silih berganti, karena keduanya
merupakan pasangan dalam kehidupan, ada senang ada susah, ada kaya ada miskin,
ada sukses ada gagal dst.... dan perbedaan ini hidup menjadi indah dan dimanis.
·
Dalam
keadaan keduanya kita harus tetap tawakal, dalam senang atau susah, kaya atau
miskin, sukses atau gagal hendaknya selalu ingat kepada Allah Ta’ala, karena
kedua adalah cobaan.
·
Apakah
keimanannya sudah kuat apa belum, ujian bisa kekayaan juga bisa kemiskinan,
bisa kesuksesan juga bisa kegagalan, bisa kesenangan juga bisa kesusahan, dll
·
Allah
SWT menegaskan dalam QS. Al ‘Ankabuut (29:2-3)
akhasibannaasu an-yutrakuu
an-yaquuluu aamannaa wahum laa yuftanuun
[29:2]
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami
telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
·
Allah
tidak akan membiarkan kesulitan itu terus melilit kehidupan seseorang, dengan
sabar dan tawaqal, iman yang istiqomah maka akan berganti dengan kemudahan.
·
Allah
menegaskan bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudhan, seperti firman Allah SWT,
(QS Alam Nasyrah [94]:5-6)
fa-inna ma 'al 'usri yusroo -- inna ma'al 'usri yusroo
“Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan”
Sifat Dasar Manusia.
·
Hal
penting yang perlu diperhatikan bagaimana sifat dasar seorang manusia dalam
menghadapi kedua hal tersebut.
·
Allah
SWT berfirman dalam (QS. Al Israa’ [17]:83)
wa-idzaa an'amnaa 'alaa l-insaani a'radha wanaaa bijaanibihi wa-idzaa massahu sysyarru kaana yauusaa
“Dan apabila Kami berikan
kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan
sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus
asa.”
· Dalam ayat ini,
Allah SWT menyebutkan sifat manusia terhadap kesenangan terlebih dahulu karena
ujian terhadap kesenangan adalah lebih berat.
· Rasululloh saw
bersabda : “Bagi
tiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan terhadap umatku
ialah harta-benda”. (HR.
Tirmidzi)
· Satu
riwayat dari ‘Amr bin ‘Auf r.a. berkata: Rasulullah mengutus Abu ‘Ubaidah bin
al-Jarrah r.a. ke Bahrain untuk menagih pajak penduduk, pulang dengan membawa
hasil tagihan pajaknya sangat banyak.
Para
Anshar mendengar ini sangat suka cita maka mereka pun ketika usai shalat Shubuh
bersama Rasulullah saw, mereka mereka menghadap Rasulullah saw maka beliau
tersenyum melihat mereka kemudian bersabda, “Mungkin kamu telah mendengar
kedatangan Abu ‘Ubaidah yang membawa harta banyak?”
Jawab
mereka, “Benar, ya Rasulullah.”
Lalu
Nabi saw bersabda, “Sambutlah kabar baik dan tetaplah berpengharapan baik
untuk mencapai semua cita-citamu. Demi Allah, bukan kemiskinan yang aku
khawatirkan atas kamu, tetapi aku khawatir kalau terhampar luas dunia ini
bagimu, sebagaimana telah terhampar untuk orang-orang yang sebelum kamu,
kemudian kamu berlomba-lomba sebagaimana mereka berlomba-lomba, sehingga
membinasakan kamu sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
· Dari riwayat ini
Rasululloh saw mengingatkan bahwa, hati-hati dengan kesenangan duniawi yang
bisa membinasakan sebagai pernah membinasakan umat sebelum kamu.
Fenomena kini.
· Banyak orang
akhir-akhir ini, bila memiliki kesempatan untuk mendapatkan harta, apakah itu
halal atau tidak, maka ia akan lakukan karena tergiur dengan kesenangan duniawi
yang menurut hadits itu akan membinasakan sebagaimana membinakan mereka sebelum
kamu.
· Rasulullah SAW
memang empat belas abat yang lalu telah mengingatkan bahwa :
“Sesungguhnya
bagi tiap-tiap umat itu ada fitnah, dan sesungguh-nya fitnah bagi umatku
adalah harta” (HR
At-Tirmidzî, no. 2336).
· Memperoleh harta
dengan cara tidak halal sudah menjadi perilaku mengarah keumuman yang ada dalam
masyarakat, dan seolah masyarakat sudah menjastifikasi bahwa hal itu sebagai
kewajaran, dan keadaan ini sudah disinyalir oleh Rasululloh SAW dengan Sabdanya
: Akan datang bagi manusia suatu jaman dimana orang tidak
peduli apakah harta yang diperolehnya halal atau haram. (HR.
Bukhari),
· Secara psikologis,
seorang muslim apabila ditimpa musibah maka dia akan mendekat kepada Allah SWT
dan bersabar, sedang orang yang mendapat musibah kesenangan biasanya memiliki
ego lupa akan datangnya kesenangan itu dari mana
· Allah SWT telah
menjelaskan hal ini dalam QS Al Israa (17:
67)
wa-idzaa massakumudh-dhurru fiilbahri
dholla man tad 'uuna illaa iyyaahu falammaa naj-jaakum ilaal barri a'rodhtum
wakaanal-insaanu kafuuroo
“Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah
siapa yang kamu seru kecuali Dia, Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke
daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih”
Orang iman yang memperoleh sukses
· Sifat dasar manusia
sebagaimana digambarkan Allah SWT dalam QS. Al Israa (7:83) bahwa bila diberi
kesenangan akan berpaling atau lupa kepada Allah SWT dan ada kesombongannya,
tapi apabila ditimpakan musibah kesusahan dia akan berputus asa
· Seorang munafik yang dilipahi kesenangan dunia, mereka suka
mencibirkan kaum Muslim yang rajin sholat tapi kehidupannya masih miskin, sifat
sombongnya menghinggapi kehidupannya seraya mengatakan “Buat apa sholat? Toh
saya masih bisa mendapatkan rizki dari Allah.”
· Apa sombong itu?
Rasulullah SAW pernah bersabda:
Alkibru bathrulhaqi wa ghomthunnasi
“Kesombongan
adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” (HR. Muslim)
· Memang Allah SWT
melimpahkan rizqi pada setiap manusia di dunia ini tanpa pandang bulu apakah
mereka beriman atau mengingkari.
· Bagi seorang muslimin, mukminin, muttaqin, keberhasilan akan membuat
dia semakin meningkat ketaqwaannya, memperbanyak rasa bersyukur, seperti yang
digambarkan oleh Rasululloh SAW
“Alangkah menakjubkannya kehidupan seorang mukmin. Sungguh seluruh kehidupannya baik. Hal itu tidak dimiliki melainkan oleh mukmin. Jika dikaruniai kebaikan; maka ia bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika ditimpa keburukan; maka ia bersabar, dan itu baik untuknya” (HR. Muslim)
Dan memang kita
harus siap dalam setiap kondisi, seperti yang disampaikan oleh sahabat ‘Umar bin
al-Khaththab: “Kalaulah
sabar dan syukur itu ibarat dua ekor unta, maka aku tidak peduli unta mana yang
aku kendarai” (‘Uddatus Shobirin wa Dzakhiratus Syakirin hal.144).****(Sya’ban
1436H_ahas)****
Waloohu a’lam
bishowab
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallohumma
wabihamdika
asyhadualla ilahailla anta
astagfiruka wa’atubu ilaik
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi, Shahih).
Ya Rabb,
Nas-alullah as-salamah wal
‘afiyah/
Hanya kepada Allah kita mohon keselamatan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum
warahmatulloohi wabarokatuh
0 komentar:
Posting Komentar