KALIMAH SYAHADATAIN
( Kuliah Subuh Online_Episote Syahadat Tauhid)
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
syahidallaahu annahu laa ilaaha illaa huwa walmalaa-ikatu wauluu l'ilmi
qaa-iman bilqisthi laa ilaaha illaa huwa l'aziizu lhakiim
[3:18]
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak
disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu188 (juga menyatakan yang demikian itu). Tak
ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
(Qs. Ali
Imran (3:18)
Majelis netizen rohimatullah
· Sebelumnya kita panjatkan syukur kehadirat allah swt..
Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha
penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
· Alhamdulillaahil
ladzii an ’amana al iimaani wal islaami,
segala puji bagi allah yang telah melimpahkan nikmat iman dan islam.
· Wa
nikmatan ‘umrihi, wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita
bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana seruan Rasuulloh sawl “barangsiapa
meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).... Amien.
· Berkat rahmat
dan nimat itulah, pagi ini kita dapat menunaikan sholat subuh berjamaah di
rumah Allah yang penuh rahmat.. Baiturrohmah.
· Sholat subuh
yang selalu disaksikan oleh malaikat ini seperti difirmankan Allah
Ta’ala dalam QS. Al israa’-78, oleh Rasululloh saw di tegaskan bahwa “barang siapa
sholat shubuh, maka ia dalam jaminan Allah....(hr. Muslim.
No 1.050)
·
Wanusyolaa wanusalamu ‘alaa khoiril
anaam Muhammadin shalalloohu ‘alaihi
wassalam, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan penghulu
alam-nabi besar Muhammad salallaahu alaihi wassalam, beserta para keluarga,
sahabat serta umatnya ....amien
Saya juga ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan
keluarga keluar saya serta hadirin “ ...
Yaa
ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa
wa-antum muslimuun /... Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama islam. (Qs. Ali
Imran (3:102)
· Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa,
yaitu dengan “melaksanakan
semua perintahnya (sesuai dengan kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri
bisa dengan duduk tidak bisa duduk bisa dengan tidur.
· Dan meninggalkan
semua larangannya (secara mutlak)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alasan, misalnya
“belum mampu” meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nanti aja, ya tidak
bisa gitu !!!
·
Abu Hurairah r.a, menceritakan ia mendengar rasulullah saw sabda, : ” apa yang aku
larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku
perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(hr.Bukhari dan
Muslim).
· Apa yang
akan saya sampaikan bukan hal yang baru, karena risalah agama ya memang sudah
sempurna sampai rasululloh saw wafat,
· Dakwah
itu hanya berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir;
hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang
firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw. (Al Ghosyiah [88]:21)
·
Selebihnya, tergantung hati masing-masing,
apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima hidayah, dan ada dorongan untuk
taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
· Hari ini
kami mendapat amanat untuk menyampaikan “amar ma’ruf” menyeru kepada kebaikan,
ini sesuai dengan perintah allah ta’ala (QS. Ali Imran 104)
· Dan kata Rasululloh saw, ad daallu ‘alal
khoiri kafaa ’illihi orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan
orang yang diajaknya /HR. Tirmizi)
·
Dan mudah-mudahan saya tidak
termasuk golongan yang diperingatkan allah ta’ala :
Ata/muruunan-naasa bilbirri watansawna
an-fusakum wa-antum
tat luunal kitaaba
Afalaa ta'qiluun
[2:44}. “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al
kitab (taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Asbabunnuzul
turunya ayat 44 surah al baqarah
ini, allah menegur, seorang yahudi yang menyuruh anak dan mantunya serta kaum
kerabatnya yang telah memeluk agama islam untuk melaksanakan kewajibannya,
tetapi dirinya sendiri tetap saja mengingkari... Ia menyuruh orang berbuat
baik/beramal sholeh, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Semoga kita tidak termasuk golongan yang
demikian ini.
· Dakwah
berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan,
memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta
sunnah-sunnah rasululloh saw.
· Selebihnya,
tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima
hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
Majelis netizen rohimatullah
· Syahadat
sering disebut dengan Syahadatain
karena terdiri dari dua kalimat (Dalam bahasa arab Syahadatain berarti 2
kalimat Syahadat), yaitu “Syahadat Tauhid” dan “Syahadat
Rasul”
· Dua
kalimah syahadat itu laksana ‘anak kunci’ yang dengannya manusia
masuk kedalam alam keselamatan ( keislaman ), dan dengan dua kalimah syahadat, itu
pula seseorang telah berhijrah dari alam kafirum kepada alam muslimun.
SYAHADAT TAUHID :
asyhadu an-laa
ilaaha illallaah
· Makna Syahadat
Tauhid : "Laa ilaaha illallah", Yaitu beri'tikad dan
berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali
Allah Subhanahu wa Ta'ala, menta'ati hal tersebut dan mengamalkannya.
· Sabda
Rosululloh SAW (diriwayatkan oleh Achmad dan Abu Daud ) “ Dari Mu’adz berkata
aku mendengar Rosululloh SAW bersabda : Mangkana Akhiruu Kalamihi Laailaha Illallah Dakholal
Jannah (Barangsiapa
yang diakhir hidupnya mengucap Laailaha
Illallah maka akan dimasukkan syurga )
·
Ucapan La ilaaha menafikan hak penyembahan
dari selain Allah, siapa pun orangnya. - Illallah adalah penetapan hak Allah
semata untuk disembah. Jadi makna
kalimat ini secara ijmal (global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang hak
selain Allah".
·
Ketauhidan ini menegaskan eksistensi
satu-satunya tuhan/illah yang yang patut
disembah adalah Allah SWT. Ini keimanan yang fundamental bagi seorang
muslim. Sebab Ilah atau Ma'bud (Arab) sering juga diartikan
sebagai "tuhan", atau ‘khuda’ (Parsi), atau ‘Dewata’
(Hindu), atau “GOD” (bhs Inggris). Dan ‘illah’ atau tuhan tersebut bisa saja
berwujud manusia, barang, kesenangan, harta, jabatan, dan lain-lian yang
dipandang dapat mendatangkan ketenangan.
Karena itu ‘illah’ atau ‘tuhan’ tidak dapat disamakan dalam pengertian
Tuhan Allah SWT.
·
Kalimah Syahadat “asyhadu an-laa ilaaha illallaah” mempunyai dua rukun: Pertama, Laa ilaaha (لاَ إِلـهَ) =An-Nafyu (peniadaan)
: yaitu meniadakan dan meninggalkan bentuk kesyirikan serta mengingkari segala
seuatu yang disembah selain Allah Ta’ala. Kedua,
Illallaah (إِلاَّ الله ) = Al-Itsbat
(penetapan): yaitu menetapkan bahwa tiada yang berhak disembah dan diibadahi
melainkan Allah Ta’ala serta beramal/berperilaku dengan landasan ini.
· Makna dua
rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur'an, seperti firman Allah Subhannahu
wa Ta'ala : QS. Al-Baqarah (2: 256)
Laa
ikrooha fid-diin ; Qot tabay-yanar-rusydu munal-ghoyy, Fa may yakfur
bith-thooghuuti wayu’mim billaahi fa qodistamsaka bil ‘urwatil –wushqoo
lanfishooma lahaa. Walloohu sami’un ‘aliim.
[2:256] Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar
kepada Thoghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui
· Ayat ini
menjelaskan barang siapa yang ingkar
kepada Thoghut, yaitu syaitan dan apa saja sesembahan selain dari Allah SWT, ini
merupakan makna annafyu-
“laila”. Dan beriman hanya kepada Allah SWT ini makna al-itsbat- “illallooh”
Syahadat Fondasi Ketauhidan
· Pengucapan
Kalimah Syahadat tentu tidak saja berhijrah dari alam kafirun ke maqom
muslimun, lebih dari itu Kalimah Syahadat merupakan fondasi bagi kita untuk
dapat meningkat sampai pada “maqomam-mahmudah”
maqom tertinggi yaitu “Muttaqin”.
· Kalimah tauhid
"Laa
Ilaha Illaallah" mengandung maksud secara esoteric (penerimaan
secara alamiah/takdir) maupun aplikatif adalah tiada sesuatupun yang diikuti
aturannya, dijauhi larangannya, disembah / diabdi selain Allah (Tauhid Uluhiyah) dengan kepengaturan-Nya/ajaran-Nya
sebagai Rabb (Tauhid Rubbubiyah).
· Siapa
yang mengakui tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada maha pencipta, pemberi rizki dan pengatur
alam kecuali Allah, maka konsekuensinya ia harus mengakui tauhid ulluhiyah bahwa
tidak ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah
Subhanahu wa Ta'ala . QS. Al-Fatihah (1:5) iyyaaka na’budu/hanya kepada Engkau kami menyembah; wa iyyaka nasta’in/dan
hanya kepada Engkau kami minta pertolongan)
· Tauhid uluhiyah, yaitu tauhid
ibadah, karena ‘ilah’ maknanya adalah ma'bud (yang disembah). Maka tidak ada
yang diseru dalam do'a kecuali Allah SWT, tidak ada yang dimintai pertolongan
kecuali Allah SWT, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Allah
SWT, tidak ada yang patut dimintai perlindungan kecuali Allah SWT, tidak ada
yang patut di puji kecuali Allah SWT, tidak ada yang pantas menerima seluruh
aktivitas ibadah kita kita kecuali Allah SWT.
Allah SWT telah memerintahkan untuk menyembah Tuhan Allah SWT yang telah
menciptakan kamu dan sebelum kamu, sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah (2:21) :
Yaa
ayyuhan-naasu’buduu robbakumul-ladzi kholaqolakum wal ladziina min qoblikum
la’allakum tattaquun.
[2:21] Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,
[Baca
juga :QS. Ali-‘Imraan (3:2); QS. Adz-Dzariyat (51 : 56)]
· Sedang, tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya
tauhid uluhiyah . Makanya, tauhid uluhiyah itu merupakan hasil dari keyakinan
seseorang akan tauhid Rububiyah.
QS. Al-An'am (6:102)
Dzaalikumullohu robbukum , laa
ilaaha illaahuu khooliqu kulli syai’in fa’ buduuh, wa huwa ‘alaa kulli syai’iw
wakiil.
[6:102] Demikian itu ialah Tuhan kamu, tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia
adalah Pemelihara segala sesuatu"
·
Memang seseorang
telah memiliki keyakinan terhadap Tuhan sebagai Sang Pencipta (Ululhiyah),
dengan pertanyaan : “siapa yang member
rezeqi kepada kita” disini tauhid rubbubiyah diuji, apakah juga meyakini
bahwa hakikatnya yang mengurus hidup kita adalah Allah SWT, banyak orang
mengingkarinya dengan meyajini bahwa harta berlimpah karena dia bekerja.
·
Nah, itulah kenapa
masih ada orang yang menjadikan pekerjaannya sebagai Illah/tuhan? Kenapa orang
menjadikan uang sebagai Illah/Tuhan ? dan asesoris dunia lainnya dijadikan
Illah/Tuhan ?. Itu semua karena ia lemah
pada Rububiyahnya. Dia kira, dia dapat rezeqi dari bekerja saja. Dari sini kiita tahu betapa pemantapan tauhid
rububiyah menjadi penting, karena tauhid rububiyah menyangkut tauhid al-af’al.
· Rububiyyah adalah
aspek-aspek Allah sebagai Rabb yang terjabar
pada al-Akwan
(Alam Semesta) dan al-Kitab. Hukum-hukum yang terlaksana di alam semesta (makro
kosmos) maupun alam manusia (mikro kosmos, secara fisik) merupakan penjabaran
Rububiyyah Allah.
QS. Al_Fatihah (1:2)
:
Alhamdu lillahi robbil
‘alamiin / Segala puji bagi Allah, Robb semesta alam
QS.
An Naas (114:1),
Qul
a’uudu birrob binnaas
[114:1] Katakanlah: “aku berlindung
kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia.
·
Rabb diterjemahkan Tuhan yang ditaati Yang Maha Mengatur, Yang
Maha Memiliki, Yang Maha Mendidik dan Yang Maha Memelihara.
·
Ketika Nabi Musa bersama kaumnya dalam
kondisi terjepit sewaktu di kejar Fir’aun dan pengikutnya, karena di depan ada
laut. Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha bin Nun:
"Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang kami
sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa
sampan. Jawab
Nabi Musa “Qoola
kallaa inna ma ’iya robbi sayahdiin’
[QS. Asy_Syu’ara (26:62)]
[26:62] Musa menjawab: "Sekali-kali
tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi
petunjuk kepadaku".
·
Dalam surah ke 26 Asy-Syu’ara yang
menceritakan perlawanan Fir’aun kepada nabi Musa as tersebut, pada ayat 62
kalimatnya, Inna ma ’iya Robbi, bukan
inna ma’iya Ilaahi. Dalam kasus
ini, menggambarkan bahwa ketakutan pengikut Musa as. bukan tidak percaya adanya
Allah swt yang patut disembah (ululuhiyah), tetapi sebagai Rabb (rububiyah/Yang Maha
Mengatur) dia masih lemah.
Sinergitas rubbubiyah dan ikhtiayar, menghasilkan tawakkal
· Harus ada
kesatuan antara keyakinan Rububiyah dengan usaha manusia, kesatuan ini terdapat
pada usaha untuk mendudukkan secara proporsional, antara usaha dan hasil. Hidup ini menjadi susah, karena kita
ikut-ikut mengurusi hasil dari usaha yang kita lakukan. Padahal wilayah kita di
usaha itu. Inilah konsep tawakkal di Islam.
· Sebuah
riwayat, seorang sahabat yang membawa kuda bertanya kepada Rasululloh saw, “Ya Rasul, apakah saya harus mengikat kuda
ini atau saya tawakkal saja?”, Kemudian Rasululloh berkata i’qil fatawakkal
‘ala Allah swt (ikatlah, baru
tawakkal kepada Allah swt).
· Di sini
terlihat bahwa tawakkal itu ada di titik terakhir, ketika ia ingin menguatkan
tauhid Rububiyah. Ketika kita tawakkal, apapun usaha kita, itu adalah kewajiban
kita sebagai manusia, mengenai hasilnya kita kembalikan kepada Allah swt.
Demikian seseorang bisa memposisikan Allah swt sebagai Rabb.
· Maka dari
itu, untuk mencapai tauhid Rububiyah haruslah dilakukan ‘3i’ sebagai wilayah
manusia, dimulai dengan ikhtiyar/berusaha, lalu kemudian ijtihad/profesionalitas dalam bidang
yang dikerjakan, serta ihtiyath/hati-hati agar usahanya tak
menghalalkan segala cara.
· Nah
ketika manusia sudah ikhtiyar, ijtihad, dan ihtiyath, pasti ia berharap
mendapatkan hasil sesuai dengan apa yang diinginkan? Di sinilah titik tawakkal
berada. Pada titik ini tawakkal menyatu dengan tauhid Rububiyah.
· Keduanya
(Uluhiyah dan Rubbubiyah) ternyata saling mensyaratkan; keyakinan kita kepada
Allah swt yang patut disembah (ululhiyah), harus dibarengi dengan keyakinan
bahwa Allah swt-lah yang mengatur, mengurusi, dan membimbing segenap praktik
hidup, mulai dari soal rezeki, karir, jodoh, nasib, cita-cita, dsb.
(Rubbubiyah). Kesatuan dalam ketauhidan Rubbubuyah dan ulluhiyah ini yang
menjadikan seseorang tenang dalam hidupnya.
Bila kedua tauhid itu terpisahkan.
· Seorang
muslim taat dalam ibadahnya (ya sholat, zakat, puasa, atau bahkan sudah haji),
tetapi ketika ia lebih takut urusan duniawinya (dalam aktivitasnya tidak
mengikutsertakan keberadaan Allah swt, tidak mengparesiasi adanya surga dan
neraka), ia bisa dikatakan lebih men-tuhankan (duniawinya seperti harta,
jabatan, karier, dll).
· Maka,
segenap ibadah Ilahiyah kehilangan makna, sehingga ketika yang diinginkan tidak
tercapai, ia mengeluh ; “Ah, ternyata aku
sholat, puasa, zakat, bahkan sudah haji, hasilnya ya begini-begini saja.”.
· Disaamping
itu, Orang tak bisa menentukan dirinya sendiri, karena yang menentukan adalah
Allah swt. Yang bisa dilakukan adalah ‘3i’ tadi (ikhtiyar, ijtihad, ikhtiyath).
Jadi kalau ada orang miskin kok susah, itu bukan karena kemiskinannya, tetapi
karena Tuhan hilang dari dirinya. Begitu juga sebaliknya; kalau ada orang kaya
bahagia, itu pasti bukan karena hartanya, tetapi karena Tuhan ada dalam
dirinya. Orang demikian ini, telah
kehilangan tauhid uluhiyah-nya, karena dalam praktik sehari-hari, ia tak
memiliki tauhid Rububiyah.
· Dengan
kata lain, pada level syar’i, ketika seorang muslim mengikrarkan diri beriman
kepada Allah Swt. namun dalam praktek hidupnya
tak sesuai dengan syariat Allah swt, dan mencabangkan Allah SWT dengan
ilaah-ilah yang lain, maka ia belum disebut bertauhid.
· Dalam hal
ini, Allah swt mengingatkan seperti firmannya dalam Kitabulloh :
QS. Yassiin (36:74) :
Wattakhodzuu
min duu nillahi aalihatal la’al lahum yunshoruun.
[36:74] Mereka
mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan.
· Pentuhanan
kepada Allah SWT pada level batin dan ibadah ritual, haruslah dibuktikan dengan
pentuhanan Allah swt, melalui jalan hidup yang sesuai dengan syari’at-Nya,
sehingga segala perilaku ibadah ritual (syahadatnya, sholatnya, zakatnya,
puasanya dan hajinya) terpancarkan dalam perilaku sosialnya.
· Artinya
perilaku ibadahnya berbanding lurus dengan perilaku sosialnya, bukan sebaliknya
perilaku ibadah-ibadah ritualnya berbanding terbalik dengan perilaku
social. Ungkapan ibadahnya kenceng,
tetapi perilaku yang tidak islami juga kenceng, semoga sudah lepas dari
kehidupan kita. Insya Allah !!.
· Akhirnya, untuk menyempurnakan
dalam keimanan, keislaman dan keikhsanan kita secara kaffah, Kyai Kondang
Zainudin MZ (Almarhum) memberi tip proses yang perlu dilakukan yaitu ” Takholli - Takhalli – dan Tajalli ” (satu
jenis huruf arab yang letak titiknya berbeda, jim-kha’ dan kho’)
Takholli, membersihkan
jiwa dan bathin kita dari pikiran-pikiran yang merangsang untuk berpeilaku
buruk (sirik, dengki, culas, malas, dll)
Takhalli, isi dengan
niat-niat kebaikan di jalan Allah SWT
Tajalli, maka akan datang
karomatullah berupa petunjuk, perlindungan dan pertolongan dari Allah SWT.
·
Demikian itu,
seharusnya seseorang yang telah berikrar dengan dua kalimah syahadat, syahadat
tauhid dan syahadat rasul dalam menjalani kehidupannya, karena ia telah hijrah dari
alam kafirun kea lam muslimun. (Bersambung ke Syahadat Rasul)***
Waloohu
a’lam bishowab
Demikian yang saya sampaikan
bila itu kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah semata,
karena sifat-nya yang al haaq/yang maha benar,
Kalau ada salahnya, itulah
kesalahan saya sebagai manusia,
Yang sifatnya memang deket
dengan kekhilafan
Seperti kata pepatah arab :
“al
insaanu makhallul khoto wan nisyaan”.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallohumma
wabihamdika
asyhadualla ilahailla
anta
astagfiruka wa’atubu
ilaik
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi, Shahih).
Ya Rabb,
Nas-alullah
as-salamah wal ‘afiyah/
Hanya kepada Allah kita mohon keselamatan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum
warahmatulloohi wabarokatuh
0 komentar:
Posting Komentar