PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Bissmillaahirahmaanirrahim
Alhamdulillaahi robbil
‘aalamiin / Wash-sholaatu was-salaamu
‘alaa asyrofil ambiyaai
wal mursaliin / Wa ‘alaa ‘aalihi wa shohbihi aj-maiin
Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Segala puji-pujian
hanya milik Allah Tuhan pemelihara alam semesta.
Semoga rahhmat dan
salam terlimpah kepada seorang Nabi dan Utusan yang paling mulia Yaitu junjungan Nabi Muhammad SAW, dan
kepada keluarganya para sahabat semua.
Amma ba’du
Setiap tanggal 12 Rabiul awal, kita umat Islam biasa
memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW yang maksudnya untuk menghormati lahirnya
Rosululloh SAW. Di Jogjakarta peringatan ini dinamai “
Grebeg Maulud ” yang dimeriahkan secara
besar-besaran. Tujuannya baik, namun kebaikan itu jangan sampai
membawa kita kepada sampai keluar dari hukum syar’inya, bagaimana seharusnya cara kita
merayakannya, ini yang penting, sehingga perbuatan yang baik tadi tidak
menyeret kita pada tindakan yang salah dan menyesatkan, lebih-lebih sampai pada
perbuatan syirik. Dalam syariat
Islam dikenal ada 3 perkara yang perlu kita pahami,
yaitu :
1.
Syahibusy-Syariah dibidang Aqidah ( Keimanan )
Di dalam aqidah (iman) ini
menggunakan gaya bahasa “ kalimat berita” . Jadi manusia hanya sekedar
bertindak sebagai “ penyampai berita” dari Allah SWT tersebut. Manusia hanya sekedar menerima perintah, maka dalam perkara akidah kita
tidak boleh merubah ( mengurangi – atau menambah) firman Allah tersebut. Jelasnya,
masalah aqidah hanya
Allah SWT “kang
ngasto pubo wasesane“ atau yang menetapkan ketentuannya. Misalnya, yang ada pada Arkanul
Iman yang 6 (Rukun Iman)
2.
Syahibusy-syariah dibidang ibadah.
Didalam tataran ‘ibadah’, menggunakan
gaya bahasa “ ibtikari” atau ciptaan
Allah. Yang menciptakan, menyusun dan menetapkan masalah-masalah ibadah,
hanyalah Allah SWT semata.
Disini kedudukan manusia hanya
sekedar menjalankan/melaksanakan. Misalnya, sholat, zakat, puasa, haji
sebagaimana yang ada pada Arkanul Islam yang lima. Jelasnya,
manusia tidak boleh membuat tata cara sendiri mengenai masalah ibadah ini, kita
hanya dapat taat dan patuh. ( misalnya bikin cara sholat sendiri, puasa dengan
cara sendiri, dll. )
3.
Syahibusy-syariah dibidang muamalah.
Dalam muamalah digunakan gaya bahasa
“selektif edukatif”, maksudnya manusia bebas melaksanakan muamalah dalam bentuk
apapun, asal baik, mendidik dan tidak melanggar syariat agama Islam.
Jelasnya didalam hal muamalah orang
merdeka memilih mana yang terbaik dari yang baik (dalam koridor hukum aqidah
dan ibadah ).
Dalam hal muamalah ini Rosulullah SAW
bersabda : “ Perkara aqidah dan iabadah
kamu semua berkiblatlah kepadaku, tetapi bab muamalah kamu berlebih tahu
adanya “
Dengan demikian, peringatan Maulud
Nabi itu berada pada hukum akidah, ibadah, atau muamalah ? kalau dibandingkan dengan ‘Idul fitri, ‘Idul
Qurban, Isyro’ Mi’roj, semua sudah ada “nash” di Al Qur’an, tetapi kalau Maulud
Nabi sepengetahuan saya kok tidak ada, jadi hukumnya ya muamalah yang
diharapkan menjadi amalan sholicha. Karena
merupakan perbuatan muamalah, peringatan Maulud Nabi ini tergantung kita,
melaksanakan boleh, tidak melakukan pun tidak apa. Dan kalau kita melaksanakan ya harus
selektif-edukatif, jangan sampai “murang-syara” atau
melanggar syariat, atau
bahkan menjadi syirik
Kalau kita telusuri riwayatnya atau
lembaran historis dari adanya peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW ini pada
zaman Rasul, pada zaman para sahabat Rasul, tabi’in,--- ternyata belum ada kegiatan peringatan
ini. Adanya baru
setelah ratusan tahun kemudian, sesudah Rosullulloh wafat, yaitu sekitar abad
ke-IV hijriyah ( 647-674 M). Pada saat
itu terjadi perang salib,
perang antara umat Islam dengan umat Nasoro dalam
meperebutkan jerusalem. Pasukan tentara Islam dipimpin oleh Panglima
Perang SULTAN SALAHUDIN yang bergelar MUHAMMAD YUSUF SALAHUDIN AL AYUBI
mengalami kemunduruan semangat dan berjihat maju perang.
Dalamm kondisi yang demikian itu,
Sultan Salahudin berfikir untuk mencari cara bagaimana menumbuhkan semangat
para prajuritnya itu. Setelah
dibicarakan dengan para komandan pasukan, akhirnya diadakan acara peringatan
Maulud Nabi Muhammad SAW, dalam kesempatan itu Sultan Salahudin mengungkap kembali kisah
perjuanagan Nabi Muhammad SAW. Setelah
peristiwa ini, ternyata semangat prajurit untuk berjihat menegakkan kalimah-kalimah
Allah SWT bangkit lagi
sehingga menang dalam peperangan tersebut. jadi mutivasi diadakannya peringatan ini
sudah jelas untuk menyegarkan kembali motivasi untuk meneladani kehidupan
Rasululloh SAW.
Nabi
Muhammad, adalah
manusia (bukan dari golongan jin dan malaikat), maka beliau memiliki
sifat-sifat fitrah manusia seperti kita juga seperti, makan, tidur, berumah
tangga, bersosial, dan wafat. Allah SWT menegaskan dalam hal ini seperti dalam QS.
At_Taubah (9:128) :
laqad jaa-akum rasuulun min anfusikum 'aziizun 'alayhi maa 'anittum
hariishun 'alaykum bilmu/miniina rauufun rahiim
[9:128]
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.
Beliau adalah hamba Allah dari
golongan manusia. Tetapi beliau sebagai Rosul Allah makhluk yang paling
sempurna dengan sifat yang mulia. Allah
SWT menegaskan tentang siapa Muhammad saw.: qul innamaa
anaa basyarun mitslukum yuuhaa ilayya annamaa ilaahukum ilaahun
waahidun…./Katakanlah: Sesungguhnya
aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa
sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". …….. [QS.
Al-Kahfi ( 18:110)]
Q.S.
Al-Ahzab (33:40) :
Maa kaana Muhammadun aabaa akhadim-mir rijaalikum wa
laakir-rosuulallohi wa khootaman-nabiyyiin, wa kaanalloohu bi kulli syai’in
‘alimaa.
[33:40] Muhammad itu sekali-kali
bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu1224, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Kanjeng Nabi, adalah putra Abdullah
bin Abdul Muntholib, Ibunya Aminah binti Wahab, ia keturunan dari suku
Quraisy.
Beliau lahir di Mekkah pada hari
SENEN, 12 RABIUL AWAL tahun Gajah ( 20 April 671 M), Silsilah keturunan beliau
dari Nabi Isma’il bin Nabi Ibrahim as. Beliau
menjadi yatim sewaktu masih dalam kandungan (usia kandungan 6 bulan) karena
ayah beliau wafat pada usia 18 tahun, jenazahnya dimakamkan di Madinah. Pada usia 6 tahun, beliau ditinggal
ibunya wafat ( sepulang dalam perjalanan dari Madinah, setelah berziarah makam
suaminya, ayahanda Nabi Muhammad SAW di kampung Abwa ). Kedua orang tua beliau meninggal tanpa
meninggalkan harta kekayaan yang berlimpah bagi beliau.
Beliau
memiliki kemukjizatan sejak beliau dilahirkan dan berada dilingkungan yang
telah dijaga oleh Allah SWT. Coba luhat saja biografi beliau : Beliau
lahir, hijrah dan wafat pada hari Senin bulan Rabiul awwal. Ayah beliau bernama Abdullah, yang berarti pengabdian kepada ALLAH, Ibunya Aminah yang berarti Kedamaian dan Keamanan; Bidan yang menangani kelahiran beliau bernama Asy-Syifa yang arinya kesembuhan, perolehan
sempurna dan memuaskan; Sedangkan
yang menyusukan beliau bernama Halimah yang artinya Yang
Lapang Dada. Beliau
sendiri diberi nama Muhammad
yang artinya Yang Terpuji, suatu nama yang baik
yang sebelumnya tidak dikenal sehingga menimbulkan banyak pertanyaan,
"mengapa kakeknya menamainya demikian?"
Dalam perjalanan hidupnya beliau
mendapat sebutan
dari orang-orang disekelilingnya dengan sebutan “ AL AMIN” karena sikap dan perlilaku beliau yang jujur, pemaaf, pemalu, terhormat,
adil dan bijaksana.
Kerosullan
Muhammad,
ketika beliau menginjak
usia 40 tahun, malam 17 Romadhon, bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, sewaktu
beliau berkhalwat dan beribadat di Gua ‘Hiro’” datanglah malaikat Jibril as.
Membawa tugas suci dari Allah SWT untuk Muhammad.
Pada waktu itulah, wakyu pertama
kalinya diturunkan, yaitu Surat
Al 'Alaq yang berarti Segumpal Darah, surat Ke-96 terdiri atas 19 ayat,
termasuk golongan surat-surat Makkiyah. Ayat 1 sampai dengan 5 dari surat ini
adalah ayat-ayat Al Qu’ran yang pertama sekali diturunkan,
yaitu di waktu Nabi Muhammad s.a.w. berkhalwat di gua Hira'. Surat ini dinamai Al 'Alaq (segumpal darah), diambil
dari perkataan Alaq yang
terdapat pada ayat 2 surat ini. Surat ini dinamai juga dengan Iqra atau Al Qalam.
Ayat pertama : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan.
iqra/ bi-ismi
rabbikalladzii
khalaq
Dan
ayat kedua : Dia
(Allah) telah
menciptakan manusia dari segumpal darah
kholaqol-insaana min 'alaq
Perintah
membaca Al Quran; manusia dijadikan dari segumpal darah; Allah menjadikan kalam (ayat ke 4)
sebagai alat mengembangkan pengetahuan; manusia bertindak melampaui batas
karena merasa dirinya serba cukup; ancaman Allah terhadap orang-orang kafir
yang menghalang-halangi kaum muslimin melaksanakan perintah-Nya.
Dan inipulalah saat penobatan beliau
sebagai Rosululloh, utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia sampai akhir
jaman. Tugasnya adalah sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam Al Qur’an Surah
Al-Anbiya (21:107) “
Wa Maa Arsalnaaka Illa Rahmatan Lil ‘Aalamin
(tiada kami utus engkau /Muhammad
melainkan untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam ).
Sebelum Nabi Muhammad di angkat
sebagai Rosululloh, dunia jagat raya ini secara bathiniah dalam keadaan gelap
gulita kalau dalam istilah tarech
nabi, dinamakan “jaman jahilliyah “ (orang Jawa menyebutnya “jamane akeh wong
jahil ). Di
jaman jahilliyah ini, manusia dalam keadaan
“qolbun muttaqoliba “, manusia yang hatinya
berbolak-balik, tidak tentram, gelisah (qolbun=hati, qolaba=bolak-balik ). Kegelapan hati manusia seperti itu,
membutuhkan rahmatullah / rahmatan dari Allah SWT berupa “ penerang hati“ yang berupa : Dienul Haq - Dienullah ‘ Addinul
Islam “ yang dibawa oleh Muhammad Rosululloh SAW, Kalau kita bisa
istiqomah sebagai ummatnya, insyaallah kita akan salama / aslama / selamat
dunia akherat.
Muhammad Rosululloh SAW sendiri
menegaskan bahwa tugasnya adalah untuk menyempurnakan keutamaan akhlak, Innamaa Bu’itstu Litammimma Makarimal Akhlak, melalui ajaran
yang telah diwahyukan kepadanya. Untuk
ini Allah SWT
telah menunnjukan bahwa, “ Sesungguhnya
agama disisi Allah hanyalah Islam - Innalladzina ‘
Indallahhil Islam “ ( QS. Al-Imran [3]:19
)
Dalam
firman Allah SWT dala Surah At_Taubah 128, “Sungguh
telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin”
"Allah tidak mengatakan 'rasul
dari kalian' tetapi mengatakan 'dari kaummu sendiri'," kata Sayyid Qutb
saat menjelaskan ayat ini dalam Fi Zhilalil Qur'an, "ungkapan ini
lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang
mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung
dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih
dalam dan lebih sensitif."
"Allah SWT menyebutkan limpahan
nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy mukmin melalui seorang
rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka sendiri," tulis Ibnu
Katsir saat menjelaskan ayat yang sama, "yakni dari bangsa mereka dan
sebahasa dengan mereka."
Rasulullah merasakan beratnya
penderitaan dan kesulitan umatnya, bahkan lebih berat bagi Rasulullah daripada
apa yang dirasakan oleh umatnya sendiri. Maka setiap saat yang diperjuangkan
adalah umat, yang dibela adalah umat, yang dipikirkan menjelang wafat adalah
umat. "Ummatii... ummatii...", kata Rasulullah yang selalu memikirkan
umatnya menjelang wafatnya.
Rasulullah juga sangat menginginkan
umatnya memperoleh hidayah serta kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.
Maka segala hal yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya telah
beliau sampaikan. Segala hal yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari
neraka beliau paparkan. Bahkan Rasulullah menyimpan doa terbaiknya untuk
umatnya kelak di yaumul hisab agar umatnya beroleh syafaat. Itulah
bentuk-bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya. Dalam hadits yang diriwayatkan Muslim, “Dari
Qatadah, beliau bertanya kepada Anas bin Malik, “Doa apa yang paling sering
Nabi panjatkan?” jawaban Anas, “Doa yang paling sering Nabi panjatkan adalah
ucapan allahumma atina fid
dunya khasanah wa fil akhirat khasanah wa qina adzabbannar”.
Kedekatan
Rasululloh SAW dengan Allah SWT bahkan diabadikan dalam kalimah syahadat :
asyhadu an-laa ilaaha illallaah
wa asyhadu anna muhammadan
rasuulullaah
Setelah
kita bersaksi tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah
utusaNya. Persaksian
untuk Rasulullah Saw dengan dua sifat ini meniadakan ifrath (berlebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah saw . Karena
banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya
hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat
ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhannahu wa Ta'ala .
Konsekuensi Ar-Rasul Qudwatuna (Rasul
Teladan kami)
Meneladani sikap dan perbuatan Nabi
Muhammad Rasululooh SAW dalam kehidupan sehari-hari merupakan konsekuensi
seorang muslim ketika berikrar dengan dua kalimah syahadat.
Kesempurnaan Rasululloh SAW yang
dianugerahkan Allah SWT kepadanya menjadikan Rasululloh SAW sebagai tauladan
dan panutan kita sebagai seorang mulim baik dalam aspek ibadah, aspek zuhud,
aspek tawadu’, aspek akhlak dalam kesabaran dan pemaaf, aspek kekuatan fisik
(menjaga kesehatan) aspek keberanian (fisabilillah), aspek manajemen (mengelola
kekuasaan), aspek keamanahan, aspek kesantunan dan etika, aspek aqidah dan
syariah, serta aspek-aspek dalam kehidupan yang imani.
Meneladani kerasulan Nabi Muhammad
SAW, sebagai konsekyensi dari ikrar dua kalimah syahadat, pada rukun syahadat
kedua, yaitu Syahadat Rasul, “wa asyhadu anna
muhammadan rasuulullaah” , ada beberapa sikap dan perilaku yang bisa
dilakukan, untuk mewujudkan Rasulullah SAW sebagau ‘qudwatuna’ atau
teladan kami, adalah :
Pertama, Mencintai Rasul. Kecintaan kepada
Rasululloh SAW ditempatkan pada urutan kedua, setelah kecintaan kita kepada
Allah SWT. Ini dilakukan sebagaimana diperintahkan oleh Allah SWT dalam
firmanNya QS. At_Taubah (9:24)
qul in kaana
aabaaukum wa-abnaaukum wa-ikhwaanukum wa-azwaajukum wa'asyiiratukum wa-amwaalun
iqtaraftumuuhaa watijaaratun takhsyawna kasaadahaa wamasaakinu tardhawnahaa
ahabba ilaykum minallaahi warasuulihi wajihaadin fii sabiilihi fatarabbashuu
hattaa ya/tiyallaahu bi-amrihi walaahu laa yahdiil qawmal faasiqiin
[9:24]
Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.
Hadits Rasululloh SAW diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim, Rasululloh SAW bersabda : “Tidak beriman salah seorang diantara kamu sehingga aku lebih dicintai
dari pada dirinya, anak serta orang tuanya serta manusia seluruhnya” (HR.
Bukahri-Muslim)
Kedua,
Membenarkan, mengikuti dan mentaatinya. Sebuah sikap dan prinsip yang harus dimiliki
oleh setiap seorang muslim sebagai pengikut Rasululloh SAW. Sikap dan prinsip
ini akan dapat member ampunan bila kita melakukan kekhilafan, sebagaimana
Firman Allah SWT (QS. Ali_Imran [3:31]) :
qul in kuntum tuhibbuunallaaha fattabi'uunii
yuhbibkumullaahu wayaghfir lakum dzunuubakum walaahu ghafuurun rahiim
[3:31]
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.
Dalam ayat berikutnya (QS. Ali_Imran
[3:32]) Allah juga menegaskan :
qul athii'uullaaha warrasuula fa-in tawallaw fa-innallaaha laa yuhibbu
lkaafiriin
[3:32]
Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
Membenarkan dan mentaati Rasululloh
SAW sudah menjadi keharusan mutlak bagi umat muslim sebagai pengikut Rasululloh
SAW, sesungguhnya kunci kemuliaan seorang muslim terletak kepada ketaatannya
kepada Allah SWT dan Rasululloh SAW, ini merupakan konsekuensi mutlak dari
ikrar dua syahadat, yaitu syadat tauihid dan syahadat rasul yang telah diucapkan. Untuk hal in I Allah
berfirman :
(QS.
An_Nisaa’ [4:59])
yaa
ayyuhaalladziina aamanuu athii'uullaaha wa-athii'uu rrasuula waulii l-amri
minkum fa-in tanaaza'tum fii syay-in farudduuhu ilaallaahi warrasuuli in kuntum
tu/minuuna bilaahi walyawmi l-aakhiri dzaalika khayrun wa-ahsanu ta/wiilaa
[4:59]
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya),
jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu
lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.
(QS.
An_Nisaa’ [4:80])
man yuthi'i rrasuula faqad athaa'allaaha waman tawallaa famaa arsalnaaka 'alayhim hafiizhaa
[4:80]
Barangsiapa yang menta'ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta'ati Allah.
Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta'atan itu), maka Kami tidak mengutusmu
untuk menjadi pemelihara bagi mereka321.
(QS.
Al_Hujarat [49:1])
yaa ayyuhaalladziina aamanuu laa tuqaddimuu bayna
yadayillaahi
warasuulihi wattaquullaaha
innallaaha
samii'un 'aliim
[49:1]
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya1408 dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya ketaatan kepada
Rasululloh SAW sama kedudukannya dengan ketaatan kepada Allah SWT. Manakala
seorang muslim taat kepada Rasul maka ia juga akan taat kepada Allah SWT
demikian juga sebaliknya ketaatan kepada Allah SWT berimplikasi pada ketaatan
kepada RasulNya.
Ketaatan kepada Allah SWT dan
Rasululloh SAW kan berdampak pada kenikmatan hidup sebagaimana yang dirasakan
oleh para nabi, orang-orang yang sholeh, yang mati syahid. Dan mereka itu
adalah sahabat yang paling baik kita dalam mengarungi hidup ini. Firman Allah
SWT (QS. An_Nisaa’ [3:69]) :
waman yuthi'illaaha warrasuula faulaa-ika ma'alladziina an'amallaahu 'alayhim mina
nnabiyyiina washshiddiiqiina
wasysyuhadaa-i
washshaalihiina wahasuna ulaa-ika rafiiqaa
[4:69]
Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni'mat oleh Allah, yaitu :
Nabi-nabi, para shiddiiqiin314,
orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman
yang sebaik-baiknya.
Ketaatan kepada RasulNya, juga dapat
menghantarkan dan menjadikan kunci untuk masuk surga, seperti yang disabdakan
Rasululloh SAW : “ Semua umatku akan
masuk surge, kecuali yang tidak mau” Sahabat bertanya : “Siapa yang tidak mau
ya Rasululloh”; Beliau menjawab : “ Siapa yang taat kepadaku ia akan masuk
sorga dan siapa yang durhaka kepadaku, ia termasuk orang yang tidak mau atau
masuk neraka” (HR. Bukhari dari Abu
Hurairah r.a)
Ketiga,
Berdakwah dan melanjutkan tugas risalah Muhammad SAW. Misi dan tugas utama Rasululloh SAW
adalah untuk menyampaikan risalah illahiyah, yaitu mengajak dan menyeru seluruh
umat manusia untuk bertauhid, beriman dan tunduk kepada Allah SWT. Tugas ini harus terus berlanjut mengiringi
putaran bumi sampai akhir zaman. Apa yang akan terjadi bila seruan beramar
ma’ruf tidak ada lagi yang melakukan, gempuran iblis syaithonirrojin akan
meraja lela menuntun umat manusia kejalan kekufuran dan kemusyrikan, menjauhkan
dari kehidupan yang islamiyah-imaniah illahiyah yang telah dicontohkan oleh
Rasululloh SAW. Karena itu melanjutkan
berdakwah, beramar ma’ruf harus menjadi tugas para pengikut Rasululloh SAW,
Allah SWT berfirman :
(QS.
Ali_Imran [ 3:104]) :
waltakun minkum ummatun
yad'uuna ilaa
lkhayri waya/muruuna bilma'ruufi wayanhawna 'ani lmunkari waulaa-ika humu lmuflihuun
[3:104]
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar217; merekalah orang-orang yang
beruntung.
(QS.
An_Nahl [ 16:125]) :
ud'u ilaa sabiili rabbika bilhikmati walmaw'izhati lhasanati wajaadilhum billatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa
a'lamu biman dhalla
'an sabiilihi wahuwa a'lamu bilmuhtadiin
[16:125]
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah845 dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam sebuah hadits Rasululloh SAW
bersabda :” sampaikanlah dariku walaupun
hanya satu ayat “ (HR. Ahmad, Bukhari dan At_Tirmidzi)
Menyampaikan dan menyerukan kalimah
Allah SWT ini bila dilakukan dengan baik, maka kita akan memperoleh derajat
yang tinggi disisi Allah SWT dan dimasukan dalam golongan umat yang baik atau ‘khoiru ummah’ sebagaimana firman Allah
SWT :
(QS.
Ali_Imran [3:110])
kuntum khayra ummatin
ukhrijat linnaasi
ta/muruuna bilma'ruufi watanhawna 'ani lmunkari watu/minuuna bilaahi walaw aamana ahlu lkitaabi lakaana khayran lahum
minhumu lmu/minuuna wa-aktsaruhumu lfaasiquun
[3:110]
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS.
Fushshilat [41:33])
waman ahsanu qawlan mimman da'aa ilaallaahi wa'amila shaalihan waqaala innanii mina
lmuslimiin
[41:33]
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang menyerah diri?"
Dalam hadits Rasululloh SAW bersabda
: “Barang siapa menunjukan pada suatu
kebaikan atau kebajikan, maka ia akan mendapat pahala seperti yang mengerjakan”
(HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan
At-Tirmidzi)
Keempat,
Menghidupkan sunnah-sunnah Rasul.
Menjalankan dan menghidupkan sunah-sunah rasul adalah bentuk kecintaan kita
terhadap keteladanan Rasululloh SAW. Beliau telah mewariskan kepada kita
Al_Qur’an dan Al-Hadits yang harus digunakan sebagai rujukan dalam menjalani
kehidupan di dunia ini, bila kita menginginkan kehidupan di akherat kelak yang
lebih baik.
Dengan berpegangan kepada Al_Qur’an
dan Al_Hadits kita dihindarkan dari perbuatan bi’ah dalam perkara-perkara ubudiyah,
karena Rasululloh SAW sudah mengingatkan dalam sabdanya : “ Sesungguhnya siapa yang hidup sesudahku,
akan mengalami banyak pertentangan. Oleh karena itu, kalian semua agar
berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah penggantiku. Berpegang teguhlah kepada
petunjuk-petunjuk tersebut. Dan waspadailah kamu kepada sesuatu yang baru,
karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat, dan
setiap kesesatan itu di neraka “ (HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Hakim,.
Baihaqi dan at_Tirmidzi).
Agar berpegang pada Al Qur’an dan al
hadits tersebut memang ditegaskan oleh rasululloh SAW dalam sabda beliau : “Aku tinggalkan kepada kalian dua hal, yang
kalian tidak akan tersesat selamanya bila berpegang teguh dengannya, yaitu
kitab (Al Qur’an) dan sunnahku” (HR. Hakim)
Kelima,
Menghormati para ulama’.
Ulama merupakan pewaris para nabi, Dalam hadits Nabi bersabda :“Sesungguhnya ulama adalah pewaris nabi”.
Rasululloh SAW memerintahkan agar menghormati para ulama. Ulama yang dimaksud
adalah orang yang berilmu, dan dengan ilmunya itu menjadikan ia sangat takut
(bertaqwa) kepada Allah SWT, yang demikian itulah ulama khoir, bukan ulama syu’ akhir jaman, yaitu ‘ulama’ yang
mengikuti hawa nafsunya yang halal menjadi haram dan yang haran menjkadi halal,
dunia jadi tujuannya, seruannya mebuat kegaduhan umat, tidak amanah dan tidak
istiqomah. Allah berfirman (QS Fathir [35:28] :
wamina nnaasi waddawaabbi wal-an'aami mukhtalifun lwaanuhu kadzaalika innamaa yakhsyaallaaha min 'ibaadihi l'ulamaau innallaaha 'aziizun ghafuur
[35:28]
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama1258. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.
[([1258]. Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah
orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.]
Demikianlah hikmah yang bisa diambil dalam kita memperingati
Maulid Nabi Besar Muhammad SAW, semoga shoalat serta salam selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, berserta keluarganya, para
sahabat, serta para pengikutnya sampai akhir zaman. (Sya’ban
1436 H_ahas)****.
Waloohu a’lam bishowab
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallahumma
wabihamdika
asyhadualla ilahailla
anta
astagfiruka wa’atubu
ilaik
“Maha
Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan bertaubat
kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi, Shahih).
Ya Rabb,
Nas-alullah as-salamah
wal ‘afiyah/
Hanya kepada Allah kita mohon keselamatan.
Wallahu waliyyut taufiq
was sadaad.
Wassalamu’alaikum
warahmatulloohi wabarokatuh
0 komentar:
Posting Komentar