RENCANA
STRATEGIK (RENSTRA) DALAM
KEHIDUPAN
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
waminhum man yaquulu rabbanaa aatinaa fiiddunyaa hasanatan wafiil-aakhiroti hasanatan waqinaa 'adzaabannaar
[2:201] Dan di antara
mereka ada orang yang bendo'a: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka"127.
(QS. Al Baqarah [2]: 201)
Majelis netizen rohimatullah
· Sebelumnya kita panjatkan syukur kehadirat allah swt..
Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha
penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
· Alhamdulillaahil
ladzii an ’amana al iimaani wal islaami, segala puji bagi
allah yang telah melimpahkan nikmat iman
dan islam.
· Wa
nikmatan ‘umrihi, wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita
bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana seruan Rasuulloh sawl “barangsiapa
meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).... Amien.
· Berkat rahmat
dan nimat itulah, pagi ini kita dapat menunaikan sholat subuh berjamaah di
rumah Allah yang penuh rahmat.. Baiturrohmah.
· Sholat subuh
yang selalu disaksikan oleh malaikat ini seperti difirmankan Allah
Ta’ala dalam QS. Al israa’-78, oleh Rasululloh saw di tegaskan bahwa “barang siapa
sholat shubuh, maka ia dalam jaminan Allah....(hr. Muslim.
No 1.050)
·
Wasyolaatu wassalamu ‘alaa khoiril
anaam Muhammadin shalalloohu ‘alaihi
wassalam, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan penghulu
alam-nabi besar Muhammad salallaahu alaihi wassalam, beserta para keluarga,
sahabat serta umatnya ....amien
Saya juga ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan
keluarga keluar saya serta hadirin “ ...
Yaa
ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa
wa-antum muslimuun /... Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama islam. (Qs. Ali
Imran (3:102)
· Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa,
yaitu dengan “melaksanakan
semua perintahnya (sesuai dengan kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri
bisa dengan duduk tidak bisa duduk bisa dengan tidur.
· Dan meninggalkan
semua larangannya (secara mutlak)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alasan, misalnya
“belum mampu” meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nanti aja, ya tidak
bisa gitu !!!
·
Abu Hurairah r.a, menceritakan ia mendengar rasulullah saw sabda, : ” apa yang aku
larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku
perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(hr.Bukhari dan
Muslim).
· Apa yang
akan saya sampaikan bukan hal yang baru, karena risalah agama ya memang sudah
sempurna sampai rasululloh saw wafat,
· Dakwah
itu hanya berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir;
hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang
firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw. (Al Ghosyiah [88]:21)
·
Selebihnya, tergantung hati masing-masing,
apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima hidayah, dan ada dorongan untuk
taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
· Hari ini
kami mendapat amanat untuk menyampaikan “amar ma’ruf” menyeru kepada kebaikan,
ini sesuai dengan perintah allah ta’ala (QS. Ali Imran 104)
· Dan kata Rasululloh saw, ad daallu
‘alal khoiri kafaa ’illihi orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan
orang yang diajaknya /HR. Tirmizi)
·
Dan mudah-mudahan saya tidak
termasuk golongan yang diperingatkan allah ta’ala :
Ata/muruunan-naasa bilbirri watansawna
an-fusakum wa-antum
tat luunal kitaaba
Afalaa ta'qiluun
[2:44}. “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al
kitab (taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Asbabunnuzul
turunya ayat 44 surah al baqarah
ini, allah menegur, seorang yahudi yang menyuruh anak dan mantunya serta kaum
kerabatnya yang telah memeluk agama islam untuk melaksanakan kewajibannya,
tetapi dirinya sendiri tetap saja mengingkari... Ia menyuruh orang berbuat
baik/beramal sholeh, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Semoga kita tidak termasuk golongan yang
demikian ini.
· Dakwah
berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan,
memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta
sunnah-sunnah rasululloh saw.
· Selebihnya,
tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima
hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
Majelis netizen rohimatullah
·
Setiap kehidupan seorang manusia, disadari atau tidak
pasti telah menetapkan suatu tujuan dalam hidupnya, memang secara formal tidak
ada yang mendokumentasikan dalam suatu catatan tersendiri, cukup disimpan dalam
memori di otaknya.
·
Memenej kehidupan kalau mau tertib, tak ubahnya juga
seperti memenej suatu organisasi, karena pada hakekatnya kita adalah ‘CEO” dari
seluruh perangkat hidup dalam diri kita, yang harus kita ‘direct’ untuk
mencapai tujuan hidup yang kita inginkan.
·
Oleh karena
itu setiap insan hamba Allah, apabila menginginkan kehidupannya dunia dan
akheratnya sukses harus memiliki ‘ghoyah’ (visi), ‘adhaf (perencanaan), ‘takhtith’ (strategi), ‘tatbig’ (pelaksanaan), kemudian melakukan
‘muhasabah’ (evaluasi diri).
·
Komponen
inilah yang akan dijadikan sebagai suatu ‘rencana strategi’ kehidupan yang akan
kita jalani agar kita tidak termasuk golongan yang merugi, atau mungkin malah
bangkrut.
· Allah
SWT dengan bersumpah “demi waktu” (wal ’asry), begitu
pentingnya masalah waktu (kesempatan), bahwa Sahabat yang paling jauh adalah ‘Waktu’ karena waktu yg telah lewat tak bisa
dijangkau lagi. Dan Shabat yang paling
dekat, juga waktu, sehingga ‘ketetapan
waktu untuk kematian kita bisa saja
seditik kedepan.
wal'ashri
[103:1] Demi masa.
inna
l-insaana lafii khusrin
[103:2] Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian,
Illaaalladziina
aamanuu wa'amiluush-shoolikhaati watawaa
sawbilkhaqqi watawaa sawbish-shobri
[103:3] kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
· Ada
juga manusia yang bangkrut, yaitu manusia yang meninggal
dengan membawa amal ibadah banyak dari sholatnya, xakatnya, puasanya dan
hajinya, tetapi tidak bisa menjadi tabiatnya, sehingga suka menyakiti orang
lain, maka ia bangkrut saat dilakukan hisab pada Yaumil Hisab
~
Rosulloh
saw bertanya kepada sahabatnya : Tahukah
kamu orang yang bangkrut itu;
~
para
sahabat menjawabnya : orang yang bangkrut
adalah orang yang harta bendanya telah habis dan tak punya apa-apa lagi.
~
Bukan itu kata Rosululloh saw, orang yang bangkrut adalah orang yang mati dengan membawa amal sholeh
banyak, amalan sholatnya, zakatnya, puasanya, hajinya, ilmunya dll. tetapi
karena waktu hidupnya sering mengumpat, memaki, bicaranya selalu menyakiti hati
orang, maka tatkala akan dimasukkan sorga oleh Allah, orang yang pernah
disakitinya memprotes kepada Allah, akhirnya amalan orang tersebut diberikan
kepada orang yang disakitinya sampai habis, sehingga dosa orang yang
disakitinya diberikan kepadanya.
· Agar
tidak rugi dan lebih-lebih bangkrut, mari menyusun “Renstra” kehidupan,
ddengan menetapkan visi dan misi kehidupan ini agar tujuan hidup kita dapat
tercapai secara optimal,
VISI,
· Visi yang
merupakan pandangan atau sasaran yang jauh kedepan, sebagai suatu cita-cita,
sebagai tujuan akhir, dalam hidup kita adalah “
fiiddunyaa hasanatan, wafiil-aakhirati
hasanatan”
kebaikan hidup didunia dan dikaerat kelak”
Karena itu
do’a yang sering kita baca sebagai do’a sapu jagat adalah:
“…robbanaa aatinaa fiiddunyaa khasanatan wafiil-aakhiroti
khasanatan waqinaa 'adzaabannaar”
"Ya Tuhan
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka". (QS. Al baqarah [2]:201)
MISI,
· Misi
kehidupan ini sebagai strategi untuk mencapai visi adalah :
1. Selalu menapai jalan yang lurus, yaitu :
“ shiroothol mustaqiim”./ jalan yang lurus
Apa itu jalan
yang lurus, :
Shirootholladziina an'amta'alayhim
(yaitu)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat
ghoyril maghdhuubi'alayhim
bukan
(jalan) mereka yang dimurkai (seperti orang2 Yahudi)
walaadhdhoolliin
dan
bukan (pula jalan) mereka yang sesat (seperti orang2 nasshoro)
QS Al Fatihah (1:7)
· Mustaqim, atau yang
lurus juga bisa bermakna : “Mus” itu Muslim-muslimah “Taq” itu Taqwa
dan “Im” itu Iman” . Setiap
seorang muslim/muslimah yang bertaqwa dan beriman, pasti selalu
berjalan di jalan yang lurus (‘on the track’)
2. Menjadi Mukminin / Yang Beriman
· Secara
literal/etimologi iman berarti ‘percaya’ (ini
perbuatan hati)
Ketika Rasululloh saw ditanya
seseorang yang tidak dikenal (dan ternyata adalah Jibril) bertanya kepada
Rasul, Maa al-Iman.. (apa itu
iman) ?
Jawab Rasul : antu’
mina.. (kamu mempercai) …(HR
muttafaq ’alaih).
· Secara
terminologis,
Dikatakan
Beriman menurut Imam Abu Hasan Al Asy’ari kalau memenuhi tiga unsur, berarti
”at-tashdiiqu bil-qolbi /
membernarkan dalam hati;
wa al-iqrooru bil-lisaani /
dan mengucapkan dengan lisan;
wa al-’amalu bil-arkaan atau bi al-jawaariih /
dan melaksanakannya dengan
amal perbuatan).
(Imam
Abu Hasan al-Asy’ari).
3. Menjadi Orang yang taqwa/Muttaqin,
· ada rasa
takut melanggar perintah Allah dan ikhlas menjauhi laranganNya
· ibadahnya
secara kaffah :
~ tak-nya (tawaduk/tahu diri,
~ kaf-nya (kona’ah/ikhlas menerima, nip.)
~ Waw (Warro/wirra’i/menjauhkan diri dari
munkar), dan
~ Ya’ (yakin, tanpa ragu
sedikitpun dengan ketauhidannya kepada Allah)
· Muttaqin, adalah derajat tertinggi atau “maqoman-mahmudah” (derajat tertinggi di sisi Allah SWT), urutannya adalah mulai dari :
~
“Maqom Muslimim” (setelah
bersahadat sebagai seorang muslim, semua
amalannya diukur dengan pahala dan dosa semata),
~
“Maqom Mukminin” (ibadahnya sudah
dibarengi dengan keimanan, diyakini dalam hati, dikrarkan dengan lisannya dan
terwujud dalam perilakunya )
~
“Maqom Muhsinin (ikhsan artinya baik,
keislaman dan keimanannya diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang
baik/akhlakul karimah;
~
“Maqom Mukhlisin” (Ikhlas semata-mata
karena Allah SWT)
·
Tanda-tanda Orang Mukhsin :
“alladziina
yunfiquuna fiis-sarroo-i wadhdharroo-i
walkaa
tsimiinal ghoyzha
wal'aafiina 'aninnaasi
walaahu yukhibbul mukhsiniin
[3:134] (yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.
[QS. Ali_Imran (3:134)].
· Mukhlisin tak bias diganggu syetan/iblis
Pada derajat ini,
syaitan laknatullah tidak mampu menggoda dan menyesatkan karena sang hamba
dijaga langsung oleh Allah SWT.
Ini dapat
dilihat dialog syetan dengan Allah SWT (QS.
Al-Hijr [15]:39-40):
Qoola, robbi bimaa aghwaytanii
lauzayyinanna lahum fiil-ardhi
walaughwiyannahum ajma'iin /
[15:39] Iblis berkata : "Ya
Tuhanku,
oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat,
pasti aku akan menjadikan
mereka
memandang baik (perbuatan
ma'siat) di muka bumi,
dan pasti aku akan menyesatkan
mereka semuanya,
illaa 'ibaadaka
minhumul mukhlishiin/
[15:40] kecuali hamba-hamba Engkau
yang mukhlis di antara mereka".
· Maqom tertinggi/maqom mahmudah adalah “Muttaqin”
Dalam QS. Al-Hujurat
[49]: 13) ditegaskan bahwa :…
Inna Akromakum ‘Indallahi At-Qookum…/
sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
PROGRAM AKSI,
·
Program aksinya untuk mewujudkan Visi, dan
Misi yang telah kita tetapkan tadi, agar menjadi tidak menjadi orang yang
merugi seperti disinyalir oleh surah Al Ashr (103:2) :Innal-Insaana
Lafii Khusrin/Sesungguhnya manusia
itu benar-banar dalam kerugian.
·
Maka program aksi yang dilakukan adalah :
(QS. Al Baqarah [2]:2-3)
Pertama, “dzaalikalkitaabu laa royba
fiihi hudalil muttaqiin“ / terhadap al qur’an
sudah tidak ada keraguan dan menjadikannya sebagai pentunjuk
Kedua, Yu/minuuna bilghoybi/beriman kepada yang ghoib
Ketiga, Wayuqiimuunash-sholaata/mendirikan sholat
Keempat, wamimmaa
rozaqnaahum yunfiquun/ menafkahkan
sebagian rezeqi
“Dzaalikalkitaabu
laa royba fiihi hudalil
muttaqiin“
Terhadap Al Qur’an Sudah
Tidak Ada Keraguan Dan Menjadikannya Sebagai Pentunjuk
· Dalam menjalani kehidupannya, konsekwensi logis dari seorang muslim, mukmin
dan mutaqin, adalah tidak ada keraguan sekaligus menjadikannya petunjuk
ayat-ayat Allah SWT yang telah ada di Kitabullah Al Qur’anul Kariimm.
Yu/minuuna bilghoybi/beriman
kepada yang ghoib
· Ghaib adalah kata yang
digunakan untuk setiap sesuatu yang tidak dapat diindra, baik diketahui maupun
tidak.
· Iman kepada yang ghaib
berarti percaya kepada segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh panca
indra dan tidak bisa dicapai oleh akal biasa, akan tetapi ia diketahui oleh
wahyu yang diterima oleh para nabi dan rasul.
· Iman kepada yang ghaib
adalah salah satu sifat dari orang-orang mukmin. Allah Subhannahu wa Ta’ala
berfirmannya dalam QS Al Baqarah (2:3) tersebut diatas.
· Iman kepada
yang ghaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera,
karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, Malaikat-Malaikat,
Hari akhirat dan sebagainya.
· Implikasi
dari “yu/minuuna bilghoybi” atau “beriman
kepada yang Ghoib” dalah akan
bersikap jujur, tawaqal dan ikhlas dimana saja, diwaktu kapan saja dan dalam
kondisi apa saja, karena merasa dirinya
selalu bersama yang Maha Ghoib, Yang Maha Melihat, Maha Mendengar dan
Maha mengetahui.
· Untuk
menjelaskan ini, kita review satu kisah yang sangat popular, yaitu :
Suatu ketika Abdullah bin Dinar tatkala bersama Umar bin Kahttab ke makkah, ditengah
jalan melihat anak pengembala domba, ia iseng mau beli dombanya,
Umar berkata : “wahai anak
gembala jualah domba itu seekor saja kepadaku”
Gembala menjawab :” aku ini
hanya budak, domba ini milik tuanku”
Kata umar: “bilang saja satu
ekor dimakan srigala”
Jawab gembala: “fainallah ya
umar, kalau begitu dimana allah, tidakkah dia maha melihat”
Mendengar jawaban sang gembala
itu umar terharu dan malu, dengan kondisi seperti itu begitu kuat imannya.
Maka keesokan harinya anak
gembala itu ditebus ketuannya untuk dimerdekakan seraya umar berkata “ aku
merdekakan engkau didunia ini dari tuanmu, semoga engkau merdeka juga diakhirat
nanti”
· Fenomena saat
ini masih banyak kaum muslimin dan mukimin, yang memisahkan antara kegiatan
ritual/spiritual (ibadah) dengan kegiatan keduniawian. Pemahaman dan keimanan
agamanya belum berdampak pada kehidupan sosialnya.
· Keberadaan
Allah SWT yang kita yakini sebagai Dzat Yang Maha Ghoib, masih diyakini dalam
kegiatan ritual, pada kegiatan muamalah social sering ditinggalkan, seolah kita
lupa bahwa Allah SWT Maha melihat dab Maha Mengetahui dengan segala apa yang
kita akan perbuat maupun yang sudah kita perbuat.
· Itulah
yang membuat keadaan menjadi paradoksial, disatu sisi ada orang yang memiliki
pemahaman agama cukup tinggi dan luas, namun perilakunya masih jahiliyah.
· Tegasnya,
pemahaman keagamaannya, keIslaman dan keimanannya tidak berbanding lurus dengan
perilaku dan kehidupan sosialnya. Ke-aliman dan kekhusu’annya dalam beribadah
belum tampak pada kealiman dan kehusu’annya dalam menjalankan kehidupan
sosialnya.
Wayuqiimuunash-sholaata/mendirikan
sholat
· Ayat ini menegaskan wayuqiimuunash-sholaata / ”dirikanlah sholat”, bukan ’kerjakanlah sholat”,
· Menegakkan sholat implikasinya adalah aktivitas ritual sholat tidak saja
sebagai kewajiban bagi seorang mukmin, lebih dari itu adalah setelah melakukan
ibadah sholat... akan diwujudkan dalam kehidupan sosialnya
· Artinya, menegakkan sholat bermakna kesalehan spiritualnya berbanding lurus
dengan kesalehan sosialnya.
· Dalam bahasa sederhana, seseorang akan baik atau soleh-solihah atau baik
amal perbuatannya, karena ia telah mendirikan sholatnya denan benar.
· Kesalehan sosial, yang terbentuk dari perilaku yang
baik atau amal sholeh sebagai pancaran
dari sholatnya, menghantarkan kita menjadi manusia yang tidak merugi.
Dalam QS.
Surah Ke 103, Al Ashr tadi disebutkan
innal-insaana lafii khusrin
[103:2]
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Illaaalladziina aamanuu
wa'amiluush-shoolikhaati
[103:3] kecuali orang-orang
yang beriman
dan mengerjakan amal saleh
· Indikator amalan sholihan, adalah :
QS_Al Baqoroh (2:177)
....wa
laakinal birro/ sesungguhnya kebajikan itu ialah :
~
man
aamana billaahi / beriman kepada allah,
~
wal-yaumil
aakhiri / pada hari kemudian,
~
wal-malaaikati/ kepada malaikat-malaikat
~
wal-kitaabi / pada kitab-kitab
~
wan-nabbiyyin, /pada nabi-nabi
~
wa aatal-maala
’ala hubbihi zawil qurba
~
(dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya)
~
wal-yaataama
wal-masaakiina
~
(anak-anak yatim, orang-orang miskin,)
~
wabnassabili was-saailina
wa fir-riqab
~
(musafir dan orang-orang yang
meminta-minta;
~
dan (memerdekakan) hamba sahaya,
~
wa
aqoomas-salaata
~
(mendirikan shalat,)
~
wa
aatazakah,
~
( membayar zakat, )
~
wal
muufuunabi ‘ahdihim izaa ’ahaduu
~
(yang
menepati janjinya apabila ia berjanji,)
~
was-saabirina
fil ba’saai /
~
(yang sabar dalam kesempitan,
~
wad-damaai
wa hinal-ba’s, /
~
(dan pada penderitaan dan dalam peperangan.
~
ulaaikal-lazina
sodaqu,/
~
(mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
~
wa
ulaaikal humul muttaqin /
~
(dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa)
· Balasan Allah SWT bagi amalan
sholihan
· Di antara
balasan bagi amalan sholihan yang dijanjikan Allah SWT itu adalah :
1. Diberi ampunan dan pahala yang besar-maghfirotun wa-ajrun 'azhiim (QS Al-Maidah [5] :9) :
2. Diberi kehidupan yang layak- khayaatan thoyyibatan (QS. An_Nahl [16]:97) :
3. Diberi tambahan petunjuk-yazii-dulloohulladziina ihtadaw (Allah akan menambah petunjuk) (QS
Maryam [19]: 76).
4. Dihapuskan dosa-dosanya - Lanukaf-fironna 'anhum sayyi-aatihim/benar-benar
akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka (QS al-Ankabut [29]: 7).
5. Dimuliakan hidupnya- walaqod karromnaa banii aadama -Dan
sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
6. Dijauhkan dari kegagalan/tidak
merugi dalam hidupnya
(QS
al-Ashr [103]: 1-3).
wal'ashri /innal-insaana lafii khusrin/ Illaaalladziina aamanuu
wa'amiluush-shoolikhaati watawaa sawbil
khaqqi watawaa sawbish-shobri
[103:3] ”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.”
· Agar menjadi sebaik-baik makhluk
Ketaqwaan
dan Keimanan yang kaffah akan menghantar manusia menjadi sebaik-baik makhluk Allah SWT di dunia dan diakherat kelak.
Firman
Allah SWT di dalam Al-Qur’an Surah Al-Bayyinah (98:7) menegaskan akan hal ini :
innalladziina aamanuu
wa'amiluush-shoolihaati
ulaa-ika hum khoyrul bariyyah
Sesungguhnya orang-orang yang
beriman
dan mengerjakan amal saleh,
mereka itu adalah sebaik-baik
makhluk.
· Yang
dimaksudkan “sebaik-baik makhluk”
dalam Surah Al-Bayyinah (98:7) adalah sebagaimana yang dinyatakan oleh Surah Al_’Ashr (103:3) yaitu, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran”.
· Karena
orang-orang inilah yang tidak merugi dengan nikmat waktu dan umur yang telah
diberikan oleh Allah SWT.
· Semoga kita bisa menjadi orang yang sholeh
secara kaffah, yaitu kesolehan dalam beribadah kepada Allah SWT dan kesolehan social, sehingga Islam benar-benar
menjadi rahmatan lil alamin.
Waloohu
a’lam bishowab
Demikian yang saya sampaikan
bila itu kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah semata,
karena sifat-nya yang al haaq/yang maha benar,
Kalau ada salahnya, itulah
kesalahan saya sebagai manusia,
Yang sifatnya memang deket
dengan kekhilafan
Seperti kata pepatah arab :
“al
insaanu makhallul khoto wan nisyaan”.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallahumma
wabihamdika
asyhadualla ilahailla
anta
astagfiruka wa’atubu
ilaik
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon
pengampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi, Shahih).
Ya Rabb
“Allaahumma
aslih lii diinii allazii huwa,
‘ismatu
amrii wa aslih lii dunyaaya,
All atii
fiihaa ma’aasyii,
wa aslih li
aakhirotii allatii fiihaa ma’aadii.
Waj’alil
hayaata ziyaadatan lii fii kulli khairin,
waj’alil
muta raahatan lii min kulli syarrin.”
“Ya Allah,
perbaikilah agamaku yang menjadi pusat urusanku,
perbaikilah
duniaku yang menjadi tempat kembaliku.
Jadikanlah
kehidupan ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan,
dan jadikanlah
kematian sebagai peristirahatanku dari setiap keburukan.
(H.R. Muslim)”
“Allaahumma
innii as’aluka ta’jiila ‘aafiyatika,
wa sabron
‘alaa baliyyatika
wa khuruujan
minad dunyaa ilaa rohmatika”
“Ya Allah, aku
memohon kepada-Mu agar disegerakan curahan keselamatan
dari sisi-Mu
kepadaku,
diberikan
kesabaran dalam menghadapi cobaan-Mu,
dan diberikan
jalan keluar dari dunia menuju kepada kasih sayang-Mu.
(H.R. Hakim)”
Amien !!
Billahitaufiq wal hidayah Ihdinashirotol mustakim
Wassalamu’alaikum
wr wb.
0 komentar:
Posting Komentar