ISTIQOMAH DI JALAN YANG LURUS
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin / Wash-sholaatu was-salaamu
‘alaa asyrofil ambiyaai wal mursaliin / Wa ‘alaa ‘aalihi wa
shohbihi aj-maiin
Robbisy-rohlii shod-ri / Wa yas-sirlii amri / Wahlul ‘uqdatam-millisanii/
Yaf qohuu – qoulii / Robbi
-zidnii ‘ilman / War zughni fahma./
Amma
ba’du
Istiqomah.
Dalam
Al-Qur’an, setidaknya ada 6 ayat yang menjelaskan masalah istiqomah ini, yaitu pada Surah Yunus [10:89], QS. Huud [11:112] ; QS. Ibrahim [41:6] ; QS. Asy-Syuura [42:15 ]; QS. Al_Jaatsiyah [45:18];
dan QS. Al_Ahqaaf
[46:13] .
QS.
Al_Ahqoof (46:13-14)
innalladziina
qooluu robbunaalloohu tsumma
istaqoomuu falaa khawfun
'alayhim walaa hum yahzanuun
[46:13] Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqomah (maksudnya teguh
pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh) maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan mereka tiada (pula) berduka cita.
ulaa-ika
ash-khaabul jannati khoolidiina fiihaa jazaa-an bimaa kaanuu ya'maluun
[46:14] Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
Secara
etimologi, istiqomah berarti tegak lurus atau teguh pendiriannya; Secara
terminologi, istiqomah diartikan dengan beberapa pengertian berikut :
· Abu Bakar As-Shiddiq ra berkata
bahwa istiqomah adalah kemurnian tauhid;
· Umar bin Khattab ra berkata: “Istiqomah
adalah komitmen terhadap perintah & larangan & tidak boleh menipu
sebagaimana tipuan musang” ;
· Utsman bin Affan ra berkata: “Istiqomah
adalah mengikhlaskan amal kepada Allah swt”
· Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Istiqomah
adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”
Istiqomah,
punya makna tetap di jalan yang lurus
(Ash-Shirothol Mustaqim), dimanapun
dan dalam keadaan apapun. meskipun orang disekitar kita sudah bengkok dan tidak
lagi taat terhadap nilai-nilai ajaran Allah SWT. Istiqomah, teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh.
Setiap
orang mukmin, selalu berdo'a dengan mengucapkan “tunjuki kami jalan yang lurus”
(ihdinash-shiratal
mustaqim) paling tidak 17 kali dalam sehari saat menjalankan sholat
fardhu lima kali sehari yang setiap roka’atnya selalu membaca Suratul Fatikhah.
Jalan
lurus yang diistiqomahi itu adalah "shiratlladzina
an'amta 'alaihim" yaitu jalan orang-orang yang telah engkau
beri nikmat atas mereka. " Ghoiril maghdu bi'alaihim waladh-dholliin" dan
bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai
dan bukan yang sesat
Orang-orang
yang dimurkai Allah SWT adalah orang-orang dari golongan Yahudi dan orang-orang
yang sesat adalah golongan orang-orang dari nashara, keduanya telah menyimpang
dari ajaran Islam.
Suatu
ketika sahabat bertanya kepada Rosululloh SAW, mengapa rambut beliu begitu
cepat beruban. Rasululoh menjawab, "Sebab turunnya surat Hut dan
saudara-saudaranya".
Yaitu surat yang memerintahkan "Istiqomahlah kamu sebagaimana AKU perintahkan
"
QS. Hud [11:112] :
fastaqim kamaa umirta waman taaba ma'aka walaa tathghow innahu bimaa ta'maluuna
bashiir
[11:112] Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta
kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.
QS. Yunus [10:89].
Allah berfirman:
qoola qod ujiibat da'watukumaa fastaqiimaa walaa tattabi'aanni
sabiilalladziina laa ya'lamuun
[10:89] Allah berfirman :"Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah
sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui".
(baca juga QS.
Ibrahim [41:6] ; QS. Asy-Syuura [42:15 ] ; QS.
Al_Jaatsiyah [45:18]; QS. Al_Ahqaaf
[46:13] )
Rupanya
perintah untuk istiqomah (teguh pendiriannya atau konsisten terhadap suatu
ketentuan atau nilai) menjadi pikiran yang berat pada diri Rosululloh SAW
hingga membuat rambut beliau cepat memutih.
Ibnu
Katsir dalam tafsirnya mengatakan, orang-orang yang telah diberi nikmat itu
adalah seperti yang dijelaskan dalam Surat
An Nissa (4:69), yaitu Para Nabi, Shiddiqin (jujur, orang-orang
yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan inilah orang-orang
yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7,
yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan
mereka yang sesat), para Syuhada dan para Sholihin ( orang
soleh).
waman yuthi'illaaha warrosuula faulaa-ika ma'alladziina an'amalloohu 'alayhim minan-nabiyyiina wash-shiddiiqiina wasy-syuhadaa-i wash-shoolikhiina
wahasuna ulaa-ika rofiiqoo
[4:69] Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya. (QS.
An Nissa [4]:69),
Nabiyulloh
Ibrahim AS contohnya, adalah salah seorang yang dikenal sangat istiqomah dan
tunduk terhadap perintah Allah SWT. Saat
dalam kebahagiaan menimang anaknya yang telah lama didambakan, setelah usia
1000 tahun baru punya anak, diperintahkan pergi kedaerah Bakkah (sekarang
Makkah) meninggalkan "qurratu a'yun" Ismail dan
isterinya, beliau tetap lakukan, demikian juga ketika diperintahkan mnyembelih
anak semata wayang Ismail, juga beliau lakukan semata-mata karena taat dan
patuh atas perintah Allah SWT " beliau selalu mengatakan "aslamtu
lirobbil alamin" aku
tunduk kepada Rabb sekalian alam.
Makna Istiqomah
Sebuah
hadits diriwayatkan dari Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi RA, ia berkata: ‘Wahai
Rasulullah, katakan kepadaku perkataan tentang Islam dan aku tidak akan
menanyakannya kepada siapapun sesudahmu.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakan aku
beriman, lalu beristiqomahlah.’ (HR. Muslim)
Maksud
hadits di atas, seperti yang dikatakan oleh Al-Manawi adalah perbaharuilah
keimananmu kepada ALLAH dengan dzikir dengan hatimu dan berkata dengan lidahmu,
sembari ingat seluruh makna-makna iman yang syar’i, kemudian istiqomahlah,
maksudnya berkonsekwenlah mengerjakan ketaatan (ibadah) dan berhenti dari
hal-hal yang dilarang. Memang Ma’ruf dan Munkar tidak akan pernah bisa bertemu,
karena memang berseberangan.
Balasan Bagi Yang Istiqomah
Orang
yang memilih istiqomah di manhaj (jalan yang jelas) ALLAH
dan Rasul-NYA, yaitu jalan yang lurus yang diridhoi Allah SWT dan terus
mempertahankannya hingga dapat istiqomah di atasnya sampai meninggal dunia, ada
balasan yang menggembirakan dari ALLAH Ta’ala seperti yang diungkap dalam Al-Quran Surat Fushilat (41:30).
innalladziina
qooluu robbunaalloohu tsumma
istaqoomuu tatanazzalu 'alayhimul malaa-ikatu
allaa takhoofuu walaa tahzanuu wa-absyiruu
biljannatillatii kuntum tuu 'aduun
[41:30]
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa
sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Menurut
ayat tersebut, yang dimaksud kabar gembira yang dibawa oleh malaikat bagi yang
istiqomah terhadap Iman dan tauhid ‘lailaha illallooh’ - "Tuhan kami ialah Allah"
yaitu:
Jangan Kamu Takut (allaa
takhoofuu). Perasaan
takut yang sering menghantui dalam kehidupan duniawi akan nasib, jodohnya, rezekinya, ajalnya, dan
lain-lain yang menjadi Kuasa Allah SWT. Demikian juga rasa takut dalam
kehidupan di alam akherat nanti. Bagi yang istiqomah dengan iman dan tauhidnya,
itu semua tidak perlu terjadi.
Dan Jangan merasa Sedih (walaa takhzanuu). Demikian juga tidak perlu bersedih setiap
mendapat cobaan hidup, baik itu cobaan kehilangan harta, sanak saudara, atau
bahkan dirinya sendiri. Bagi yang istiqomah dengan iman dan tauhidnya, Allah
SWT akan menggantikan untuk menangani semua urusan itu.
Bergembiralah Masuk Surga (wa
absyiruu biljannati). Sesuai
dengan yang dijanjikan Allah SWT.
Seperti yang ditegaskan pada
akhir ayat tersebut, wa-absyiruu
biljannatillatii kuntum tuu 'aduun/ “Dan bergembiralah kalian dengan surga yang
telah dijanjikan ALLAH kepadamu”
Kemudian
pada ayat berikutnya (41:32), Allah memberitahukan bahwa bagi orang-orang yang
istiqomah dengan iman tauhid “ Tuhan kami ialah Allah “ diturunkan malaikat
yang akan selalu menemani untuk membimbing dan melindungi (nahnu auliyaaukum/kamilah pelindungmu) baik dalam kehidupan dunia
maupun kehidupan akheratnya.
Quran
Surat Fushilat (41:32).
nahnu
awliyaaukum fii lhayaati ddunyaa
wafii l-aakhirati walakum fiihaa maa tasytahii anfusukum walakum fiihaa maa tadda'uun
[41:31] Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta.
Itulah
kesertaan total para malaikat dengan orang-orang mukmin yang istiqomah di atas
Ash-Shirat, sejak dalam kehidupan duniawinya yang penuh godaan, dan saat
memasuki liang lahat, hingga kehidupan di akheratnya,. Para malaikat
menenangkan orang-orang mukmin dan bersama mereka di seluruh momen di dunia dan
di akhirat, karena mereka istiqomah di jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang
yang telah Allah beri ni'mat kepada mereka; bukan jalan orang-orang yang
dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Pemanjaan
Allah SWT terhadap orang-orang mukmin yang istiqomah akan iman dan tauhid “lailaa haillallooh” dan tentu saja
istiqomah atas komitmen “iyyaka na’budu
wa iyyaaka nasta’in” , selain akan diturunkan mailkat untuk menemaninya,
Allah SWT memanjakan dengan memberikan semua keininginannya “kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta”.
Ash-shirothol-mustaqim.
Ada yang
secara nakal mengatakan apa ada “shirohtol
mustaqim” atau jalan yang lurus, kalau jalannya lurus saja nggak perlu
belok kanan atau belok kiri apa bisa nyampe di tujuan. Atau apakah “jalan yang lurus’ itu sebagai jalan hidup yang lempeng/lurus/tidak
berkelok-kelok/tidak ada hambatan, dll seperti ungkapan “life never flat”?. Itu semua pegertian yang dangkal dan
menyesatkan.
Bagi
seorang muslim-mukmin yang taat menegakkan sholat, kata ash-shirothol-mustaqim sudah selalu terucap sedikitnya 17 kali dalam sehari semalam, yaitu
saat kita melaksanakan sholat lima waktu yang didalamnya terdapat 17 roka’at,
dan pada tiap roka’at membaca Surah Al_Fatihah.
Untuk mencari makna
Ash-shirothol-mustaqim ya kita kembali ke sumber pokoknya yaitu
Al_Qur’anul Karim. Dalam QS. Al-Fatihah (1:6-7) ditemukan arti “shirothol-mustaqim” sebagai berikut :
Ihdinaash-shiroothol mustaqiim
[1:6]
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Shirootholladziina an 'amta 'alayhim ghoyrilmaghdhuubi'alayhim walaadh-dhoolliin
[1:7] (yaitu)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ihdina atau tunjukilah kami, dari kata hidayaah : memberi petunjuk ke suatu
jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah
saja, tetapi juga memberi taufik.
Do’a
kita selalu memohon hidayah yang selalu
dikuti dengan taufiq, karena dua anugerah ini akan membawa kita istiqomah
kepada ash-shirot, keteguhan kita kepada jalan yang lurus, bukan jalan yang
dimurkai dan bukan jalan yang sesat, yaitu jalan dari golongan orang-orang yang
menyimpang dari ajaran Islam.
QS. Al-‘Ankabuut (29:69):
walladziina
jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa wa-innallaaha lama'a lmuhsiniin
[29:69] Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Menurut kitab Jauharah Tauhid, pengertian
taufiq ialah sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT yang mendorong
seseorang itu untuk melakukan kebaikan jika perkara tersebut berada di dalam
dirinya.
Taufiq tidak akan diberikan oleh Allah Azza
Wajalla melainkan hanya kepada mereka yang bersungguh-sungguh
mengabdikan diri dengan rasa kehambaan demi mendekatkan diri kepada-NYA. Bahwa dengan
adanya taufiq, manusia akan cenderung untuk melakukan kebaikan terus menerus sehingga
ke akhirnya.
Taufiq dan hidayah sering tidak
selakigus diterima oleh manusia, oleh karena itu, banyak orang sudah mendapat hidayah Allah
menjadi seorang muslim, tetapi belum mendapat taufiqnya, sehingga masih jauh
dari amalan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim-mukmin yang muttaqin.
(banyak orang muslim tetapi masih juga korupsi, berarti dia sudah dapat
hidayah sebagai seorang muslim, tetapi belum taufiq, sehingga belum mampu
berbuat sesuai dengan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang Allah swt).
Ash-shirothol-mustaqim bermakna
“ash-shirothol’” artinya “jalan” dan “mustaqim” artinya “lurus”. Yaitu jalan lurus yang harus ditegakkan atau dikerjakan” oleh
seorang manusia sebagai hamba yang
dikehendaki oleh Allah SWT seperti yang Allah Firmankan dalam QS. Al_Baqarah (2:213) : “walaahu yahdii man yasyaau ilaa shiraathin mustaqiim /……Dan Alloh memberi petunjuk kepada siapa saja yang Dia
kehendaki kepada ash-shirothol-mustaqim.
Allah SWT
juga memberikan sinyal siapa hamba_Nya yang diberi petunjuk atas “jalan yang lurus” tersebut, yaitu
mereka yang berilmu sehingga bisa merasakan kebenaran Firmannya (QS. Al_Hajj [22]:54), walau iblis
terang-terangan akan mengganggunya agar tidak pada jalan yang lurus (QS. Al-A’raaf [7]:16), Dan Muhammad
Rosululloh telah dicontohkan Allah SWT sebagai yang berada diatas jalan yang
lurus untuk menjadi tauladan umatnya.
QS.
Al_Hajj (22:54),
waliya' lamalladziina uutuul 'ilma annahul haqqu min robbika fayu/minuu bihi fatukhbita lahu quluubuhum
wa-innallooha lahaadilladziina aamanuu ilaa shiroothin mustaqiim
[22:54] dan agar
orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang
hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada
jalan yang lurus.
QS. Al_A’raaf (7:16),
qoola fabimaa aghwaytanii la-aq 'udanna lahum shiroothokal
mustaqiim
[7:16] Iblis
menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus (yang
ditegakkan),
QS.Yaasin 36 ayat 3-4,
innaka
laminal mursaliin
[36:3]
Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,
'alaa shiroothin
mustaqiim
[36:4] (yang
berada) diatas jalan yang lurus,
QS.Az_Zukhruf (43:43):
fastamsik
billadzii uuhiya ilayka innaka 'alaa shiroothin
mustaqiim
[43:43] Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang
telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
Dan
sesungguhnya Muhammad Rasululloh SAW telah memberi petunjuk kepada ash-shirothol-mustaqim
(jalan yang harus ditegakkan), sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam QS.
Asy-Syuura (42:52),”….. wa-innaka
latahdii ilaa shiroothin mustaqiim/ Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.
Demikian juga dalam QS.
Al_Mu’minuun (23:73),
wa-innaka
latad 'uuhum ilaa shiroothin mustaqiim
[23:73] Dan
sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus.
Lalu
bagaimana wujud amalan yang menunjuk pada ash-shirothol-mustaqim
itu ? Allah telah memerintahkan kepada Bani Adam supaya tidak menyembah syetan karena syetan adalah
musuh yang nyata bagi kamu/alam a'had ilaykum yaa banii aadama
an laa ta'buduusy-syaythoona innahu lakum 'aduwwun mubiin; dan henadklah
kamu menyembah Allah, karena itulah jalan yang lurus/ wa-ani u'buduunii haadzaa shiroothun mustaqiim (QS.
Yaasiin (36:60-61),
Ash-shirothol-mustaqim itu secara
substansi adalah “ mengabdi/ menghambakan diri kepada Alloh saja” (ya’budulloha wa la yusyriku
bihi syai-an), hal ini sebagai
konsekuensi dari komitmen dan iqrar seorang muslim tatkala membaca kalaimah
sahadat, yaitu syahadat tauhid, “laillahailallooh”/tiada
tuhan selain Allah, dan syahadat rasulnya, Muhammad adalah utusan Allah.
(Silahkan baca juga :QS. An_Nahl (16:36),
Ali Imran (3:51); Al_Baqoroh
(2:195, 198), An_Nisaa’ (4:103), Al_An’aam (5:8))
Ada beberapa sebab
utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh atau istiqomah dalam keimanan, yaitu
dengan “Memahami dan mengamalkan dua
kalimat syahadat dengan baik dan benar”. Ini menuntunkan seseorang
agar bisa beragama dengan baik yaitu menjaga ketauhidannya dan selalu mengikuti
Sunnah Rasululloh SAW, jalan hidup salaful ummah yaitu jalan hidup para sahabat
yang merupakan generasi terbaik dari umat ini. Dengan menempuh jalan tersebut,
ia akan sibuk belajar agama untuk memperbaiki aqidahnya, mendalami tauhid dan
juga menguasai kesyirikan yang sangat keras Allah larang sehingga harus
dijauhi.
Juga dengan cara Iltizam (konsekuen/berkelanjutan)
dalam menjalankan syari’at Allah. Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen
dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan.
Karena konsekuen/berkelanjutan dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada
amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari
‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amalan yang paling dicintai
oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Amalan yang dilakukan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah amalan yang konsekuen dilakukan
(kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu
saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat
‘Abdullah bin ‘Umar.” Yaitu Ibnu ‘Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat
malam. Selain amalan yang kontinu dicintai oleh Allah, amalan tersebut
juga dapat mencegah masuknya virus “futur” (jenuh untuk beramal).
Jika seseorang beramal sesekali namun banyak, kadang akan muncul
rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang beramal sedikit namun ajeg
(terus menerus), maka rasa malas pun akan hilang dan rasa semangat untuk
beramal akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk beramal yang
penting kontinu walaupun jumlahnya sedikit. (update, Sya’ban 1436 H_Hamhas)
Kalau
ada salahnya, itulah kesalahan saya sebagai manusia,
Yang
sifatnya memang deket dengan kekhilafan
Seperti
kata pepatah arab :
“al
insaanu makhallul khoto wan nisyaan”.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallohumma
wabihamdika
asyhadualla
ilahailla anta
astagfiruka
wa’atubu ilaik
“Maha Suci Engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada
sesembahan yang haq disembah melainkan diri-Mu, aku memohon pengampunan-Mu dan
bertaubat kepada-Mu.”
(HR. Tirmidzi,
Shahih).
Ya Rabb,
Nas-alullah as-salamah wal ‘afiyah/
Hanya kepada Allah kita mohon
keselamatan.
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum warahmatulloohi wabarokatuh
Ya Rabb,
Yaa
Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan
hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at
Tirmidzi)
Allaahumma
Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa ‘Alaa Thaa’atik
Ya Allah yang
mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.”
(HR. Muslim)
&&&&&&&&&&&
Alhamdulillaah
Alhadulillahil
jabbaril qohhar,
Al azizil
ghoffar,
Kholitil
jannati wan naar,
Wash-sholatu
wassalaamu
‘ala
muhammadinil muchtar,
Wa ‘ala
alihi wa askhabihi ab khaar
Robbisy-rohlii shod-ri /
Wa
yas-sirlii amri /
Wahlul
‘uqdatam-millisanii/
Yaf qohuu
– qoulii /
Robbi -zidnii ‘ilman /
War zughni fahma./
Wash-sholaatu
was-salaamu
‘alaa
asyrofil ambiyaai wal mursaliin /
Wa
‘alaa ‘aalihi wa shohbihi aj-maiin
Amma ba’du
Majelis Ilmi
rohimatullooh,
Istiqomah.
ü Dalam
Al-Qur’an, setidaknya ada 6 ayat yang menjelaskan masalah istiqomah ini, yaitu pada Surah Yunus [10:89], QS. Huud [11:112] ; QS. Ibrahim [41:6] ; QS. Asy-Syuura [42:15 ]; QS. Al_Jaatsiyah [45:18];
dan QS. Al_Ahqaaf
[46:13] .
QS.
Al_Ahqoof (46:13-14)
innalladziina qooluu robbunaalloohu tsumma istaqoomuu falaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuun
[46:13]
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah",
kemudian mereka tetap istiqomah (maksudnya teguh pendirian
dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh) maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan mereka tiada (pula) berduka cita.
ulaa-ika ash-khaabul
jannati khoolidiina fiihaa jazaa-an bimaa kaanuu
ya'maluun
[46:14] Mereka
itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas
apa yang telah mereka kerjakan.
ü Secara
etimologi, istiqomah berarti tegak lurus atau teguh pendiriannya; Secara
terminologi, istiqomah diartikan dengan beberapa pengertian berikut :
· Abu Bakar As-Shiddiq ra berkata
bahwa istiqomah adalah kemurnian tauhid;
· Umar bin Khattab ra berkata: “Istiqomah
adalah komitmen terhadap perintah & larangan & tidak boleh menipu
sebagaimana tipuan musang” ;
· Utsman bin Affan ra berkata: “Istiqomah
adalah mengikhlaskan amal kepada Allah swt”
· Ali bin Abu Thalib ra berkata: “Istiqomah
adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban”
ü Istiqomah,
punya makna tetap di jalan yang lurus
(Ash-Shirothol Mustaqim), dimanapun
dan dalam keadaan apapun. meskipun orang disekitar kita sudah bengkok dan tidak
lagi taat terhadap nilai-nilai ajaran Allah SWT. Istiqomah, teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh.
ü Setiap
orang mukmin, selalu berdo'a dengan mengucapkan “tunjuki kami jalan yang lurus”
(ihdinash-shiratal
mustaqim) paling tidak 17 kali dalam sehari saat menjalankan sholat
fardhu lima kali sehari yang setiap roka’atnya selalu membaca Suratul Fatikhah.
ü Jalan
lurus yang diistiqomahi itu adalah "shiratlladzina
an'amta 'alaihim" yaitu jalan orang-orang
yang telah engkau beri nikmat atas
mereka. " Ghoiril maghdu bi'alaihim
waladh-dholliin" dan bukan jalan
orang-orang yang Engkau murkai (orang-orang dari
golongan Yahudi) dan bukan yang sesat
(
orang-orang dari golongan nashara)... Yang keduanya
telah menyimpang dari ajaran Islam.
ü Suatu
ketika sahabat bertanya kepada Rosululloh SAW, mengapa rambut beliu begitu
cepat beruban. Rasululoh menjawab, "Sebab turunnya surat Hut dan saudara-saudaranya". Yaitu surat yang memerintahkan "Istiqomahlah
kamu sebagaimana AKU perintahkan "
QS. Hud [11:112] :
fastaqim kamaa umirta waman taaba ma'aka walaa tathghow innahu bimaa ta'maluuna
bashiir
[11:112] Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta
kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan.
QS. Yunus [10:89].
Allah berfirman:
qoola qod ujiibat da'watukumaa fastaqiimaa walaa tattabi'aanni
sabiilalladziina laa ya'lamuun
[10:89] Allah berfirman :"Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang lurus dan janganlah
sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak mengetahui".
(baca juga QS.
Ibrahim [41:6] ; QS. Asy-Syuura [42:15 ] ; QS.
Al_Jaatsiyah [45:18]; QS. Al_Ahqaaf
[46:13] )
Rupanya
perintah untuk istiqomah (teguh pendiriannya atau konsisten terhadap suatu
ketentuan atau nilai) menjadi pikiran yang berat pada diri Rosululloh SAW
hingga membuat rambut beliau cepat memutih.
Ibnu
Katsir dalam tafsirnya mengatakan, orang-orang yang telah diberi nikmat itu
adalah seperti yang dijelaskan dalam Surat
An Nissa (4:69), yaitu Para Nabi, Shiddiqin (jujur, orang-orang
yang amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran Rasul, dan inilah orang-orang
yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7,
yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri
nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan
mereka yang sesat), para Syuhada dan para Sholihin ( orang
soleh).
waman yuthi'illaaha warrosuula faulaa-ika ma'alladziina an'amalloohu 'alayhim minan-nabiyyiina wash-shiddiiqiina wasy-syuhadaa-i wash-shoolikhiina
wahasuna ulaa-ika rofiiqoo
[4:69] Dan barangsiapa yang menta'ati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
ni'mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya. (QS.
An Nissa [4]:69),
Nabiyulloh
Ibrahim AS contohnya, adalah salah seorang yang dikenal sangat istiqomah dan
tunduk terhadap perintah Allah SWT. Saat
dalam kebahagiaan menimang anaknya yang telah lama didambakan, setelah usia
1000 tahun baru punya anak, diperintahkan pergi kedaerah Bakkah (sekarang
Makkah) meninggalkan "qurratu a'yun" Ismail dan
isterinya, beliau tetap lakukan, demikian juga ketika diperintahkan mnyembelih
anak semata wayang Ismail, juga beliau lakukan semata-mata karena taat dan
patuh atas perintah Allah SWT " beliau selalu mengatakan "aslamtu
lirobbil alamin" aku tunduk
kepada Rabb sekalian alam.
Makna Istiqomah
Sebuah
hadits diriwayatkan dari Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi RA, ia berkata: ‘Wahai
Rasulullah, katakan kepadaku perkataan tentang Islam dan aku tidak akan
menanyakannya kepada siapapun sesudahmu.’ Rasulullah SAW bersabda, ‘Katakan aku
beriman, lalu beristiqomahlah.’ (HR. Muslim)
Maksud
hadits di atas, seperti yang dikatakan oleh Al-Manawi adalah perbaharuilah
keimananmu kepada ALLAH dengan dzikir dengan hatimu dan berkata dengan lidahmu,
sembari ingat seluruh makna-makna iman yang syar’i, kemudian istiqomahlah,
maksudnya berkonsekwenlah mengerjakan ketaatan (ibadah) dan berhenti dari
hal-hal yang dilarang. Memang Ma’ruf dan Munkar tidak akan pernah bisa bertemu,
karena memang berseberangan.
Balasan Bagi Yang Istiqomah
Orang
yang memilih istiqomah di manhaj (jalan yang jelas) ALLAH
dan Rasul-NYA, yaitu jalan yang lurus yang diridhoi Allah SWT dan terus
mempertahankannya hingga dapat istiqomah di atasnya sampai meninggal dunia, ada
balasan yang menggembirakan dari ALLAH Ta’ala seperti yang diungkap dalam Al-Quran Surat Fushilat (41:30).
innalladziina
qooluu robbunaalloohu tsumma
istaqoomuu tatanazzalu 'alayhimul malaa-ikatu
allaa takhoofuu walaa tahzanuu wa-absyiruu
biljannatillatii kuntum tuu 'aduun
[41:30]
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa
sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah
kepadamu".
Menurut
ayat tersebut, yang dimaksud kabar gembira yang dibawa oleh malaikat bagi yang
istiqomah terhadap Iman dan tauhid ‘lailaha illallooh’ - "Tuhan kami ialah Allah" yaitu:
Jangan Kamu Takut (allaa
takhoofuu). Perasaan takut
yang sering menghantui dalam kehidupan duniawi akan nasib, jodohnya, rezekinya, ajalnya, dan
lain-lain yang menjadi Kuasa Allah SWT. Demikian juga rasa takut dalam kehidupan
di alam akherat nanti. Bagi yang istiqomah dengan iman dan tauhidnya, itu semua
tidak perlu terjadi.
Dan Jangan merasa Sedih (walaa takhzanuu). Demikian juga tidak perlu bersedih setiap
mendapat cobaan hidup, baik itu cobaan kehilangan harta, sanak saudara, atau
bahkan dirinya sendiri. Bagi yang istiqomah dengan iman dan tauhidnya, Allah
SWT akan menggantikan untuk menangani semua urusan itu.
Bergembiralah Masuk Surga (wa
absyiruu biljannati). Sesuai
dengan yang dijanjikan Allah SWT.
Seperti yang ditegaskan pada
akhir ayat tersebut, wa-absyiruu
biljannatillatii kuntum tuu 'aduun/ “Dan bergembiralah kalian dengan surga yang
telah dijanjikan ALLAH kepadamu”
Kemudian
pada ayat berikutnya (41:32), Allah memberitahukan bahwa bagi orang-orang yang
istiqomah dengan iman tauhid “ Tuhan kami ialah Allah “ diturunkan malaikat
yang akan selalu menemani untuk membimbing dan melindungi (nahnu auliyaaukum/kamilah pelindungmu) baik dalam kehidupan dunia
maupun kehidupan akheratnya.
Quran
Surat Fushilat (41:32).
nahnu
awliyaaukum fii lhayaati ddunyaa
wafii l-aakhirati walakum fiihaa maa tasytahii anfusukum walakum fiihaa maa tadda'uun
[41:31] Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta.
Itulah
kesertaan total para malaikat dengan orang-orang mukmin yang istiqomah di atas
Ash-Shirat, sejak dalam kehidupan duniawinya yang penuh godaan, dan saat
memasuki liang lahat, hingga kehidupan di akheratnya,. Para malaikat
menenangkan orang-orang mukmin dan bersama mereka di seluruh momen di dunia dan
di akhirat, karena mereka istiqomah di jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang
yang telah Allah beri ni'mat kepada mereka; bukan jalan orang-orang yang
dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Pemanjaan
Allah SWT terhadap orang-orang mukmin yang istiqomah akan iman dan tauhid “lailaa haillallooh” dan tentu saja
istiqomah atas komitmen “iyyaka na’budu
wa iyyaaka nasta’in” , selain akan diturunkan mailkat untuk menemaninya,
Allah SWT memanjakan dengan memberikan semua keininginannya “kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta”.
Ash-shirothol-mustaqim.
Ada yang
secara nakal mengatakan apa ada “shirohtol
mustaqim” atau jalan yang lurus, kalau jalannya lurus saja nggak perlu
belok kanan atau belok kiri apa bisa nyampe di tujuan. Atau apakah “jalan yang lurus’ itu sebagai jalan hidup yang lempeng/lurus/tidak
berkelok-kelok/tidak ada hambatan, dll seperti ungkapan “life never flat”?. Itu semua pegertian yang dangkal dan
menyesatkan.
Bagi
seorang muslim-mukmin yang taat menegakkan sholat, kata ash-shirothol-mustaqim sudah selalu terucap sedikitnya 17 kali dalam sehari semalam, yaitu
saat kita melaksanakan sholat lima waktu yang didalamnya terdapat 17 roka’at,
dan pada tiap roka’at membaca Surah Al_Fatihah.
Untuk mencari makna Ash-shirothol-mustaqim ya kita
kembali ke sumber pokoknya yaitu Al_Qur’anul Karim. Dalam QS. Al-Fatihah
(1:6-7) ditemukan arti “shirothol-mustaqim” sebagai
berikut :
Ihdinaash-shiroothol mustaqiim
[1:6]
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
Shirootholladziina an 'amta 'alayhim ghoyrilmaghdhuubi'alayhim walaadh-dhoolliin
[1:7] (yaitu)
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ihdina atau tunjukilah kami, dari kata hidayaah : memberi petunjuk ke suatu
jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah
saja, tetapi juga memberi taufik.
Do’a
kita selalu memohon hidayah yang selalu
dikuti dengan taufiq, karena dua anugerah ini akan membawa kita istiqomah kepada
ash-shirot, keteguhan kita kepada jalan yang lurus, bukan jalan yang dimurkai
dan bukan jalan yang sesat, yaitu jalan dari golongan orang-orang yang
menyimpang dari ajaran Islam.
QS. Al-‘Ankabuut (29:69):
walladziina
jaahaduu fiinaa lanahdiyannahum subulanaa wa-innallaaha lama'a lmuhsiniin
[29:69] Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan
Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
Menurut kitab Jauharah Tauhid, pengertian
taufiq ialah sesuatu yang diciptakan oleh Allah SWT yang mendorong
seseorang itu untuk melakukan kebaikan jika perkara tersebut berada di dalam
dirinya.
Taufiq tidak akan diberikan oleh Allah Azza
Wajalla melainkan hanya kepada mereka yang bersungguh-sungguh
mengabdikan diri dengan rasa kehambaan demi mendekatkan diri kepada-NYA. Bahwa dengan
adanya taufiq, manusia akan cenderung untuk melakukan kebaikan terus menerus
sehingga ke akhirnya.
Taufiq dan hidayah sering tidak
selakigus diterima oleh manusia, oleh karena itu, banyak orang sudah mendapat hidayah Allah
menjadi seorang muslim, tetapi belum mendapat taufiqnya, sehingga masih jauh
dari amalan yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim-mukmin yang muttaqin.
(banyak orang muslim tetapi masih juga korupsi, berarti dia sudah dapat
hidayah sebagai seorang muslim, tetapi belum taufiq, sehingga belum mampu
berbuat sesuai dengan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang Allah swt).
Ash-shirothol-mustaqim bermakna
“ash-shirothol’” artinya “jalan” dan “mustaqim” artinya “lurus”. Yaitu jalan lurus yang harus ditegakkan atau dikerjakan” oleh
seorang manusia sebagai hamba yang dikehendaki
oleh Allah SWT seperti yang Allah Firmankan dalam QS. Al_Baqarah (2:213) : “walaahu yahdii man yasyaau
ilaa shiraathin
mustaqiim /……Dan Alloh memberi petunjuk
kepada siapa saja yang Dia kehendaki kepada ash-shirothol-mustaqim.
Allah SWT
juga memberikan sinyal siapa hamba_Nya yang diberi petunjuk atas “jalan yang lurus” tersebut, yaitu
mereka yang berilmu sehingga bisa merasakan kebenaran Firmannya (QS. Al_Hajj [22]:54), walau iblis
terang-terangan akan mengganggunya agar tidak pada jalan yang lurus (QS. Al-A’raaf [7]:16), Dan Muhammad
Rosululloh telah dicontohkan Allah SWT sebagai yang berada diatas jalan yang
lurus untuk menjadi tauladan umatnya.
QS.
Al_Hajj (22:54),
waliya' lamalladziina uutuul 'ilma annahul haqqu min robbika fayu/minuu bihi fatukhbita lahu quluubuhum
wa-innallooha lahaadilladziina aamanuu ilaa shiroothin mustaqiim
[22:54] dan agar
orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur'an itulah yang
hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan
sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada
jalan yang lurus.
QS. Al_A’raaf (7:16),
qoola fabimaa aghwaytanii la-aq 'udanna lahum shiroothokal mustaqiim
[7:16] Iblis
menjawab: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus (yang ditegakkan),
QS.Yaasin 36 ayat 3-4,
innaka
laminal mursaliin
[36:3]
Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul,
'alaa shiroothin
mustaqiim
[36:4] (yang
berada) diatas jalan yang lurus,
QS.Az_Zukhruf (43:43):
fastamsik
billadzii uuhiya ilayka innaka 'alaa shiroothin
mustaqiim
[43:43] Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang
telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
Dan
sesungguhnya Muhammad Rasululloh SAW telah memberi petunjuk kepada ash-shirothol-mustaqim
(jalan yang harus ditegakkan), sebagaimana difirmankan Allah SWT dalam QS.
Asy-Syuura (42:52),”….. wa-innaka
latahdii ilaa shiroothin mustaqiim/ Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk
kepada jalan yang lurus.
Demikian juga dalam QS.
Al_Mu’minuun (23:73),
wa-innaka
latad 'uuhum ilaa shiroothin mustaqiim
[23:73] Dan
sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus.
Lalu bagaimana
wujud amalan yang menunjuk pada ash-shirothol-mustaqim
itu ? Allah telah memerintahkan kepada Bani Adam supaya tidak menyembah syetan karena syetan adalah
musuh yang nyata bagi kamu/alam a'had ilaykum yaa banii aadama
an laa ta'buduusy-syaythoona innahu lakum 'aduwwun mubiin; dan
henadklah kamu menyembah Allah, karena itulah jalan yang lurus/ wa-ani u'buduunii haadzaa shiroothun mustaqiim (QS.
Yaasiin (36:60-61),
Ash-shirothol-mustaqim itu secara
substansi adalah “ mengabdi/ menghambakan diri kepada Alloh saja” (ya’budulloha wa la
yusyriku bihi syai-an), hal ini
sebagai konsekuensi dari komitmen dan iqrar seorang muslim tatkala membaca
kalaimah sahadat, yaitu syahadat tauhid, “laillahailallooh”/tiada
tuhan selain Allah, dan syahadat rasulnya, Muhammad adalah utusan Allah.
(Silahkan baca juga :QS. An_Nahl (16:36), Ali Imran (3:51); Al_Baqoroh (2:195, 198), An_Nisaa’ (4:103), Al_An’aam
(5:8))
Ada beberapa sebab
utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh atau istiqomah dalam keimanan, yaitu
dengan “Memahami dan mengamalkan dua
kalimat syahadat dengan baik dan benar”. Ini menuntunkan seseorang
agar bisa beragama dengan baik yaitu menjaga ketauhidannya dan selalu mengikuti
Sunnah Rasululloh SAW, jalan hidup salaful ummah yaitu jalan hidup para sahabat
yang merupakan generasi terbaik dari umat ini. Dengan menempuh jalan tersebut,
ia akan sibuk belajar agama untuk memperbaiki aqidahnya, mendalami tauhid dan
juga menguasai kesyirikan yang sangat keras Allah larang sehingga harus
dijauhi.
Juga dengan cara Iltizam (konsekuen/berkelanjutan)
dalam menjalankan syari’at Allah. Maksudnya di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen
dalam menjalankan syari’at atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan.
Karena konsekuen/berkelanjutan dalam beramal lebih dicintai oleh Allah daripada
amalan yang sesekali saja dilakukan. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari
‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, beliau mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh
Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
Ibnu Rajab Al Hambali menjelaskan, “Amalan yang dilakukan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah amalan yang konsekuen dilakukan
(kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu
saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat
‘Abdullah bin ‘Umar.” Yaitu Ibnu ‘Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat
malam. Selain amalan yang kontinu dicintai oleh Allah, amalan tersebut juga
dapat mencegah masuknya virus “futur” (jenuh untuk beramal).
Jika seseorang beramal sesekali namun banyak, kadang akan muncul
rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang beramal sedikit namun ajeg
(terus menerus), maka rasa malas pun akan hilang dan rasa semangat untuk
beramal akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk beramal yang
penting kontinu walaupun jumlahnya sedikit.***
Ya Rabb,
Yaa
Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan
hati kami di atas agama-Mu.” (HR. Ahmad dan at
Tirmidzi)
Allaahumma
Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa ‘Alaa Thaa’atik
Ya Allah yang
mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.”
(HR. Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar