SEMOGA
MENJADI HAJI MABRUR
( Kuliah Subuh Online - Seri Rukun Islam Ke-5)
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
fiihi aayaatun bayyinaatun maqoomu ibroohiima
waman dakholahu kaana aaminan -walillaahi
'alaannaasi khijjul
bayti
mani istathoo'a ilayhi sabiilan waman kafaro fa-innallooha ghoniyyun 'anil
'aalamiin
[3:97] Padanya
terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim215; barangsiapa memasukinya (Baitullah
itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah2l6. Barangsiapa mengingkari (kewajiban
haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari
semesta alam. (QS. Al
Imran [3]: 97)
"LABBAIK
ALLAHUMMA LABBAIK, LABBAIK LAA SYARIKKA LAKA LABBAIK,
INNAL HAAMDA WANNI'MATA LAKA WAL MULK LAA
SYARIIKA LAKA."
("Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah, Aku datang
memenuhi panggilanMu, Tidak ada sekutu bagiNya, Ya Allah aku penuhi
panggilanMu. Sesungguhnya segala puji dan kebesaran untukMu
semata-mata. Segenap kerajaan untukMu.
Tidak ada sekutu bagiMu")
Majelis netizen rohimatullah
· Sebelumnya kita panjatkan syukur kehadirat allah swt..
Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha
penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
· Alhamdulillaahil
ladzii an ’amana al iimaani wal islaami,
segala puji bagi allah yang telah melimpahkan nikmat iman dan islam.
· Wa
nikmatan ‘umrihi, wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita
bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana seruan Rasuulloh sawl “barangsiapa
meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).... Amien.
· Berkat rahmat
dan nimat itulah, pagi ini kita dapat menunaikan sholat subuh berjamaah di
rumah Allah yang penuh rahmat.. Baiturrohmah.
· Sholat subuh
yang selalu disaksikan oleh malaikat ini seperti difirmankan Allah
Ta’ala dalam QS. Al israa’-78, oleh Rasululloh saw di tegaskan bahwa “barang siapa
sholat shubuh, maka ia dalam jaminan Allah....(hr. Muslim.
No 1.050)
·
Wanusyolaa wanusalamu ‘alaa khoiril
anaam Muhammadin shalalloohu ‘alaihi
wassalam, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan penghulu
alam-nabi besar Muhammad salallaahu alaihi wassalam, beserta para keluarga,
sahabat serta umatnya ....amien
Saya juga ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan
keluarga keluar saya serta hadirin “ ...
Yaa
ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa
wa-antum muslimuun /... Bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam. (Qs. Ali Imran
(3:102)
· Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa,
yaitu dengan “melaksanakan
semua perintahnya (sesuai dengan kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri
bisa dengan duduk tidak bisa duduk bisa dengan tidur.
· Dan meninggalkan
semua larangannya (secara mutlak)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alasan, misalnya
“belum mampu” meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nanti aja, ya tidak
bisa gitu !!!
· Abu Hurairah r.a, menceritakan ia mendengar rasulullah saw sabda, : ” apa yang aku
larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku
perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(hr.Bukhari dan
Muslim).
· Apa yang
akan saya sampaikan bukan hal yang baru, karena risalah agama ya memang sudah sempurna
sampai rasululloh saw wafat,
· Dakwah
itu hanya berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir;
hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang
firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw. (Al Ghosyiah
[88]:21)
·
Selebihnya, tergantung hati masing-masing,
apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima hidayah, dan ada dorongan untuk
taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
· Hari ini
kami mendapat amanat untuk menyampaikan “amar ma’ruf” menyeru kepada kebaikan,
ini sesuai dengan perintah allah ta’ala (QS. Ali Imran
104)
· Dan kata Rasululloh saw, ad daallu
‘alal khoiri kafaa ’illihi orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan
orang yang diajaknya /HR. Tirmizi)
·
Dan mudah-mudahan saya tidak
termasuk golongan yang diperingatkan allah ta’ala :
Ata/muruunan-naasa bilbirri watansawna
an-fusakum wa-antum
tat luunal kitaaba
Afalaa ta'qiluun
[2:44}. “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al
kitab (taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Asbabunnuzul
turunya ayat 44 surah al baqarah
ini, allah menegur, seorang yahudi yang menyuruh anak dan mantunya serta kaum
kerabatnya yang telah memeluk agama islam untuk melaksanakan kewajibannya,
tetapi dirinya sendiri tetap saja mengingkari... Ia menyuruh orang berbuat
baik/beramal sholeh, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Semoga kita tidak termasuk golongan yang
demikian ini.
· Dakwah
berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan,
memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta
sunnah-sunnah rasululloh saw.
· Selebihnya,
tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima
hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
Majelis Netizen Rohimatullah
Perintah
Berhaji, Sekali Seumur Hidup
· Kalimah talbiyah inilah
yang menjadi tujuan untuk berhaji, yaitu memenuhi panggilan allah swt, juga
untuk memenuhi perintah Allah
swt seperti yang difirmankan dalam QS.
Ali_Imran (3:97) :”.. “ ….mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah….
fiihi aayaatun bayyinaatun maqoomu ibroohiima waman dakholahu kaana aaminan -walillaahi
'alaannaasi khijjul
bayti
mani istathoo'a ilayhi sabiilan waman kafaro fa-innallooha ghoniyyun 'anil
'aalamiin
[3:97]
Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim;
barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia
terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke
Baitullah2l6. Barangsiapa
mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
·
Menurut
Ibnu Katsir rahimahullah,
dalam tafsir ibnu katsir 2/81, darut Thoyyibah, 1420 h, Syamilah : “ini adalah ayat yang menunjukkan wajibnya
haji menurut pendapat jumhur ulama
·
Demikian
juga perintah dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasalam, beliau bersabda, : “wahai manusia, telah diwajibkan atas
kalian berhaji maka berhajilah”, kemudian ada seorang bertanya: “apakah setiap
tahun wahai Rasulullah?”, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak
menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “jika
aku katakan: “iya”, maka niscaya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu
kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian,
karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya
pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku
perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan
kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkanlah”
[HR. Muslim].
·
Ibnu
al-Mundzir mengatakan bahwa ini adalah ijma’,
: “para ulama telah bersepakat bahwa
wajib bagi seorang muslim untuk menunaikan ibadah haji sekali seumur hidup,
yaitu (disebut) “haji islam/hajjatul islam” kecuali (setelah
berhaji) dia bernadzar (untuk berhaji lagi), maka wajib baginya menunaikan haji
nadzarnya” [al-ijma’ 1/51, darul muslim, 1425 h, syamilah]. Setelah itu, jika haji lagi hukumnya sunnah
saja.
Menggapai Haji Mabrur
· Ibadah
haji akan memberikan pengalaman spiritual yang baik bagi peningkatan keimanan
seorang muslim, karena ibadah haji bukan
merupakan ibadah ritual semata. Lebih
dari itu, ibadah haji adalah napak tilas perjalanan hamba-hamba Allah yang
suci; Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Siti Hajar, dan Ismail. Banyak peristiwa yang menggambarkan hidayah
Allah SWT kepada hambanya yang sabar, taat dan bertaqwa kepadanNya.
· Setiap
datang musim haji, kita selalu menaruh harapan terhadap para jemaah haji yang
rata-rata sebanyak 200 ribu lebih orang agar kelak pulang dengan sandangan
predikat ‘haji mabrur’. Predikat ini tentu menjadi dambaan tidak saja
bagi yang melaksanakan ibadah haji, namun juga kita semua.
· Rasulullah
saw bersabda, “Sebaik-baik amal ialah iman
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian jihad fi sabilillah, kemudian haji
mabrur.” Pada kesempatan lain Rasulullah juga
bersabda, “Jihadnya orang yang sudah tua
dan jihadnya orang yang lemah dan wanita ialah haji mabrur.”
· Balasan
untuk haji mabrur adalah surga, seperti yang disabdakan Rasulullah SAW “..tidak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga.” (“Al hajjul mabrrur laisa lahuu jazaa illal
jannah.”),. Surga adalah tempat yang pantas bagi orang yang hajinya
mabrur.
· Secara
terminologis, kata “mabrur” dari kata “al-birru”
berarti kebaikan atau mendapatkan
kebaikan atau menjadi baik. Dalam QS. ke-3 (Ali ‘Imran) ayat 92 Allah SWT
berfirman: “lantanalul birro, khatta tunfiquu mimma tuhibbun…..
[Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan
(yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu
cintai….. ].
· Dan bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan)
hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan…..demikian yang disebutkan dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 177
· Kata
mabrur ketika dirangkai dengan kata haji, maka ia menjadi sifat yang mengandung
arti bahwa hajinya makbul/diterima dan hajinya diikuti dengan peningkatan
kebajikan, kebaikan, bersih dan suci yang mendapat keridhoan Allah SWT dari
keadaan sebelumnya.
· Bahwa
haji mabrur akan selalu ditandai dengan perubahan dalam diri pelakunya dengan
mengalirnya amal saleh yang tiada putus-putusnya. Bila setelah berhaji seseorang selalu berbuat
baik-beramal soleh, sampai ia menghadap Allah SWT, maka insya-Allah telah mendapatkan
kemabruran yang berujung diridhoi Allah untuk masuk syurga.
· Dan
insya-Allah inilah makna yang dapat dipahami dari Fiman Allah SWT dalam QS. Al-Baqoarah
(2:197), “..Berbekallah,
dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai
orang-orang yang berakal”
· Dengan
kata lain haji mabrur adalah haji yang akan mendapatkan kebaikan. Sering juga
dikatakan sebagai ibadah yang diterima Allah Swt. Dengan demikian, haji mabrur
adalah haji yang mendatangkan kebaikan bagi pelakunya atau pelakunya selalu
memberikan kebaikan kepada orang lain.
· Jika
logika itu dibalik, maka haji yang mardud (tertolak) adalah
haji yang tidak mendatangkan kebaikan bagi pelakunya atau pelakunya tidak
memberikan kebaikan kepada orang lain.
· Sulitkah untuk menjadi mabrur ?,
Ada satu kisah yang patut untuk direnungkan, yaitu kisah perjalanan haji Ibnu Muwaffaq yang dikutip al-Ghazali
dalam Ihya 'Ulum al-Din. Ketika Ibnu
Muwaffaq melaksanakan ibadah haji, dan sedang berada di suatu masjid di Mina,
ia sempat tertidur sejenak. Dalam tidurnya
ia bermimpi, melihat dan mendengar dialog dua orang malaikat.
Malaikat yang satu bertanya, ''Berapa jumlah jamaah haji tahun
ini?'' ''Enam ratus ribu orang,'' jawab malaikat satunya. Kemudian ia bertana
lagi ''Berapa orang dari mereka yang hajinya maqbul/mabrur?'' .
Dijawab oleh malaikat satunya ''Enam orang saja,''. Mendengar
jawaban ini, Ibnu Muwaffaq terjaga, gemetaran, ia termenung sejenak, memikirkan
betapa besarnya jumlah jamaah haji ketika itu, tetapi betapa sedikitnya jumlah
mereka yang maqbul atau mabrur. Wallahu’alam bisawab.
· Kemabruran
dalam ibadah haji seseorang, justru akan ditampakkan setelah ia pulang dari beribadah
haji. Kemabruran berupa meningkatnya
amal kebajikan, amal soleh baik secara “hablumminanallah”
maupun dalam “hablumminannas”.
· Amal ibadah hajinya ter-refleksi dalam kehidupan
sosialnya. Kebajikan dari buah ibadahnya
berbanding lurus dengan perilaku sosialnya. Ia sumber kebaikan dan kebajikan bagi
lingkungannya sosialnya.
· Perilaku
ibadah haji, banyak mengajarkan menjadi perilaku yang mabrur sebagai hikmah
dari ibadah haji. Hikmah memang
merupakan hidayah dan anugerah dari Allah SWT.
yu/tiilkhikmata man yasyaau waman yu/talkhikmata faqod uutiya khoyron katsiiron
wamaa yadzdzakkaru illaa uluul-albaab
[2:269] Allah menganugerahkan al hikmah
(kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah
dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang
yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al
Baqarah [2]: 269)
·
Kegiatan ritual ibadah haji, telah banyak
memberikan hikmah yang dapat dijadikan pelajaran untuk meningkatkan ketaqwaan,
tentunya seperti yang ditegaskan dalam ayat diatas, “…hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran…”
·
Dan sangat
disayangkan bila dalam beribadah haji kita kehilangan hikmah yang terkandung
didalamnya, dan hanya mendapatkan capek dan lelah belaka (seperti dalam Ibadan
syiam banyak orang yang hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja).
Hikmah
dan Nilai
Filosofi dari Perjalanan Ibadah Haji
· Dari
rangkaian rukun haji tersebut, setiap rukunnya memberikan hikmah pada diri
jamaah haji setelah pulang dari Baitullah dan dan memiliki nilai
filosofi untuk kembali kepada
aktivitas kesehariannya ditempat tinggal asal.
Hikmah dan Filosofi pada Ihram (Rukun Haji Pertama)
· Ihram,
yaitu pernyataan mulai mengerjakan ibadah haji dengan memakai pakaian ihram
disertai niat haji di miqat (yaitu
tempat atau waktu untuk memulai berniat ihram) ;
· Pakain
ihram kaum laki-laki hanya terdiri dua lembar kain yang tanpa
berjahit, yang disebut izaar (kain) dan rida'
(selendang), dan disunahkan berwarna
putih. Sedangkan bagi wanita, tidak ada
pakaian khusus dan warna khusus untuk ihram, yang penting menutup aurat dan
memenuhi adab-adab berpakaian bagi wanita dalam Islam.
· Ini mengajarkan
kepada kita, bahwa pakaian ihram ini disamping pertanda bahwa seseorang itu
telah “labbaik allahumma labbaik”
(aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah), juga mengingatkan kita akan
“memenuhi panggilan-Mu untuk selamanya atau meninggal di kelak kemudian hari” (yang
akan dibungkus kain kafan).
· Karena
itu berihram, memberi hikmah bahwa status
seseorang baik itu pangkat, jabatan, kekayaan, dan segala asesoris duniawi
tidak pantas menjadikan manusia menjadi sombong, karena dihadapan Allah SWT
hanya yang bertaqwalah yang lebih mulia. “Inna akramakum
‘indalloohi ad-qookum “ (QS
Al-Hujurat [49]:13).
· Pakaian
sering cenderung menjadi simbul status seseorang dan kemewahan pakaian dapat
membangkitkan sikap sombong dan arogan. Dengan berihram, maka umat manusia
sedunia yang berkumpul untuk berhaji, telah ikhlas menanggalkan status
duniawinya demi memenuhi panggilan Allah. Hadist Qudsy Allah berfirman : “Wahai manusia
sesungguhnya engkau kelaparan, AKU-lah yang memberimu makan. Sesungguhnya engkau telanjang AKU-lah yang
member pakaian”
· Saat
berihram banyak larangan yang harus dipatuhi, larangan yang dimaksud dalam
kehidupan keseharian diluar kegiatan ibadah haji mungkin hal-hal yang biasa
seperti : Tidak boleh memotong dan mencabut rambut, memotong kuku, menggaruk
sampai kulit terkelupas atau mengeluarkan darah; Tidak boleh menggunakan
parfum, termasuk parfum yang ada pada sabun; Tidak boleh bertengkar; Tidak boleh membunuh binatang (kecuali
mengancam jiwa), memotong atau mencabut tumbuhan dan segala hal yang mengganggu
kehidupan mahluk; dll. dan kalau melanggar akan dikenakan dam/denda.
· Kemampuan
membayar dam mungkin tidak jadi masalah, karena menurut ukuran duniawi tidaklah
begitu besar. Essensinya adalah
sejauhmana kepatuhan dan ketaatan kita akan hukum Allah. Komitmen ini yang akan memberi dampak pada
kehidupan sesudah ibadah haji. Komitmen terhadap keyakinan bahwa Allah Maha Mengetahui, akan
menjadi sikap hidupnya dalam menggapai
surga kelak dikemudian hari.
·
Nilai Filosofi
dari berihram,
mengajarkan pada sikap yang rendah hati, jauh dari sikap congkak, sombong,
arogan, pamer kekayaan – jabatan – status, dll.
Dan juga berusaha untuk tidak suka
melanggar syariat walau sekecil apapun seperti dalam ihram tidak boleh memotong
kuku bisa ditaati, disini bukan soal kemampuanm membayar dam tetapi kemampuan
mentaatinya.
Hikmah dan Filosofi dari Wukuf (Rukun haji
Kedua).
· Wukuf di Arafah (yaitu berdiam diri
dan berdoa di Arafah pada tanggal 9 Zulhijah) :
· Kata
‘wukuf” berarti berhenti, diam tanpa bergerak. Wukuf di Padang Arafah pada 9
Dzulhijjah sebagai rukun ibadah
haji. Rasulullah SAW bersabda : “Haji adalah (wukuf) di Arafah (HR. Bukhari
& Muslim). Tidak ada
haji jika tidak wukuf di arofah.
· Wukuf, merupakan cermin
kehidupan bahwa, aktivitas sepadat apapun, ada saat untuk berdiam, bertafakur,
bermunajat kehadirat Allah SWT. Ini konsekwensi logis dari komitmen mukminin “ iyyaka na’budu – wa iyyaka nastaiin”
(Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah kami meminta pertolongan) (QS. Al-Fatiha [1]: 5). Telampau sombong jika manusia tidak pernah
bertafakur, bermunajat kehadirat Allah SWT.
· Wukuf di
Padang Arofah merupakan gambaran kelak kita akan dikumpulkan Allah SWT di
Padang Mahsyar pada Hari Kebangkitan.
Wukuf atau berdiam, bisa bermakna kelak kalau semua anggota badan sudah
diam atau berhenti (wafat) akan dibangkitkan lagi di Padang Mahsyar. Padang Arafah ini sebagai miniatur Padang
Mahsyar.
· Waktu
yang pendek di padang Arafah ini, pada 9
Zulhidjjah, terhitung mulai tergelincir matahari sampai matahari terbenam
(maghrib). Mengisyaratkan kepada kita, betapa singkatnya hidup didunia ini
dibanding dengan kehidupan yang abadi kelak.
Karena waktu yang singkat itu, banyak-banyaklah berdo’a , berzikir,
bertalbiyah, istighfar, bertobat dan minta ampunan kehadirat Allah SWT, seperti
yang telah dilakukan saat wukuf di Arofah,
serta berbuat baik, agar kelak
tidak menjadi manusia yang merugi.
· Rasulullah
SWA pernah bersabda : "Aku
berlindung kepada Allah SWT dari (godaan) syetan yang terkutuk. Tiada hari yang
lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka selain Hari
Arofah." (HR. Muslim)
·
Filosofi dari wukufnya,
memberi dampak pada sikap yang tawaddu’ dan
istiqomah keimanannya. Sedang filosofi
melontar jumrahnya membentuk sikap yang kuat dengan keimanannya, tidak mudah
tergoda oleh iming-iming syetan untuk berbuat curang dan sikap buruk lainnya
(korup, manupulasi,dll).
Hikmah
Melontar Jumrah.
·
Melontar jumroh
simbul permusuhan Nabi Ibrahim a.s.
dengan iblis karena telah menggoda agar membatalkan niatnya untuk
melaksanakan perintah Allah SWT. (menyembelih putranya Ismail a.s).
·
Melontar Jumrah
mengingatkan kepada orang mukmin, bahwa Godaan iblis terhadap manusia tak akan
berhenti, karena itu sudah tekadnya sejak iblis menolak perintah untuk bersujud kepada nabi Adam a.s :
qoola robbi bimaa aghwaytanii lauzayyinanna lahum
fiil-ardhi walaughwiyannahum
ajma'iin
[15:39] Iblis berkata : "Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya. (QS.
Al_Hijr [15]:39)
Dalam Hadist Nabi SAW diingatkan
:
“Sungguh syetan merayap pada manusia sebagaimana jalannya darah “
·
Begitu intensnya
iblis/syetan menggoda manusia yang beriman, maka melontar jumrah memberi peringatan akan permusuhan orang mukmin
dengan iblis dan syetan. Kita harus
berusaha “melontar jumrah” tidak saja
saat beribadah haji, tetapi dalam kehidupan sehari-hari pasca beribadah haji. Lempar jauh-jauh pikiran-pikiran buruk dan niatan jahat yang dibisikan oleh iblis
bin syetan ini.
Hikmah dan Filosofi dari Thawaf (Rukun Haji Ketiga).
· Tawaf Ifadah (yaitu mengelilingi
Ka'bah sebanyak 7 kali, dilakukan setelah melontar jumroh Aqabah pada tgl 10
Zulhijah);
· Thawaf
artinya berkeliling. Maksudnya mengelingi Ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dimulai dan diakhir dari Rukun Hajar Aswad,
dan Ka’bah berada pada sisi kiri yang berthawaf.“ …hendaklah mereka thawaf disekeling Bhait
al-Altiq (Batitullah) “ (QS.: Al-Hajj [22]: 29).
Tsummal yaqdhuu tafatsahum walyuufuu nudzuurohum
walyath-thaw-wafuu bilbaytil 'atiiq
[22:29]
Kemudian, hendaklah mereka menghilangkan kotoran988 yang ada pada badan mereka
dan hendaklah mereka menyempurnakan nazar-nazar mereka989 dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawaf sekeliling rumah yang tua
itu (Baitullah).
· Tujuh
putaran dalam thowaf mengelilingi Ka’bah untuk memenuhi panggilan Allah dengan
tak hendi berdo’a, berdzikir, bertasbih, memuja akan kebesaran Allah, memberi
hikmah kepada kita, bahwa dalam “putaran waktu 7 hari dalam seminggu” hendak
dalam keseharian kita setelah berhaji tetap tidak terlepas dari berdo’a,
berdzikir, bertasbih kepada Allah SWT.
· Inilah
kebajikan buah dari Ibadah haji, meningkatnya kedekatan kita dengan Allah SWT,
karena baru saja “bertamu kerumah Allah / Baitullah”
·
Filosofi thowafnya,
membekas kuat menjadikan dia orang yang selalu ingat kepada Sang Khaliq,
kalimah talbiyahnya tetap mewarnai kehidupannya. Dalam putaran waktu 7 hari dalam seminggu tidak
pernah putus melakukan “hablumminallah” Aktifitas ibadahnya semakin meningkat
baik secara kualitas maupun kualitasnya.
Hikmah dan filosofi dari Sa’i (Rukun Haji
Keempat).
· Sa’i (yaitu berjalan atau
berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali, dilakukan
setelah Tawaf Ifadah);
·
Kata Sa’i memiliki
arti ‘usaha’ maksudnya hidup ini harus
dipenuhi dengan usaha atau ikhtiar dalam mencapai kebahagiaan ‘fiddunya wal akhirah’.
·
Kegiatan sa’i adalah
berjalan
kaki atau lari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit Marwah sebanyak 7 kali. merupakan napak tilas perjuangan Siti Hajar yang sabar dan tawakal
kepada Allah untuk mendapatkan air bagi putranya Ismail r.a yang akhirnya Allah
mengalirkan Air Zam-zam.
·
Hikmah yang didapat
dari sa’i, bahwa seorang muslim, lebih-lebih seorang mukmin haruslah giat dalam
berusaha, berikhtiyar, bukan pemalas tetapi rajin dan giat bekerja, sabar, ulut
dan bertawaqal. Karena sadar bahwa
manusia hanya mampu berusaha dan berikhtiyar, Allah jua yang akan menetapkan hasilnya. Maka tawaqallah.
·
Disamping itu hikmah
lain adalah betapa besar kasih sayang dan tanggung jawab seorang ibu terhadap
putranya. Dari kasih sayang seorang
ibulah, generasi yang santun, ulet, sabar dan bertawakal akan disiapkan, karena
ibu adalah pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.
·
Filofosi Sa’i,
memberi motivasi bahwa hidup ini penuh perjuangan yang memerlukan usaha yang
gigih, kerja keras, tidak gampang putus asa, optimis, namun tetap sabar dan
bertawaqal. Manusia yang berusaha,
tetapi Allah jua yang menetapkan hasilnya.
Hikmah dan Filosofi dari Tahallul (Rukun Haji
Kelima).
· Tahallul
(yaitu bercukur atau
menggunting rambut setelah melaksanakan Sa'i);
·
Tahallul atau
bercukur (wajib bagi laki-laki) merupakan perbuatan untuk melepaskan diri dari
larangan-larangan ihram selama berihram atau penegasan dan realisasi akan
selesainya masa ihram.
·
Makna yang tersimpan
sebagai hikmah tahallul adalah membersihkan ‘batok kepala’ yang didalamnya
terdapai otak atau pikiran-pikiran manusia dari pikiran-pikiran buruk. Bersihnya hati dan pikiran dari penyakit
rohani (iri, dengki, hasut, ghibah, sombong, dll) sangat diperlukan untuk
menapai kehidupan yang soleh/soleha dikemudian hari menuju keridhoan Allah SWT.
·
Akhirnya, dengan
tahallul, nilai filosofinya, dengan
mencukur rambut untuk menghilangkan ‘pikiran-pikiran buruk’. maka hati dan
pikiran setelah usai melaksanakan ibadah haji menjadi bersih, bercahaya. Karena itu kita tutup kepala kita dengan ‘tutup
kepala putih’ ( tanda sudah haji ) juga pertanda bahwa hati dan
pikirannya sudah suci dan bersih.
Sebagai haji mabrur.
· Makanya,
do’a yang dibaca orang yang pulang dari haji adalah : “tauban tauban tauban,
lirabbinaa auban laa yu ghaadiru” (Aku bertaubat, aku bertaubat, aku bertaubat kepada Allah aku mengharapkan taubatku
diterima, aku tidak akan mengulangi dosa-dosa lagi).
Hikmah dari
Rukun Keenam, Tertib
· Tertib, Mengerjakan kegiatan sesuai dengan urutan
dan tidak ada yang tertinggal.
· Ini mengajarkan kepada kita seorang yang hajinya mabrur, hidupnya akan
lebih tertib, dalam pengertian tertib hidupnya, yaitu taat asas, taat kepada
semua ketentuan yang disyariatkan Allah SWT kepada ummatnya.
·
Kalau saja
perjalanan ritual ibadah haji, juga dapat memaknai hikmah yang terkandung dalam
perbuatan-perbuatan ibadah haji, sehingga setelah pulang kembali tempat tinggal
semula, berdampak meningkatnya kebajikan dan kebaikan dari perilaku sosialnya, sehingga
kemabruran hajinya akan sangat berdampat kepada ketentraman dan kesalehan
social.
·
Kemabruran haji
seseorang akan terlihat, seberapa membekas dan terinternailsasi dalam dirinya,
sehingga menjadi norma baru, atau norma baik yang lama semakin meningkat.
Ibadah Yang Pahalanya
Sama dengan haji
· Ibnu
Rajab menyebutkan didalam kitabnya, Latha ‘if Al-Ma’arif..sebuah bab khusus
yg diberi judul: “Bab Amal yang Menggantikan Pahala Haji dan Umrah Ketika Tidak Mampu
Menunaikannya”. Disebutkan didalamnya macam-macam amal
yg keutamaan dan pahalanya sama dengan pahala haji bagi yg tidak mampu
menunaikannya.
· Dalam Latha’if Al-Ma’arif tersebut dikatakan
sebagai berikut, “Jika kamu ingin mendapatkan pahala haji, sementara kamu belum
mampu menunaikannya, maka ada beberapa amal yg bisa kamu lakukan sebagai
pengganti ibadah haji”:
1.
Keluar dari rumah menuju shalat fardhu di masjid dalam kondisi sudah
bersuci.
Dari ABu Umamah, Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk
menunaikan shalat fardhu, pahalanya seperti pahala haji orang berihram." (Shahih:
Shahih Abu Dawud, no 558)
2.
Melaksanakan Shalat Fardhu Berjama'ah Dan Shalat Dhuha Di Masjid
Dari Abu Umamah, Rasulullah s.a.w bersabda,"Barangsiapa berjalan menuju berjama'ah sholat wajib, maka dia seperti
berhaji. Dan barang siapa berjalan menuju
shalat tathawwu'(sunnah) maka dia seperti
berumrah yang nafilah (istilah lain sunnah)." (Hasan: Shahih
Al-Jami' no. 6556),
Dalam hadits yang lainnya, Rasulullah bersabda," Barangsiapa
keluar dari rumahnya dalam keadaan sudah bersuci untuk shalat fardhu maka
pahalanya seperti pahala orang haji yang berihram, Dan barangsiapa keluar shalat Dhuha dia tidak bermaksud kecuali
itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang
berumrah. Dan shalat sesudah shalat yang tidak
ada perbuatan sia-sia di antara keduanya ditulis di kitab 'Illiyyin."(
Shahih: Shahih Sunan Abu Dawud, no. 522;Shahih Al-Jami' no. 6228)
3.
Berdzikirlah kepada Allah Ta’ala setiap selesai sholat fardhu, yaitu
membaca tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.
Dari Abu
Darda r.a, dia berkata,”kami berkata
kepada Rasulullah saw, ‘Wahai rasulullah, orang2 kaya mendapatkan pahala haji,
sementara kami tidakmampu menunaikannya, mereka berjihad dengan harta sementara
kami tidak mampu berjihad karena kekurangan harta”.
Maka
rasulullah bersabda:”Maukah kalian aku
tunjukkan kepada sesuatu yg lebih baik dari apa yg mereka dapatkan? Bacalah
tasbih sebanyak tigapuluh tiga kali, tahmid tigapuluh tiga kali, dan takbir
tigapuluhempat kali setiap selesei shalat lima waktu”.(HR.Ahmad)
4.
Shalat Subuh Berjama'ah Di Masjid Kemudian Duduk Berdzikir Sampai
Terbit Matahari Lalu Shalat 2 Raka'at
مَنْ
صَلَّىالْغَدَا ةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِحَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ
قَالَ قَالَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
تَامَّةٍ
Dari Anas bin Malik, Rasulullah s.a.w bersabda, "Barangsiapa Shalat Subuh berjamaah
lalu duduk berdzikir (mengingat) Allah sampai terbit matahari kemudian shalat 2
raka'at, maka baginya pahala seperti pahala haji dan umrah yang sempurna,
sempurna, sempurna." (Hasan: Shahih At-Tirmidzi, no. 480, 586; Shahih At-Targhib wa
AT-Tarhib, no. 464; Ash-Shahihah, no. 3403)(Dishahihkan
oleh Al-Albani).
Dalam hadits lain, dari Abu Umamah dan 'Utbah bin 'Abd, Rasulullah
bersabda, "Barangsiapa shalat Subuh
dalam sebuah masjid secara berjama'ah lalu tinggal di dalamnya hingga ia Shalat
Dhuha, maka ia mendapatkan pahala seperti pahalanya orang haji dan umrah yang sempurna
haji dan umrahnya." (Hasan li ghairihi: Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 469).
Dari
hadis ini, ada lima syarat yang mesti
dikerjakan oleh setiap Muslim untuk mendapatkan pahala haji dan umrah tanpa
pergi ke Makkah. Pertama, shalat Subuh
berjamaah. Kedua, tetap duduk di tempat shalatnya. Ketiga, berzikir kepada
Allah SWT. Keempat, hal itu dilakukan sampai terbit matahari. Kelima, shalat
sunah dua rakaat.
Para
ulama berbeda pendapat tentang shalat sunah dua rakaat ini, apa namanya? Ada
yang mengatakan itu adalah shalat sunah Thulu´al-Syams (terbit matahari) dan
yang lain menyebutnya shalat sunah Muqadimah Dhuha (pembuka Dhuha).
5.
Mempelajari Atau Mengajarkan Kebaikan Di Masjid
Dari Abu Umamah, Nabi saw bersabda,"Barangsiapa pergi ke masjid, dia tidak menginginkan kecuali
mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya pahala seperti pahala orang haji sempurna
hajinya.".
Dalam riwayat lain dengan redaksi, "Barangsiapa berangkat di pagi hari menuju masjid, ia tidak
menginginkan kecuali untuk mempelajari suatu kebaikan atau mengajarkannya, maka
baginya pahala
orang yang melaksanakan umrah dengan umrah yang sempurna. Dan barangsiapa berangkat sore
hari menuju masjid, ia tidak menginginkan kecuali mempelajari suatu kebaikan
atau mengajarkannya, maka ia mendapatkan pahala orang yang naik haji dengan haji yang
sempurna."(Hasan Shahih: Shahih At-Targhib wa AT-Tarhib no 82).
Perlu diketahui, pahala ini bisa didapat dengan syarat, pelaku
sebelum masuk ke dalam masjid, di perjalanan menuju masjid, atau masih dirumah,
haruslah berniat untuk mempelajari atau mengajarkan kebaikan. Nabi dalam hadits
diatas tidak menetapkan durasi waktu tertentu.
6. Menghadiri shalat jumat dari awal
sampai akhir sebanyak 40 kali shalat jumat berturut-turut.
Said bin
Al-Musayyib berkata;”Ibadah jumat lebih saya sukai daripada menunaikan haji
sunnah. Sesungguhnya Nabi SAW mensejajarkan yg bersegera datang menunaikan
shalat jumat seperti orang yg berkurban di Baitullah”.
Dan dalam
hadist
dhaif disebutkan,” shalat jumat adalah ibadah haji bagi orang-orang
miskin”.
Tapi Ingat !!!
· Amal-amal ini tidak bisa menggugurkan kewajiban berhaji, karena Haji merupakan Kewajiban
bagi orang yang mampu untuk berhaji dan umrah. Orang-orang yang telah
mengerjakan amal-amal ini tetap wajib melaksanakan ibadah haji
· Al-Munawi dalam Al-Faidh Al-Qadiir jilid 6 hal. 228,
"makna mendapat pahala haji atau mendapat pahala seperti pahala haji,
tetapi tidak harus sama persis." Maka, amal-amal yang berpahala
seperti/setara pahala haji dan umrah itu tidak menghapus kewajiban haji dan
umrah.
· Seandainya amal-amal itu bisa mengganti kewajiban haji dan umrah
atas setiap muslim, maka tidak akan ada orang yang melaksanakan haji dan umrah
sejak zaman Nabi Muhammad.
· Nabi Muhammad yang mensosialisasikan amal-amal tersebut saja tetap
melakukan haji dan umrah, demikian juga para pengikut beliau yang setia. Maka
sebuah bid'ah dan kesesatan jika seseorang yang tidak berhaji dan berumrah
dengan alasan telah beramal dengan amal-amal berpahala seperti pahala dan haji.
Waloohu a’lam
bishowab
Demikian yang saya sampaikan
bila itu kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah semata,
karena sifat-nya yang al haaq/yang maha benar,
Kalau ada salahnya, itulah
kesalahan saya sebagai manusia,
Yang sifatnya memang deket
dengan kekhilafan
Seperti kata pepatah arab :
“al
insaanu makhallul khoto wan nisyaan”.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallahumma
wabihamdika
Asyhadualla ilahailla
anta
Astagfiruka wa’atubu
ilaik
“maha suci engkau ya allah, dengan memuji-mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-mu, aku memohon
pengampunan-mu dan bertaubat kepada-mu.”
(hr.
Tirmidzi, shahih).
Nas-alullah
as-salamah wal ‘afiyah/
Hanya kepada allah kita mohon keselamatan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum
warahmatulloohi wabarokatuh
Label:
Tausiah bil Hikmah-18