(Kuliah Subuh Online)
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
أَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
yaa ayyuhaalladziina aamanuu kutiba 'alaykumush-shiyaamu kamaa
kutiba 'alaalladziina min qoblikum la'allakum tattaquun
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Majelis netizen rohimatullah
· Sebelumnya kita panjatkan syukur kehadirat allah swt..
Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha
penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
· Alhamdulillaahil
ladzii an ’amana al iimaani wal islaami,
segala puji bagi allah yang telah melimpahkan nikmat iman dan islam.
· Wa
nikmatan ‘umrihi, wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita
bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana seruan Rasuulloh sawl “barangsiapa
meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).... Amien.
· Berkat rahmat
dan nimat itulah, pagi ini kita dapat menunaikan sholat subuh berjamaah di
rumah Allah yang penuh rahmat.. Baiturrohmah.
· Sholat subuh
yang selalu disaksikan oleh malaikat ini seperti difirmankan Allah
Ta’ala dalam QS. Al israa’-78, oleh Rasululloh saw di tegaskan bahwa “barang siapa
sholat shubuh, maka ia dalam jaminan Allah....(hr. Muslim.
No 1.050)
·
Wanusyolaa wanusalamu ‘alaa khoiril
anaam Muhammadin shalalloohu ‘alaihi
wassalam, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan penghulu
alam-nabi besar Muhammad salallaahu alaihi wassalam, beserta para keluarga,
sahabat serta umatnya ....amien
Saya juga ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan
keluarga keluar saya serta hadirin “ ...
Yaa ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha
haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa wa-antum muslimuun /... Bertakwalah
kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati
melainkan dalam keadaan beragama islam. (Qs. Ali Imran (3:102)
· Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa, yaitu dengan
“melaksanakan semua perintahnya (sesuai dengan kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri bisa dengan duduk tidak
bisa duduk bisa dengan tidur.
· Dan meninggalkan semua larangannya (secara mutlak)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alasan, misalnya
“belum mampu” meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nanti aja, ya tidak
bisa gitu !!!
· Abu Hurairah r.a,
menceritakan ia mendengar rasulullah saw
sabda, : ”
apa yang aku larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang
aku perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(hr.Bukhari
dan Muslim).
·
Apa
yang akan saya sampaikan bukan hal yang baru, karena risalah agama ya memang
sudah sempurna sampai rasululloh saw wafat,
·
Dakwah
itu hanya berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir;
hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang
firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw. (Al
Ghosyiah [88]:21)
·
Selebihnya,
tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima
hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
·
Hari
ini kami mendapat amanat untuk menyampaikan “amar ma’ruf” menyeru kepada
kebaikan, ini sesuai dengan perintah allah ta’ala (QS. Ali Imran 104)
· Dan kata Rasululloh saw, ad daallu
‘alal khoiri kafaa ’illihi orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan
orang yang diajaknya /HR. Tirmizi)
·
Dan mudah-mudahan saya tidak
termasuk golongan yang diperingatkan allah ta’ala :
Ata/muruunan-naasa bilbirri watansawna
an-fusakum wa-antum
tat luunal kitaaba
Afalaa ta'qiluun
[2:44}.
“mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al kitab (taurat)? Maka
tidaklah kamu berpikir?”
Asbabunnuzul turunya ayat 44 surah al baqarah ini, allah
menegur, seorang yahudi yang menyuruh anak dan mantunya serta kaum kerabatnya
yang telah memeluk agama islam untuk melaksanakan kewajibannya, tetapi dirinya
sendiri tetap saja mengingkari... Ia menyuruh orang berbuat baik/beramal
sholeh, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian ini.
·
Dakwah
berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan,
memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta
sunnah-sunnah rasululloh saw.
·
Selebihnya,
tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima
hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
Majelis Netizen Rohimatullah
·
Setelah sebulan penuh menjalankan ibadah shaum, yang
targetnya seperti
ditegaskan dalam QS. Al_Balqarah (2:183), adalah , “la’alakum
tattaqun” /agar kamu bertakwa (menjaga diri dari perbuatan munkar).
·
Karena, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah,
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu./….inna akromakum ‘indallahi attaqwa….. (QS. Al-Hujarat_49:13). Artinya, kalau kita benar-benar ingin
mengejar kemuliaan dunia akherat, jalan satu-satunya adalah melalui pintu ’Taqwa’ (sebenar-benar taqwa dan
istiqomah).
·
Orang
yang bertaqwa atau “muttaqin” merupakan dambaan semua umat Muhammad, karena ini
merupakan “maqoman-mahmudah” (derajat
tertinggi di sisi Allah SWT).
·
Untuk
dapat sampai disana, diperlukan kesungguhan hati untuk menggapainya, ibarat suatu
perjalanan perlu melewati beberapa “Terminal Blok M” mulai dari “Maqom Muslimim” (setelah bersahadat sebagai seorang muslim/ibarat masih TK, semua
amalannya diukur dengan pahala dan dosa semata), kemudian menuju terminal
berikutnya “Maqom
Mukminin” (ibadahnya sudah dibarengi dengan keimanan, diyakini dalam
hati, dikrarkan dengan lisannya dan terwujud dalam perilakunya, ibarat sudah
naik ke SD) ), kemudian “Maqom Muhsinin (ikhsan
artinya baik, keislaman dan keimanannya terimplementasi dalam sikap dan perilaku
yang baik/akhlakul karimah, naik ke SMP);
·
Selanjutnya Maqom Mukhlisin
(Ikhlas), Seorang muslim yang
mukmin, dan mukhsin, yang selalu melakukan kebaikan/ikhsan, ikhlas semata-mata karena Allah SWT. (sudah
tingkatan SLTA). Allah SWT menggambarkan seorang mukhlisin
sbb. “alladziina yunfiquuna
fiis-sarroo-i wadhdharroo-i
walkaatsimiinal
ghoyzha wal'aafiina 'aninnaasi walaahu
yukhibbul mukhsiniin/(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di
waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan
mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan. [QS. Ali_Imran (3:134)].
·
Pada
derajat ini, syaitan laknatullah tidak mampu menggoda dan mempengaruhinya
(menyesatkan) karena sang hamba dijaga langsung oleh Allah SWT. Subhanallah! .
Ini dapat dilihat dialog syetan dengan Allah SWT (QS. Al-Hijr [15]:39-40): Qoola, robbi bimaa aghwaytanii
lauzayyinanna lahum fiil-ardhi
walaughwiyannahum ajma'iin /[15:39] Iblis berkata : "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik
(perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka
semuanya, illaa 'ibaadaka
minhumul mukhlashiin/[15:40] kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
·
Dan
puncaknya Maqoman Mahmudah, yaitu Muttaqin, (taqwa atau takut ), Secara istilah adalah orang melaksanakan perintah Allah
secara sempurna, dan menjauhkan perintah Allah, Islam Kaffah (sudah tingkat Universitas), Dalam QS. Al-Hujurat
[49]: 13) ditegaskan bahwa :…” Waja’alnakum – syu’uuban – waqobaa-ila/Kami
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku Lita- ’Aarofu/Supaya kamu saling
mengenal Inna Akromakum
‘Indallahi At-Qookum…/sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu.
·
Secara harfiah, kata taqwa, dari huruf ta’ – kaf – waw – dan ya’ yang memiliki makna :
~
(Ta’) Tawaddu’, yaitu rendah
hati, tidak sombong, sederhana
dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal
kebaikan kita. Sifat sombong/takabur itu
merupakan sikap yang mengingkari kebenaran, karena ia menutupi kebohongan
dirinya, dan berakibat terjadinya kerusakan di muka bumi ini. Rasulullah SAW bersabda, : “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan
manusia.” (HR. Muslim). Dalam
QS. Al-Qoshosh (28 -83.), Allah SWT telah memperingatkan :
Tilkad-daarul aakhiroti naj’alukaa lil ladziina laa yuriduuna
‘uluw-wan fil arddzi wa laa fasaadaa, wal ‘aaqibatu lil muttaqiin.
[28:83] ”Negeri
akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan
di muka bumi dan kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah
bagi orang-orang yang bertakwa .
~ (Kaf) Kona’ah, Secara maknawi, konaah
berarti menerima apa adanya, merasa ikhlas dengan kondisi apapun yang dialami.
Dalam bahasa Jawa adalah (nip)“nrimo
ing pandum”. Kalau pemaknaannya hanya sampai disini, maka akan lebih pada putus asa.
Dalam konsep Ilahiyah, qona’ah adalah berserah diri
dan ikhlas menerima apa yang diberikan Allah swt, dengan tawakkal. Konsep tawakkal, manusia hanya pada proses, sedang pada penetapan hasil
berserah diri pada Allah swt.
QS. Ali Imraan (3:160)
Iyyan-shurkumulloohu fa
laa ghooliba lakum/Jika Allah menolong kamu,
maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; wa iyyakh-dzulkum /jika
Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), faman dzal-ladzii
yanshurukum mim ba’dih /maka siapakah gerangan
yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? wa ‘alallohi fal
yatawakkalil mu’minuun /Karena itu hendaklah kepada
Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.
~
(Waw) Warro’ / Wirra’i, maksudnya menjauhkan diri dari hal-hal mungkar/malu untuk
berbuat munkar kepada Allah swt dan kepada sesamanya. Untuk mencegahnya dengan
ibadah sholat, karena sholat dapat mencegah perilaku munkar. ”.. “…wa aqimish-shalaata innassh-shalaata tanhaa ‘anil-fakhsyaa’I
wal-munkar …..”/Kerjakanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan
yang jahat (keji) dan yang mungkar. (QS. Al_’Ankabuut [29] : 45)
~
(Ya’) Yaqin, Artinya
kemantapan hati/tidak ada keraguan sedikitpun, haqul yakin dan tidak ada
keraguan dalam menikuti perintah dan mejauhi larangan Allah swt. Dengan mengimani Al_Qur’an sebagai petunjuk
Allah swt, ”za-likal
kitabbu laa roiba fih,/Kitab (Al quran) ini tidak
ada keraguan padanya; hudal lil muttaqin, /petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (QS. Al-Baqoroh [2]:2)
·
Takwa
dalam konsep Al Qur’an, yaitu memelihara diri dari siksaan Allah dengan mengikuti
segala perintah-perintah-Nya; dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya; tidak
cukup diartikan dengan takut saja. Ciri-ciri
orang bertaqwa adalah, Allaziina Yu’minuuna,/yaitu, mereka yang beriman; Bil-Ghoibi /percaya
kepada yang ghoib; Wa-Yuqiimuunas-Sholaata/mendirikan sholat; Wa Mimma Razaqnaahum Yunfiquun/ menafkahkan sebagian rezekinya yang Kami anugerahkan kepada mereka (QS. Al-Baqoroh [2]:3)
Halal
bihalal di Pasca Romadhon
·
Budaya
Islami pasca romadhon untuk bersilaturahmi, dengan kemasan “halal bihalal’ hanya
ada di Indonesia tidak dikenal baik semasa Rasululloh saw, sahabat, tabi’it,
tabi’it tabi’in, shalafush-sholihin maupun sampai saat ini di negara-negara
Islam didunia ini.
·
Label
Halal Bihalal yang berarti “Halal dengan yang halal” atau “sama-sama saling menghalalkan” atas kehilafan,
sehingga kembali suci bak bayi lahir. Mungkin istilah halal bi halal, ia meniru
uslub (gaya
bahasa) qur’ani, seperti : “..nafsa bin nafsi
wal 'aina bil aini wal anfa
bil anfi…" /jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan
hidung…" QS. Al-Ma’idah
(5:45), atau …”al khurru bil khurri, wal ‘abdu bil ‘abdi, wal untsaa bil
untsaa,…/orang
merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. QS Al-Baqoroh [2]:178. Terkait
hukum qishosh (hukum balas).
·
Intinya,
acara silaturahmi dengan kemasan Halal Bihalal pada pasca Romadhon, teriring
do’a Minal ‘aidin wal faidzin /(semoga Allah menjadikan) kita bagian dari orang-orang yang kembali (kepada
kesucian/ketaqwaan) dan orang-orang yang
menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah)
·
ini
adalah media untuk saling memaafkan, untuk memparipurnakan atau melengkapi
setelah kita kembali ke fitrah (‘iedil fitri), kembali bersih bak bayi baru
lahir. Makanya dalam acara itu, yang
harus disampaikan adalah “ permintaan maaf” baru dikuti ucapan lainnya, seperti
yang dilakukan sahabat Rasululloh SAW. “Taqobbalallahu minna wa minkum”/Semoga Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu
sekalian. Rasululloh menjawab : “Taqabbalallahu minna waminkum wa
ahalahullahu ‘alaik”/Semoga
Allah menerima (amalan) dari kami dan darimu sekalian dan semoga Allah
menyempurnakannya atasmu.
·
Dari
Jubair bin Nufair,
ia berkata, “Dahulu para sahabat Nabi shalallahu’alaihi wasallam mengucapkan ‘Taqobbalallahu minna
wa minkum’ ketika saling bertemu di hari
Idul Fitri.” Al-Hafidz
(Ibnu Hajar) berkata tentang riwayat ini, “Sanadnya hasan.” Para
sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, /semoga
juga puasaku dan kalian diterima.
·
Dengan saling memaafkan lahir dan bathin, seringlah
muncul ungkapan “kosong-kosong” maksud sama-sama semua kesalahan sudah
termaafkan. Memaafkan merupakan sikap
sangat terpuji. Karena pemaaf
tanda-tanda ketaqwaan seseorang, QS Al-Baqarah [2]:237 : “Wa
an ta’fuu aqrobu lit-taqwaa/“..Dan jika kamu memaafkan, maka
hal itu lebih dekat kepada takwa…”
Bersilaturahmi
·
Hahal
bihalal sebagai budaya islami yang sering dilakukan pada pasca Romadhon,
intinya ada pada untuk saling bermaafan dan bersilaturahmi.
·
Pengertian
silaturahmi dari bahasa Arab, tersusun dari dua kata silah yaitu, ‘alaqah
(hubungan) dan kata al-rahmi yaitu, al-Qorobah (kerabat) atau mustauda’ al-janîn artinya “rahim atau peranakan”. (al-Munawwir,
1638, 1668) Kata al-Rahim seakar
dengan kata al-Rahmah dari kata rahima “menyayangi-mengasihi”. Jadi secara harfiyah silaturahmi artinya “Menghubungkan tali kekerabatan,
menghubungkan kasih sayang”.
Keutamaan silaturahmi.
·
Manusia adalah mahluk
social (zoon politicon) yang selalu saling membutuhkan baik perhatian, teman
dan kasih sayang dari sesamanya. Dan setiap individu terikat oleh hubungan
(emosional, social, ekonomi, komunikasi, dll) dengan individu lain.
·
Agar
hubungan berjalan baik, maka secara fitrah setiap individu selalu berusaha
berbuat baik dengan menjalin silaturahmi.
·
Beberapa
keutamaan Silaturahmi, diantaranya adalah :
a.
Silaturahmi
sebagian dari konsekuensi iman.
Seorang mukmin atau yang
beriman, memiliki kosekuensi logis yang tercermin dari sikap bagaimana ia
menjalin silaturahmi. Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa yang beriman kepada Allah swt dan hari
akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada
Allah swt dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan
silaturahmi". (HR Bukhori
dan Muslim)
b.
Silatruahmi penyebab
bertambah umur dan luas rizqi
Sering diungkapkan bahwa melakukan silaturahmi itu akan
memperpanjang umur dan dimurahkan rezekinya, ini seperti yang diungkapkan Dari
Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda : “Barangsiapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan
diakhirkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), maka hendaklah ia menyambung (tali)
silaturahim.” (HR Bukhari-Muslim)
Lantas pertanyaannya, padahal ajal sudah ditetapkan apakah
mungkin ada penundaan ajal atau penambahan umur ? sebagaimana yang difirmankan Allah SWT : “…wamaa
yu-‘ammaru mim mu’ammariw wa laa yunqoshu mim ‘umurihii illa fi kitaab..’/“Dan sekali-kali tidak diperpanjang
umur seorang yang berumur panjang, dan tidak pula dikurangi umurnya melainkan
sudah (sudah sitetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfutzh) ” QS. Faathir (Pencipta) [35]:11, Demikian juga dalam QS. Al_A’raaf [7]:34, Allah SWT berfirman :
Walikulli
ummatin ajal, faidzaa jaa-a ajaluhum laa yasta’khiruuna saa ‘ataw- wa laa
yastaqdimuun.
[7:34] Tiap-tiap
umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak
dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
Yang dipanjangkan usianya, adalah diberikan keberkahan
dalam usia yang telah ditetapkan, sehingga dengan usianya yang telah ditetapkan
itu, ia memiliki banyak kesempatan untuk beribadah, bertaqorrub dan beramal
sholeh.
Mungkin untuk mendapatkan keberkahan seperti itu ada
orang yang membutuhkan umur yang lama, tetapi ia dengan umur yang telah ditetapkan
memiliki amalan yang banyak.
c. Silaturahmi akan selalu berhubungan dengan Allah swt.
Dari Aisyah ra berkata,
Rosulullah saw bersabda, "Silaturahmi itu tergantung di `Arsy (Singgasana
Allah) seraya berkata: "Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan
menyambung hubungan dengannya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah
akan memutuskan hubungan dengannya" (HR. Bukhari dan Muslim).
d.
Silaturahmi
salah satu penyebab masuk surga dan jauh dari neraka
Dari Abu Ayyub al-Anshari
ra, sesungguhnya seorang laki-laki berkata: Ya
Rasulullah, ceritakanlah kepadaku amalan yang memasukkan aku ke dalam surga dan
menjauhkan aku dari neraka.
Maka Rasululloh saw bersabda : "Engkau menyembah Allah swt dan tidak menyekutukan
sesuatu dengan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali
silaturahmi" (HR Bukhari dan Muslim)
Rasulullah SAW memperingatkan
terhadap orang-orang yang memutuskan tali silatu rahim : “Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan tali
silatu rahim” (HR.Muslim).
Dengan bersilatur rahim,
maka akan timbul rasa kasih sayang diantara sesama, dan kasih sayang ini akan
menyempurnakan keimanan. Meskipun mudah
namun kadang tidak mudah untuk diterapkan, butuh kelapangan dada dan keluasan
hati serta keikhlasan, padahal Rasulullah SAW bersabda : “Kebaikan yang paling cepat balasannya adalah berbuat
kebaikan dan silaturahim”
e.
Silaturahmi
merupakan ketaatan atas perintah Allah swt.
Tanda-tanda seorang yang
beriman adalah yang selalu taat kepada semua perintah Allah SWT. Menyambung
Silaturahmi merupakan perintah Allah SWT,
QS. Ra-Ra’d (13:21),
walladziina yashiluuna maa amarollaahu
bihi an yuushola wayakh syawna
robbahum wayakhoofuuna suu-alkhisaab
[13:21] dan
orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang
buruk.
f.
Silaturahim
merupakan amalan yang paling dicintai oleh Allah swt.
Dari seorang laki-laki dari
Khos’am berkata : saya mendatangi Rasulullah saw
sedangkan beliau sedang bersama salah seorang sahabatnya, aku berkata : kamu
mengaku bahwa engkau adalah Rasulullah? Rasulullah saw menjawab : “iya”, aku
bertanya : amalan apa yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab ;
“Beriman kepada Allah swt ”, aku bertanya lagi, kemudian apa lagi ? beliau
menjawab : “kemudian menyambung
silaturahmi”. (HR Abu Ya’la dengan sanan Jayyid)
g.
Pahala
silaturahmi lebih besar dari pada memerdekakan budak
Dari Ummul mukminin
Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha, bahwasanya dia memerdekakan budak
yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi saw sebelumnya, maka
tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah engkau merasa
wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan)
milikku? Beliau bertanya: "Apakah sudah engkau lakukan?" Dia
menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Adapun jika engkau memberikannya kepada
paman-pamanmu niscaya lebih besar pahalanya untukmu." (HR
Bukhori dan Muslim)
h.
Silaturahmi, sesungguhnya
sedekah terhadap keluarga sendiri tidak seperti sedekah terhadap orang lain
Dari Salman bin 'Amir ra,
dari Nabi saw beliau bersabda: "Sedekah terhadap orang miskin adalah sedekah dan
terhadap keluarga sendiri mendapat dua pahala : sedekah dan silaturahmi."
(HR Tirmidzi)
Yang Memutus Tali
Silaturahmi.
a. Peringatan Allah SWT
Allah Ta’ala memperingatkan orang yang memutuskannya
dengan laknat dan adzab, diantara firmanNya dalam QS. Muhammad [47]:22,23
Fa hal
‘asaitum in tawallaitum an tufsiduu fil ardzi wa tuqoth-thi-‘uu arkhaa makum.
[47:22]. “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di
muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan” ?
Ulaaikal-ladziina
la-anahumulloohu fa ashommahum wa a’maa abshoorahum.
[47:23]. “Mereka itulah orang-orang yang dilaknati
Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.”
b. Ancamannya
Apabila meninggalkan silaturahmi maka akan mendapatkan
ancaman dan akibat yang diperoleh. Diantara ancaman memutuskan silaturahmi
adalah :
Ø Tidak akan diterima amalnya.
Dari Abu Hurairah ra berkata, saya mendengar
Rasulullah saw bersabda “ “sesungguhnya
perbuatan anak cucu Adam diperlihatkan pada setiap kamis malam jumat, maka
tidak akan diterima amalnya orang yang memutus tali silaturahmi”. (HR
Ahmad)
Ø Akan terputus hubungannya
dengan Allah swt.
Rosulullah
saw bersabda, “dan
barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskan hubungan
dengannya" (HR. Bukhari, dan Muslim)
Ø Tidak termasuk golongan yang
beriman kepada Allah swt dan hari akherat.
Karena
salah satu tanda keimanan seseorang adalah senantiasa meghubungkan silaturahmi.
[QS. Ra-Ra’d
(13:21)].
Ø Akan dilaknat oleh Allah dan
dimasukan kedalam neraka jahanam.
Allah
swt berfirman dalam QS Ar-Ra’d [13]:25,
Wal ladziina yanqudzuuna ‘abdalloohi mim ba’di,
mitsaaqihi wa yaqta-‘uuna maa amaralloohu bihii ay-yuushola wa yufsiduuna fil
ardhi ulaa ika lahumul la’ natu walahum suu’ud daar.
[13:25]. orang-orang yang merusak janji
Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah
perintahkan supaya dihubungkan dan Mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang
Itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk
(Jahannam)
Dan dalam QS. Muhammad [47]:22,23 seperti yang telah
diuraikan diatas.
Ø
Tidak masuk
surga.
Dari Jubair bin Mut’im ra
sesungguhnya Rosulullah saw bersabda, "
Tidak akan masuk surga orang yang memutus hubungan.". Sufyan berkata : “yaitu
yang memutus hubungan tali silaturahmi” (HR.
Bukhari dan Muslim)
·
Demikian
Keutamaan, Rahasia Silaturahmi dan Peringatan bagi yang memutus tali
silaturahmi, semoga kita termasuk golongan yang selalu memelihara tali
silaturahmi. Amien.
·
Demikian
hikmah Halal Bihalal, sebuah acara silaturahmi yang dilakukan setiap pasca
Romadhon, semoga kita mampu melalkukan secara benar dan tidak melampaui batas
syar’iyahnya. ********* (Pasca Romadhon/Syawal 1433)*
·
Sebagai penutup mari kita
renungkan sindiran dari Allah SWT seperti difirmankan dalam Surah An Nahl (16)
: 92 : walaa
takuunuu kallatii naqadhat ghazlahaa min ba'di quwwatin ankaatsan
tattakhidzuuna ( Dan janganlah
kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal
dengan kuat, menjadi cerai berai kembalI,….)
·
Apa
yang sudah kita ‘pintal’ dibulan
romadhon, misalnya kita pintal ‘benang-benang’ syiam, qiyamul lail, sodaqoh,
tilawatil qur’an, maashshobirin, dan ibadah-ibadah lain sehingga menjadi
‘kain’ pembungkus sebagi muttaqin,
setelah usai romadhon jangan di urai lagi “bebang-benang ibadah’ tersebut,
sehingga yang didapat hanya tumpukan benang kusut.
Waloohu
a’lam bishowab
Taqobalallaahu minnaa wa minkum,
shiyamana wa shiyamakum.
Ja ’ala nalloohu minal ‘aidin wal faizin ..
Demikian yang saya
sampaikan bila itu kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah
semata, karena sifat-nya yang al haaq/yang maha benar,
Kalau ada salahnya,
itulah kesalahan saya sebagai manusia,
Yang sifatnya memang
deket dengan kekhilafan
Seperti kata pepatah
arab :
“al insaanu makhallul khoto wan
nisyaan”.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallahumma
wabihamdika
Asyhadualla ilahailla
anta
Astagfiruka wa’atubu
ilaik
“maha
suci engkau ya allah, dengan memuji-mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang
haq disembah melainkan diri-mu, aku memohon pengampunan-mu dan bertaubat
kepada-mu.”
(hr. Tirmidzi, shahih).
Nas-alullah
as-salamah wal ‘afiyah/
Hanya kepada allah kita mohon keselamatan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum
warahmatulloohi wabarokatuh
Robbanaa taqobbal minnaa
innaka antassamii'ul 'aliim
Ya Tuhan kami terimalah
daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui".
Robbanaa waj'alnaa muslimayni
laka wamin dzurriyyatinaa
ummatan muslimatan
laka wa-arinaa manaasikanaa
watub 'alaynaa innaka antat tawwaaburrahiim
Ya
Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan
(jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan
tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan
terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi
Maha Penyayang.
QS. Al_Baqoroh (2:128,128)
Amien !!
Label: Tausiah bil Hikmah-17
0 komentar:
Posting Komentar