WAYUQIMUNASHSHOLAH/MENDIDIKAN
SHOLAT
( Kuliah
Subuh Online )
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطَانِ
الرَّجِيْمِ
alif-laam-miim
[2:1]
Alif laam miin.10
dzaalikalkitaabu laa royba fiihi hudalil muttaqiin
alladziina yu/minuuna bilghoybi
wayuqiimuunash-sholaata
wamimmaa
rozaqnaahum yunfiquun
Majelis Netizen Rohimatullah
· Sebelumnya kita panjatkan syukur kehadirat allah swt..
Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha
penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
· Alhamdulillaahil
ladzii an ’amana al iimaani wal islaami,
segala puji bagi allah yang telah melimpahkan nikmat iman dan islam.
· Wa
nikmatan ‘umrihi, wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita
bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana sunnah rasul “barangsiapa
meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (hr. Muslim).... Amien.
· Berkat rahmat
dan nimat itulah, pagi ini kita dapat menunaikan sholat subuh berjamaah di
rumah allah yang penuh rahmat.. Baiturrohmah.
· Sholat subuh
yang selalu disaksikan oleh malaikat ini seperti difirmankan allah
ta’ala dalam qs. Al israa’-78, oleh rasululloh saw di tegaskan bahwa “barang siapa
sholat shubuh, maka ia dalam jaminan allah....(HR. Muslim.
No 1.050)
· Wanusyolaa
wanusalamu ‘alaa khoiril anaam Muhammadin
shalalloohu ‘alaihi wassalam ,
sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurah atas junjungan penghulu alam-nabi besar muhammad salallaahu
alaihi wassalam, beserta para keluarga, sahabat serta umatnya ....amien
Saya juga ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan
keluarga keluar saya serta hadirin “ ...
Yaa
ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa
wa-antum muslimuun /... Bertakwalah kepada allah sebenar-benar takwa kepada-nya; dan
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam. (qs ali imran (3:102)
· Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa, yaitu dengan
“melaksanakan semua perintahnya (sesuai dengan
kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri bisa dengan duduk tidak
bisa duduk bisa dengan tidur.
· Dan meninggalkan semua larangannya
(secara mutlak)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alasan, misalnya
“belum mampu” meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nanti aja, ya tidak
bisa gitu !!!
· Abu hurairah r.a, menceritakan ia mendengar rasulullah saw sabda, : ” apa yang aku
larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku
perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(HR.Bukhari dan Muslim).
· Apa yang akan saya
sampaikan bukan hal yang baru, karena risalah agama ya memang sudah sempurna
sampai rasululloh saw wafat,
· Dakwah itu hanya
berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan,
memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah
rasululloh saw. (al ghosyiah [88]:21)
·
Selebihnya,
tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima
hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
·
Hari
ini kami mendapat amanat untuk menyampaikan “amar ma’ruf” menyeru kepada
kebaikan, ini sesuai dengan perintah allah ta’ala (ali imran 104)
· Dan kata rasululloh saw, ad daallu ‘alal khoiri kafaa ’illihi orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan
orang yang diajaknya /HR.
Tirmizi)
·
Dan mudah-mudahan saya tidak
termasuk golongan yang diperingatkan Allah Ta’ala :
Ata/muruunan-naasa bilbirri Watansawna
an-fusakum Wa-antum
tat luunal kitaaba
Afalaa ta'qiluun
[2:44}.
“mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al kitab (taurat)? Maka
tidaklah kamu berpikir?”
Asbabunnuzul turunya
ayat 44 Surah Al Baqarah ini, allah
menegur, seorang yahudi yang menyuruh anak dan mantunya serta kaum kerabatnya
yang telah memeluk agama islam untuk melaksanakan kewajibannya, tetapi dirinya
sendiri tetap saja mengingkari... Ia menyuruh orang berbuat baik/beramal
sholeh, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian ini.
· Dakwah berfungsi
untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan,
memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta
sunnah-sunnah rasululloh saw.
· Selebihnya,
tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima
hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
Majelis Netizen Rohimatullah
· Pagi ini saya akan menguraikan
tentang “Wayuqiimuunash-sholaata” sebagaiman salah satu karakteristik orang bertaqwa,
sebagaimana difirmankan allah dalam ayat pembuka surah al baqoroh 2-3 tadi
· Menurut ayat 2-3
al baqarah tersebut karakteristik orang bertakwa adalah :
Pertama, “dzaalikalkitaabu
laa royba fiihi hudalil
muttaqiin“ / terhadap al qur’an
sudah tidak ada keraguan dan menjadikannya sebagai pentunjuk
Kedua, Yu/minuuna bilghoybi/beriman kepada yang ghoib
Ketiga, Wayuqiimuunash-sholaata/mendirikan sholat
Keempat, wamimmaa
rozaqnaahum yunfiquun/ menafkahkan
sebagian rezeqi
Untuk ciri-ciri
taqwa yang pertama dan kedua, sudah dibahas pada episode sebelumnya
Majelis Netizen Rohimatullah
Ciri Taqwa Yang Ketiga :
Wayuqiimuunash-sholaata
· Sebelum melaksanakan
untuk mendirikan sholat/”aqiimuunash sholah”, dipersyaratkan bersuci atau mengambil
wudhu dahulu.
· Imam Nawawi dalam Riyadus Sholihin (taman orang soleh)
dalam Kitab 1 Bab 1 mengatakan wudhu sebagai amalan washilah untuk suatu amalan
maksud atau tujuan yaitu akan melaksanakan sholat, karena
perintah rasululloh saw : “jika kamu berdiri
shalat maka sempurnakanlah wudhu
kemudian menghadaplah kiblat lalu bertakbirlah.” (hr. Al-bukhari dan
muslim dari abu hurairah).
· Menjaga dan
menyempunakan “wudhu’nya” berarti menjaga dan menyempurkan rukun-rukunnya
dan sunnahnya.
· Dalam rukun wudhu
yang ditetapkan oleh allah ta’ala, ada empat hal yang harus dilakukan (QS. Al Maidah [5]:6):
1. FAGSILUU WUJUUHAKUM, ( BASUHLAH MUKAMU)
2. WA AIDI-YAKUM ILAL MARAA
FIQI,( DAN
TANGANMU SAMPAI DENGAN SIKU,)
3. WAMSAHUU BIRU ‘USIKUM, (DAN SAPULAH KEPALAMU)
4. WA ARJULAKUM ILAL
KA’-BAINI….. (DAN (BASUH) KAKIMU SAMPAI DENGAN KEDUA MATA KAKI, )
· Sedang yang
disunnahkan, setelah tasmiyah (membaca bismillahirrah
maanirrohim), membasuh kedua telinga, menggosok jari-jari
dan menghirup dihidung (HR. Tirmidzi);
berkumur/abu dawud; dilakukan tiga kali (HR. Muslim)
· Menjaga dan menyempurnakan
wudhu’ nya,
berarti menjaga kesucian anggota badan yang telah dibasuh dengan air wudhu,
wajahnya, tangannya, kepalanya, kakinya, mulutnya, telinganya, sampai diluar
sholat.
Majelis Netizen Rohimatullah
Menjaga
dan menyempurnakan sholat.
· Perintah aqiimuunash-sholaata/ mendirikan sholat, setidaknya disebut 17 kali dalam al-Qur’an dalam lafaz....
“aqiimush-shalata” (khitab untuk
jamak/12 ayat)
“aqimish-shalata” (khithab untuk tunggal-5 ayat),
· Allah tidak
menggunakan kata perintah “fa’ala”/kerjakan “ tetapi
memilih kata perintah “aqim”/dirikan,
tegakkan, luruskan. Mendirikan shalat bukan
sekadar melaksanakan untuk menggugurkan kewajiban,
· Mendirikan shalat
punya kesungguhan, kekhusu’an,
keikhlasan, kalau tidak robohlah/
sia-sia sholatnya, karena tidak tegak dan tidak lurus, "berapa banyak orang yang melaksanakan shalat,
keuntungan yang diperoleh dari shalatnya, hanyalah capai dan payah saja."
(HR. Ibnu Majah- dari riwayat Abu Hurairah r.a)
·
Kalau yang dilakukan
adalah benar-benar “mendirikan sholat” bukan “menjalankan sholat”
yang hanya untuk menggugurkan wajib maka isyarat allah swt bahwa innash-sholaata
tanhaa -- 'anil fakhsyaa-i wal munkari “sesungguhnya sholat
itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar” (qs al ankabut [29]: 45) benar-benar bisa diwujudkan.
· Begitu tingginya kedudukan sholat, maka sholat
menjadi ukuran amal kebaikan manusia pada yaumil hisab nanti, “awalu maa yukhaasabu bihil-abdu yaumal
qiyaamatis-sholaah, ........ Permulaan amalan yang dihisab pada hari kiamat adalah
sholat ..
bila
hasil hisab sholatnya baik, ia mendapatkan kemenangan, maksudnya baik pula
amalan lainnya
/ (HR Ath Thabrani) . Dan kunci
syurga itu adalah sholat/miftaakhul
jannati as sholaah (HR Ahmad)
Majelis Netizen Rohimatullah
· Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menerangkan, dari
Ibnu ‘Abbas ra, Adh Dhaha’ dan Qotadah, mengatakan : “yuqimuunash-sholahta” / mendirikan sholat itu berarti :
mendirikan sholat dengan segala kewajibannya, mengerjakan dan menjaga kesempurnaan ruku’, sujud, bacaannya, tasyahudnya, sholawatnya,
ketepatan waktunya dan khusu’ nya.
· Maksudnya adalah menjaga dan menyempurkan
rukun-rukunnya, baik yang Fi’liyah, qolbyah, maupun qouliyah
· Aspek
Fi’li, (berdiri, rukuk dan sujud)
Dalam setiap rokaatnya, ketiga gerakan
tersebut sama dengan Satu Putaran Thowaf
(360 derajat)
~ Berdiri Tegak,
(posisi 0 derajat)
QS. Al Baqarah (2:238): ...waquumuu lillaahi qoo-nitiin
Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'.
~
Rukuk dan Sujud [QS: Al-Hajj (22:77)] :
“...irka'uu wasjuduu wa' buduu robbakum ..”
“..ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu...”
Hadits: “Saya
telah diperintahkan untuk sujud dengan tujuh sendi”
(1 jidat sd hidung, 2 telapak tangan, 2 lutut dan 2
telapak kaki)
(Muttafaqun ‘Alaih)
~ Posisi Rukuk (posisi
90 derajat) dan Sujud (posisi 135 derajat), 2 kali sujud (170 derajat) Total
(0+90+170=360 derajat-satu putaran thowaf)
~ Putaran 360 derajat
ini,
adalah mengitari titik Illahiyah, sehingga kehidupan seorang mukmin selalu
dalam lingkaran sifat-sirat Illahiyah. Kalau
ia munkar maka berarti ia keluar dari orbit Illahiyah (out of side)
·
Karena
itu sholat merupakan garis batas demarkasu antara mukminin dan musrikin, siapa
yang menidikan sholat dan menunaikan zakat, mereka adalah bersaudara (wa
aqoomush-sholaata wa aatawuz-zakaata, fa ikhwaanukum fid-diin--QS. At-Taubah (9:11,),
Dalam
hadits diriwayatkan Jabir bin ‘Abdillah,
Rasululloh saw juga menegaskan... “(pembatas) antara seorang muslim
dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR.
Muslim no. 257)
· Aspek
qolbi, mengisyaratkan bahwa
sholat harus disertai dengan perbuatan hati berupa menguatkan niat ibadah
semata-mata karena Allah Ta’ala, .....
“Sesungguhnya setiap amalan berdasarkan
niatnya, dan bagi
setiap orang (dibalas sesuai)
apa yang dia niatkan“ (Muttafaq alaih, dari hadits Amirul Mukminin
Umar bin Khattab ra)
· Aspek
qouliyah, sholat yang
diawali dengan takbir (‘dimensi komunikasi vertikal_hablum-minalloh’)
sebagai bentuk penghambaan kepada allah swt. Dan diakhiri dengan salam (dimensi komunikasi horizontal-‘hablum-minannas), untuk menebar
keslamatan dan kedamaian kepada sesama makhluk allah, sebagai bukti bahwa
islam itu rahmatan lil’alamin.
· Aspek qouliyah yang berdimensi “hablum-minnalloh” dan
“hablum-minnas” senafas dengan surah Ali Imran [3]:112 : Dhuribat 'alayhimudz-dzillatu ayna maa tsuqifuu -
Illaa bikhablim-minalloohi wakhablim- minannaasi ..../ Mereka diliputi
kehinaan di mana saja mereka berada, Kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.
· Ayat ini
mengisyaratkan bahwa kesalehan ibadah mahdhohnya (seperti
sholat/individu) tidak akan sempurna kalau tidak berdampak pada kesalehan
ibadah ijtimaiyahnya (ibadah sosialnyanya).
· Dalam
bahasa sosiologis, kesalehan ibadah mahdhohnya berbanding lurus dengan
kesalehan sosialnya (ijtimaiyahnya), karena nur illahiyah dari ibadah
sholatnya terus memancar dalam perilaku sosial.
·
Ibadah yang benar,
memang harus bermanfaat pada dua sisi, disatu sisi ibadah itu bermanfaat untak dirinya sendiri (individual/syakh-shiyah) dan
sisi lain untuk orang lain atau
masyarakat (sosial/ijtima'iyah).
Sinergitas
Empat Potensi
· Perilaku baik atau
amalan sholihan yang dihasilkan dari menyempurnakan sholatnya, dipengaruhi oleh
“sinergitas empat potensi” yang ada di dalam diri manusia, yaitu :
~ Potensi Aqliyah, yaitu potensi kecerdasan
intelektyualnya (IQ), yang akan
memproduksi pola pikir (mindset) yang positif atau yang negatif (positif or negatif thinking)
~ Potensi Qolbiyah, yaitu potensi
kecerdasan mental-emosionalnya (EQ) yang akan memberi warna perilaku seseorang,
apakah lebih pada God Spot/maunah qolbyah/kata
hati, yang akan mengendalikan
dan mengontrol aktivitas fisik pada garis orbit yang benar, tidak out of the track,
~ Potensi Dienyah/Agama-spiritula, yaitu potensi
kecerdasan spiritualnya (SQ),
sebagai manusia yang agamis, potensi ini merupakan hidayah Allah berupa
petunjuk kejalan yang lurus, jalan yang diridhoi oleh Allah SWT, yang
menunjukan kecerdasan spiritualnya/SQ
~ Potensi Fi’liyan/fisik,
yang
merupakan potensi dari dimensi fisik yang akan “mengekskusi” ketiga potensi sebelumnya dalam wujud
perilaku nyata. Perbuatan seseorang adalah gambaran dari potensi aqliyahnya
(yang dipikirkan), potensi qolbiyahnya (keadaan emosinya) dan potensi
spiritualnya (keimanannya)
· Bagi orang mengalami
ketertutupan dimensi spiritual dan emosialnya (qolbun mentaqoliba), sehingga SQ dan EQ tidak berfungsi secara
maksimal, sehingga dia mudah menjadi dhzonnul jahilliyah, berprasangka
buruk kepada Allah kalau tidak
mendapatkan apa yang diharapkan.
· Bagaimana membuka
tabir hitam yang menutupi God Spot atau fitrah kita, sehingga kita mampu
melakukan taqorrub (mendekat) kepada
Allah SWT.
~ Formula zero mind process/ZMP), yaitu suatu
proses yang bertujuan untuk membersihkan hati dari belenggu yang menutupinya (qolbun muntaqoliba)
~ Formulanya adalah
: T
dibagi H hasilnya R
~ T (tauhid); H
(hamba Allah) ; R = rahmatan lil alamin.
~ Ke-Tauhid-an yang
istiqomah.... (T) nilai
1 (Allahu ahad)
~ Sebagai Hamba Allah,
mengosongkan diri dihadapan Allah.....(H) nilai 0 (nol)
~ Maka didapatkan
Rahmatan lil ‘alamin..... (R) nilai
takterhingga
~ (satu
dibagi nol sama dengan takterhingga)
· Proses inilah yang
banyak memberikan “kemukzizatan” atau hal yang luar biasa yang dialami oleh sesorang saat menghadapi bencana dan cobaan.
Majelis Netizen Rohimatullah
· Dalam Aspek qouliyah yang berdimensi “hablum-minnalloh” dan
“hablum-minnas” senafas dengan surah Ali Imran [3]:112 : Dhuribat 'alayhimudz-dzillatu ayna maa tsuqifuu -
Illaa bikhablim-minalloohi wakhablim- minannaasi ..../ Mereka diliputi
kehinaan di mana saja mereka berada, Kecuali jika mereka
berpegang kepada tali (agama) allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.
· Bahwa “Hablulminalloh
wa hablumminannas” tidak dapat dipisahkan harus dilakukan secara
beriringan, karena perilaku seseorang akan ditentukan oleh kualitas sholatnya.
· Dalam
Al Qur’anul Karim, banyak yang menunjukan bahwa antara “hablulminalloh wa hablumminannas”
tidak bisa dilakukan secara parsial, harus integral dari kedua dalam
satu paket, diantaranya :
· Pertama,
dalam surah ke 107 Al Maa’un
: 1-3 :
aro-aytalladzii
yukadzdzibu biddiin
[107:1] Tahukah kamu (orang) yang
mendustakan agama?
fadzaalikalladzii yadu''ul yatiim
[107:2] Itulah orang yang
menghardik anak yatim,
walaa yakhudhdhu 'alaa tho'aamil miskiin
[107:3] dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.
Mendustakan
agama, berarti mendustakan ibadah yang dilakukan, ya sholatnya, zakatnya, ya
puasanya ya hajinya, dan ibadah lainnya, bila tidak ada kepedulian terhadap
sesamanya dalam hal ini disebut secara khusus anak yatim dan orang miskin.
“laa yakhudh-dhu” tidak
menganjurkan bermakna tidak saja dirinya yang memberi makan orang
miskin bila memang mampu, tetpi juga menganjurkan kepada orang lain.
Imam
Nawawi dalam Kitab Riyyadush Sholihin Kitab I Bab 30 tentang Syafaat, memberi
pertolongan tidak harus dari dirinya saja, dianjurkan juga mengajak kerabat
muk\slim dan mukin lainnya untuk ikut meringankan beban saudara sesama muslim.
Hal
ini juga diperintahkan oleh Allah SWT dalam QS. An Nisaa’ :85 : Dan barang siapa
yang memberikan pertolongan berupa kebaikan, maka tentulah ia akan memperoleh
bagian daripadanya”
Perbuatan
menganjurkan kepada umat muslim agar menolong saudara sesama mulsim, juga
dicontohkan oleh Rasulullloh saw. Dari Abu Musa al Asy’ari r.a, katanya : Nabi saw itu
apabila didatangi oleh seseorang yang meminta bantuan, maka beliau menyampaikan
kepada kawan-kawan duduknya, kemudian bersabda : berilah pertolongan padanya,
sesungguhnya engkau semua mendapatkan pahala dan Allah memutuskan apa-apa yang
disenangi (apa-apa yang dikehendaki) atas lisan nabiNya
(Muttafaq’alaih)
· Kedua, Dalam Surah Ke 108
Al Kautsar Ayat 1-2 :
innaa a'thoynaakal kawtsar
[108:1] Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu ni'mat yang banyak.
fasholli lirobbika wanhar
[108:2] Maka dirikanlah shalat
karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
Penyembelihan
hewan kurban ini mengandung dua nilai yakni kesalehan ritual, yaitu melaksanakan perintah allah ta’ala
dan kesalehan sosial, karena kurban mempunyai dimensi
kemanusiaan. Bentuk solidaritas kemanusiaan ini
termanifestasikan secara jelas dalam pembagian daging kurban (ibadah
ijtima’iyahnya).
· Ketiga, Dalam Al Qur’an
sekurang-kurang diulang sebanyak 24 kali
perintah mendirikan sholat-selalu diikuti membayar zakat, ini membuktikan bahwa ibadah ukrowi tidak
bisa dipisahkan dengan ibadah ijtima’iyahnya.
Misalnya dalam surah
Al_Baqarah (2:43),
wa-aqiimu shsholaata waaatuuzzakaata warka'uu ma'arrooki'iin
[2:43] Dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'
Ibnu Katsir
dalam tafsir al qur’an al ‘azhim (7:624) mengatakan : Shalat adalah
ibadah qolbu dan jasad yang
paling mulia. Sedangkan zakat adalah
bentuk berbuat ihsan (kebaikan) kepada orang
lain.
· Keempat,
~
Sebagaimana kisah berangkat haji seorang tabi’in, ali bin muwaffaq.
~
Dari 60 ribu jamaah haji yang datang ke tanah suci, hanya haji
ali bin muwaffaq seorang yang mabrur.
~
Padahal, sebenarnya ia tak pernah menginjakkan kaki di tanah
suci. Ali menemukan satu keluarga yang kelaparan dalam perjalanan hajinya dari
damaskus.
~
Ia pun membatalkan perjalanan hajinya dan memberikan bekalnya kepada
orang yang kelaparan itu.
~
Kisah masyhur yang ditulis abdullah bin mubarak ini
mengisyaratkan, tak ada artinya ibadah sehebat apa pun tanpa peduli dengan
kondisi sosial.
·
Kelima,, dalam Surah An
Nisaa’ (3): 36, Allah Ta’ala juga mengingatkan :
wa'buduullaaha
walaa tusyrikuu bihi syay-an wabilwaalidayni ihsaanan wabidzii lqurbaa
walyataamaa walmasaakiini waljaari dzii lqurbaa waljaari ljunubi wassahibi
biljanbi wabni ssabiili wamaa malakat aymaanukum innallaaha laa yuhibbu man
kaana mukhtaalan fakhuuraa
[4:36] Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan
hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri, [QS. An-nisaa’ [3]: 36].
· Imam Al Bukhari dan Muslim
meriwayatkan dalam kitab shahihnya,: Mankaana yukminu billahi wal yaumil akhiri, falaayukrim
jarohu (Barangsiapa beriman kepada allah dan hari akhir,
hendaklah ia menghormati tetangganya).
·
Dari
Ibnu Umar dan Aisyah, r.a, Rasululloh saw bersabda : “tidak henti-hentinya jibril memberikan wasiat
kepadaku supaya berbuat baik kepada tetangga,
sehingga aku menyangka seolah-olah jibril akan memasukan tetangga sebagai
ahli warisku (Muttafaq ‘allaih)
· Dari beberapa hadis
terkait “tetangga” itu, Imam Nawawi dalam kitab Riyyadush Sholihin pada bab 23,
tentang hak tetangga, menyebutkan ada 3 hal yang harus dilakukan seorang mukin
agar benar-benar sempurna keimanannya :
1) Jangan menyakiti tetangga, berbuat baiklah kepadanya
2) Memuliakan tamu, baik yang sudah kenal maupun belum
kenal.
3) Menjaga ucapan yang baik, kalau tidak lebih baik diam.
· Ucapan merupakan
gambaran karakter dan suasana hati seseorang, “tidak lurus keimanan seseorang hamba
sebelum lurus hatinya, dan tidak lurus hatinya seseorang sebelum lurus
lisannya” Sabda Rasululloh dalam
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
·
Urusan lisan ini, memang harus ektra hati-hati, “orang yang kata-katanya “setajam silet” lukanya akan membekas jauh
dilubuk hatinya.
·
Menjaga
ucapan itu penting, karena Rasululloh saw saat ditanya tentang penyebab
banyaknya manusia masuk neraka ...beliau menjawab : mulut
dan kemaluan ! (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hibban)
·
Ucapan
yang bersifat hasud, iri, dengki, riak, tukang fitnah, tukang nggibah,
merupakan penyakit hati.
·
Bedanya penyakit hati/rohani dengan penyakit fisik,
~Kalau penyakit fisik, dapat cepat disembuhkan karena dirinya mengetahui kalau
ia lagi sakit (misalnya lagi pilek suara bindeng, atau pusing)
~Tetapi kalau penyakit hati, orang yang sakit tidak merasakannya, yang merasakan dan
tahu adalah orang lain yang tersakiti oleh ucapannya, karena itu penyakit ini tidak
mudah menyembuhkannya.
·
Rasululloh
saw mengingatkan, laa yadkhulul jannata nammaa mun / tidak akan masuk surga,
(seorang) penghasut
(HR. Muslim)
· Sebaliknya, Rasulullah Saw Mengatakan : Al Kalimatut
Thoyyibatu Shodaqoh /
Berkata Yang Baik Adalah Sedekah (Hr Bukhari )
· Tapi
Sifat Iri tetap boleh
dipelihara, asal kita ngiri kepada yang
orang yang ibadahnya lebih tekun, lebih khusu’ lebih rajin dari pada kita.
·
Kisah
tentang orang yang berpenyakit hati ini menjadi bangkrut di Yaumil Akhir nanti.
Diriwayatkan
oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah, mengisahkan,
suatu ketika saat rasululloh saat berkumpul dengan para sahabat, beliau
bertanya :
~ “wahai sabatku, tahukah kalian siapa orang
yang paling bangkrut” ?
~ Para sahabat menjawabnya : “orang
yang bangkrut adalah orang yang tidak
memiliki dirham”
~ Sahabat
yang lain menjawab :”orang yang bangkrut
adalah orang yang banyak hutang”
~ Rasulullah
saw. Kemudian bersabda sebagai berikut.
~ “orang yang bangkrut
dari kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa
(pahala) ibadah shalat, puasa, dan
zakat.
~ Namun sayang dia pun
datang dengan membawa dosa. Dia telah mencaci, memfitnah, memakan hartanya, membunuh,
dan memukul orang
~ Akhirnya semua
kebaikannya diberikan kepada orang yang ini dan orang yang itu.
~
Dan kalau belum cukup dosa yang yang tersakiti ia ambil menjadi
dosanya. Setelah itu dia dilemparkan ke neraka”
~ Walallohu a’lam bishshowab
Majelis Netizen Rohimatullah
Hikmah sholat korellasinya dengan
kehidupan sosial.
· Aktivitas sholat, terdapat 13 rukun sholat dibagi dalam 3 kelompok
rukun yaitu :
· qolbi/niat-hati-kalbu (1), Niat.
· qouli/bacaan-ucapan (5), takbiratul ihram,
membaca fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca solawat, membaca salam.
· fi’li /gerakan (7), berdiri tegak, rukuk,
i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud, duduk tasyahud akhir, tertib.
Majelis Netizen Rohimatullah
Sholat menjadi pembeda dgn makhluk lain.
·
Kewajiban
mendirikan sholat hanya diperintahkan kepada yang namanya “manusia” makhluk
lain tidak diperintahkan sholat, sehingga sholat menjadi pembeda baik dengan
makhluk lain maupun dengan sesama manusia.
·
Dalam
hadits diriwayatkan Jabir bin ‘Abdillah,
Rasululloh saw juga menegaskan... “(pembatas)
antara seorang muslim dan kesyirikan serta kekafiran adalah meninggalkan
shalat.” (HR. Muslim no. 257)
·
Sholat juga akan
membedakan manusia dengan hewan, hewan tidak diperintah sholat, namun pada
Yaumul Hisab tetap akan dilakukan hisab kemudian di jadikan tanah.
·
Firman
Allah Ta’ala dalam QS. Al An’aam (6):38
dan
tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang
dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah kami
alpakan sesuatupun dalam al-kitab (catatan amalan binatang dalam
lauhul mahfudz) kemudian kepada tuhanlah mereka
dihimpunkan.
·
Setelah
dihisab, maka binatang-binatang itu
berubah menjadi tanah. Tatkala melihat hewan itu diubah menjadi tanah,
orang-orang kafir itu mengatakan, “alangkah baiknya jika aku menjadi tanah.”
Inilah salah satu makna firman Allah Ta’ala dalam (QS. An-Naba[78]:40)
: wayaquulul kaafiru yaa
lay-tanii kuntu turoobaa
/... Dan orang kafir berkata:"alangkah baiknya
sekiranya dahulu adalah tanah".
·
Orang
muslim yang tidak sholat digambarkan seperti dalam kisah tentang seorang pertani yang membajak sawahnya..... dengan sapi.
Dialog sapi dan petani :
~
Kenapa
kok berhenti ? Tanya sapi
~
Istirahat-capek
!! Jawab petani
Saat istirahat, sayub-sayub
terdengar suara adzan
~
Suara
apa itu ? Tanya sapi rada kepo
~
Suara adzan
!! Kata petani agak malas
~
Maksudnya
apa itu ? Tanya sapi
~
Panggilan
sholat !! Jawab petani
~
Lho
kamu kok gak sholat !! Kata sapi
~
Enggak.....!!
Jawab petani singkat
~
Ohh sama dengan saya..!! Kata sapi
· Dalam perjananan Isro’ Rasululloh SAW dari
Masjidil Haram (Makkah) ke masjidil Aqso (Palestin) di tengah perjalanan,
beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke
kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu
kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa
mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Majelis Netizen Rohimatullah
·
Akhirnya, dari menjaga kekhusu’an dan
kesempurnaan wudhu’ dan aqiimishshola,
akan membentuk
seorang muslim yang memiliki :
·
Qolbun taqqinun, hatinya tenang,
ikhsan dan ikhlas, penuh ketaqwaan, bersih, karena selalu taqorub, dan khusuk
dalam sholatnya,.... Tidak hasut, iri, dengki, dan sodaranya
·
Wajhun sholikhun, wajahnya bercahaya, bersih dan berseri, karena seringnya
kena air wudhu....tidak kusut, mbesengut, dan sangar
·
Yad’un yakhinun, tangannya ringan dalam menolong sesama, suka
bersedekah, dan tidak suka mengambil yang bukan haknya,... Karena selalu
disucikan saat berwudhu.
·
Lisanun shodiqun, ucapannya dapat
dipercaya, menyejukkan yang mendengar kannya,
dakwahnya mendamaikan umat, karena mulutnya selalu disucikan saat berkumur
dalam berwudhu, .... Bukan sebaliknya, ucapannya pedas dan menyakiti
·
Dan
semua itu akan membentuk perilaku yang baik atau amalun
sholikhun
· Sholat
merupakan teraphis bagi timbulnya penyakit, baik penyakit hati, karena
berfungsinya empat potensi tadi (fi’li, naqli, qolby dan dienul haq), juga
terapi bagi penyakit fisik seperti
· Seorang psikholog terkemuka : Dr. A.A. Brille mengungkapkan : anyone who is truly religius does not develop
a neurosis ( tiap orang yang benar-benar mengamalkan agamanya/sholat tidak bisa kena neurosis/gangguan tubuh karena
syarat)
· Sholat merupakan terapi keseimbangan lahiriah dan
bathiniah, dengan sholat insya-Allah terhindar dari neurosis, seperti firman
Allah SWT dalam Q. Surah At-Thoha (20:14) ”wa awimissholaa lidzikkri” (dirikan sholat untuk
mengingatKu) dengan selalu mengingat Allah maka
keseimbangan bathiah kita dapat dijaga.
Insya-Allah. *********
Majelis Netizen Rohimatullah
Ciri Taqwa Yang Keempat,
wamimmaa rozaqnaahum yunfiquun
Dan menafkahkan sebahagian rezki16 yang kami anugerahkan
kepada mereka.
· Dalam tafsir al
qur’an yang dimaksud rezki
adalah segala yang
dapat diambil manfaatnya. Sedang Menafkahkan
sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan
oleh tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti
orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan
lain-lain, salah satunya dengan cara membayar zakat
Etimologi
·
Secara
harfiah bahasa (etimologi/lughot) zakat berarti
"tumbuh", "berkembang", “kesuburan” (HR.At-Tirmidzi),
berarti "menyucikan", atau "membersihkan" . Dalam Surah Al_Baqoroh (2:276) diterangkan :
yamkhaqulloohurribaa wayurbiishshodaqooti walaahu laa yukhibbu kulla kaffaarin
atsiim
[2:276] Allah
memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah177. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa178.
([177]. Yang dimaksud dengan memusnahkan
riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. Dan yang
dimaksud dengan menyuburkan sedekah
ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat
gandakan berkahnya. [178]. Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan riba dan
tetap melakukannya)
·
Sedangkan
secara terminologi syari'ah (Hukum Islam), zakat merujuk pada
aktivitas memberikan sebagian harta dalam jumlah tertenu, menurut sifat-sifat
tertentu, dan diberikan kepada golongan tertentu (Al Mawardi dalam kitab Al
Hawiy).
·
Selain
itu, ada istilah shodaqah dan infaq, sebagian ulama fiqh, mengatakan
bahwa shodaqah wajib dinamakan zakat, sedang shodaqah sunnah dinamakan
infaq. Sebagian yang lain mengatakan
infaq wajib dinamakan zakat, sedangkan infaq sunnah dinamakan shodaqah.
Kewajiban Zakat
·
Zakat
merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur pokok bagi
tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu)
atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu.
·
Zakat
termasuk dalam kategori ibadah mahdhoh (seperti shalat, haji, dan puasa) yang telah
diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah, sekaligus
merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang
sesuai dengan perkembangan ummat manusia.
QS.
Al_Baqarah (2:43),
wa-aqiimuu shshalaata waaatuu zzakaata warka'uu ma'a rraaki'iin
[2:43] Dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'
QS.
Al_Baqarah (2:110),
wa-aqiimuush-sholaata waaatuuzzakaata wamaa tuqoddimuu
li-anfusikum min khoyrin tajiduuhu 'indalloohi innallooha bimaa ta'maluuna bashiir
[2:110] Dan
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada
sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Keutamaan berzakat.
· Dengan berzakat selain melaksanakan kewajiban
atas perintah Allah Ta’ala sehingga kalau dilaksanakan dengan benar akan
menpatkan pahala, juga akan mendapatkan ketenangan hati, karena kita manahan
hak orang yang berhak menerima zakat tersebut.
QS.
Al_Baqarah (2:277),
innalladziina aamanuu
wa'amiluush-shoolihaati wa-aqoomuush-sholaata wa-aatawuuz-zakaata lahum ajruhum 'inda robbihim walaa khawfun 'alayhim walaa hum yahzanuun
[2:277]
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Balasan bagi yang tidak
membayar zakat
·
Bagi siapa yang tidak menunaikan
zakat, balasan yang akan diterima amatlah pedih seperti yang dijelaskan dalam
Surah At_Taubah
(9:35) yaitu dengan siksaan “ dipanaskannya emas dan perak dalam neraka jahanan
yang dibakarkan ke dahi, lambung dan penggungnya. Juga kata Allah merupakan
kemunafikan hati seperti yang difirmankan-Nya dalam QS At_Taubah (9:77) :
fa-a'qobahum nifaaqon fii quluubihim ilaa
yawmi yalqownahu bimaa akhlafuullaaha maa wa'aduuhu wabimaa
kaanuu yakdzibuun
[9:77] Maka
Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui
Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka
ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.
[Baca juga :
QS. Al_Lail (92:8-10) QS. Ali_Imran (3:180) ]
· Ada delapan asnab
atau pihak yang berhak menerima zakat, yaitu : …untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan
Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, [QS.At_Taubah
(9:60)
Peran Zakat
Aspek Diniyah (Agama)
·
Dari aspek keagamaan Zakat termasuk Rukun Islam
Ketiga yang harus dijalan sebagai seorang muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, sekaligus untuk taqorrub
(mendekatkan diri) kepada Rabb-nya.
Firman Allah SWT :
wa-aqiimuushsholaata
waaatuuzzakaata
warka'uu ma'arrooki'iin
[2:43] Dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' ( Maksudnya :Tunduklah
kepada perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.)
·
Kewajiban membayar zakat juga dimaksudkan untuk
mensucikan harta dari riba dan sekaligus menyuburkan untuk terus dapat
bersedekah, karena dengan berzakat, rezeki akan terys bertambah, sebagaimana
Fiman Allah SWT : yamkhaqulloohurribaa wayurbiishshodaqooti walaahu laa yukhibbu kulla kaffaarin atsiim/ “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah177. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa178./(QS.
Al_Baqarah [2]:276)
· Yang
dimaksud dengan ‘yamkhaqu”
atau memusnahkan riba ialah
memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. Dan yang dimaksud dengan “wayurbiishshodaqooti” atau menyuburkan sedekah ialah
memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan
berkahnya. Karena
itu Allah tidak menyukai orang-orang selalu berbuat dosa menghalalkan riba dan
tetap melakukannya.
· Zakat juga
dimaksudkan untuk mensucikan jiwa. Allah SWT berfirman dalam QS. At_Taubah [9]:
103) : "Ambillah
zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
menjadi ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"
Khudz min amwaalihim
shodaqatan tuthahhiruhum
watuzakkiihim bihaa washolli 'alayhim innashalootaka sakanun lahum waloohu samii'un 'aliim (QS.
· Kata “tuthahhiruhum”
dalam ayat diatas bermakna bahwa zakat itu akan membersihkan jiwa dari kekirian
dan cinta yang berlebihan kepada harta benda, dan “watuzakkiihim” bermakna bahwa zakat itu akan menyuburkan sifat-sifat
kebaikan dalam hati dan mengembangkan harta bendanya. Berzakat secara maknawi
bukan berkurang, tetapi semakin bertambah hartanya yang akan dibawa keakherat
kela.
· Berkembangnya harta
ini dapat dilihat dari dua aspek: (1) Aspek spiritual, berdasarkan firman Allah
dalam surat al-Baqarah Ayat 276: "Allah memusnahkan
riba dan mengembangkan sedekah/zakat". (2) Aspek ekonomis-psikologis,
yaitu ketenangan batin pemberi zakat. Sedekah dan zakat akan mengantarnya
berkonsentrasi dalam usaha dan mendorong terciptanya daya beli dan produksi
baru bagi produsen.
Aspek Khuluqiyah
(Segi Akhlak).
· Membayar zakat secara istiqomah, akan menanamkan sifat kemuliaan, rasa
toleran dan kelapangan dada, serta meluaskan jiwa pada muzakin. Disamping
memang dalam harta yang kita meliki, ada hak saudara kita sesuai yang
diperintahkan Allah SWT.
· Pembayar zakat
biasanya identik dengan sifat rahman dan rahim (belas kasih sayang) dan
lembut kepada saudaranya yang tidak punya. Hakekatnya sesama muslim adalah
saudara, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW : "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya,
ia tidak boleh menganiayanya, menelantarkannya, mendustakannya dan menghinanya.
Taqwa itu bersumber disini (Beliau mengisyaratkan dengan tangan kearah dadanya
tiga kali). Cukuplah seorang itu dianggap jahat bila ia senang menghina
saudaranya sesama muslim. Setiap muslim itu haram darahnya, hartanya, dan
kehormatannya atas muslim yang lainnya". (HR. Muslim).
· Karena itulah
seorang muslim yang berakhlak mulia, ia memiliki social responsibility yang
tinggi terhadap saudaranya, ia penuh empathi, apa yang dirasakan oleh
saudaranya yang masih kekurangan, maka zakat inilah sarana yang untuk
mewujudkan rasa solidaritas yang agamis, yang islamiah terhadap sauadaranya
itu.
· Mengikis penyakit
akhlak buruk seperti kikir, pelit dan bakhil yang sangat di jauh dari ajaran
Agama Islam, karena orang-orang seperti itu sama saja dengan mendustakan
agama, Allah SWT mengingatkan, “
Tahukah
kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. [QS. Al_Maa’un (107:1-3)}
Aspek Ijtimaiyyah (Sosial
Kemasyarakatan)
·
Zakat
merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin (dhuafa)
yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia. Zakat bisa mengurangi kecemburuan/kesenjangan
sosial, yang menjadi potensi konflik social
·
Zakat
memperbaiki perasaan-perasaan yang buruk yang timbul di antara orang-orang kaya
dan miskin, dan memperbaiki hubungan antara mereka yang mengeluarkan zakat
dengan kelompok-kelompok yang menerima zakat, sehingga diantara yang kaya dan
yang miskin terjadi distribusi peran yang saling melengkapi, terciptanya
interaksi sosial yang harmonis.
·
Zakat
memberi kemenangan terhadap egoisme diri atau menumbuhkan kepuasan moral karena
telah ikut mendirikan sebuah masyarakat Islam yang lebih adil. Ibadah zakat
ikut menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat. Dalam bahasa Roger Garaudy,
zakat adalah satu bentuk keadilan internal yang terlembaga sehingga dengan rasa
solidaritas yang bersumber dari keimanan itu, orang dapat menaklukan egoisme
dan kerakusan diri.
·
Zakat mempunyai peranan
penting dalam mewujudkan rasa solidaritas sosial bagi individu masyarakat
Islam. Ia dapat mengokohkan ikatan sosial antar umat. Dengan mengeluarkan zakat
atas dasar kebaikan hati, maka akan nampak rasa belas kasih orang kaya terhadap
orang fakir, dan hati orang yang fakir akan dipenuhi perasaan cinta kepadanya.
·
Jadi, zakat dtinjau
dari kefarduan dan ketertentuan mengeluarkannya adalah gambaran sistem Islam
yang haq dan telah diatur oleh Allah al-Aziz yang telah mensyariatkan pada
hamba-hamba-Nya apa yang mengandung keberuntungan di dunia kenikmatan di
akhirat. Allah swt berfirman : “Orang-orang mukmin (laki-laki) dan
orang-orang mukmin (perempuan), sebagian mereka adalah kekasih pada yang lain.
Mereka memerintahkan kebaikan dan melarang kemungkaran, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, serta taat pada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang akan dikasihani Allah” (QS. Al-Taubah :
71)
·
Tujuan
solidaritas sosial dari zakat adalah menciptakan komitmen antar individu
masayarakat terhadap sebagian yang lain untuk saling mengasihi, menyayangi,
mencintai, berbuat baik, memerintah kebaikan dan melarang kemungkaran
sebagaimana .
·
Islam
mendorong saling bekerja sama, tolong menolong antar personal dalam suatu
komunitas. Sebab, di sanalah terletak kemaslahatan sosial. Dan al-Qur’an
menggariskan bahwa tolong menolong wajib dilakukan dalam mewujudkan kebaikan
dan maslahah, dan tidak boleh tolong menolong dalam kejelekan. Dalam al-Quran,
Allah swt berfirman:“…..dan tolong menolonglah
kalian dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah tolong menolong dalam dosa dan
kedzaliman” (QS. Al-Maidah : 2)
·
Konsep
hidup Islami adalah konsep hidup yang damai, yang saling mengasihi sebagaimana
layaknya kehidupan suatu keluarga, dan memang kehidupan islami adalah kehidupan
komunitas keluarga besar yang memiliki pertalian persaudaraan yang kental. Ini wujud dari keimanannya terhadap
kalam-kalam Illahi, karean Allah SWT telah menegaskan hal tersebut dalam Surah Al_Hujurat (49 :10)
Innamaal mu/minuuna ikhwatun fa-ashlikhuu bayna
akhawaykum wattaquullooha la'allakum turkhamuun
[49:10]
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,
supaya kamu mendapat rahmat.
· Sabda Rasulullah saw
: “Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam saling mencintai dan menyayangi seperti halnya tubuh;
jika salah satu anggotanya mengadu, maka anggota yang lainnya turut mengawasi
dan melindungi” (Muttafaq Alaih).
· Bagaimana ikatan
persaudaraan seorang muslim, dijelaskan oleh Rasululloh SAW dalam Sabdanya
: “Demi
Allah, tidak sempurna iman seseorang, sehingga dia mencintai saudaranya seperti
dia mencintai pada dirinya sendiri”.
·
Zakat
merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda, trasendental dan horizontal. Oleh
sebab itu zakat memiliki banyak arti dalam kehidupan ummat manusia, terutama Islam.
Zakat memiliki banyak hikmah, baik yng berkaitan dengan Sang Khaliq maupun
hubungan sosial kemasyarakatan.
·
Ya Rabb, Allaahumma laa sahla illa
maa ja’altahu sahlan wa anta taj’alul huzna in syi’ta sahlan / Ya Allah, tidak ada yang mudah kecuali Engkau tetapkan itu mudah.
Dan apabila Engkau berkehendak, maka Engkau bisa menjadikan kesedihan itu
menjadi kemudahan. (H.R.
Ibnu Hibban), Amien ******
Majelis Netizen Rohimatullah
· Alangkah indahnya bila dinegeri ini masyarakat muslimnya memiliki
kualitas iman, ihsan, dan ikhlas sebagai orang yang bertaqwa seperti anak
gembala domba itu.....negara akan aman, kemakmuran akan dinikmati, hidupnya
akan damai.
· Juga kalau saja kualitas sholatnya sudah
benar-benar “wayuqiimuunash-sholaata”... Maka ungkapan indonesia adalah secuil tanah syurga yang
jatuh kebumi.. Dapat dirasakan oleh semua umat manusia... Benar-benar rahmatan
lil ‘alamin”
· Masyarakatnya sangat
bersemangat menyambut panggilan sholat dan seruan muadzin dalam iqomahnya “ qotqoomatish sholah.. qotqoomatish sholah.. ... dengan
terus menjaga dan menyempurnakan wudhu dan sholatnya,
· Dan menunaikan
zakatnya dengan benar, karena dengan penduduk yang mayoritas, apabila zakatnya
dibayarkan dan dikelola dengan benar pula, semisal saja “zakat profesi” yang dua setengah persen dari penghasilkan
dibayarkan, maka potensi untuk memakmurkan para dhuafa yang kian banyak akan
bisa dilakukan oleh Ummat Islam Indonesia....
· Sehingga ungkapan Indonesia
bagaikan secuil tanah syurga yang jatuh
kebumi.. Dapat dirasakan oleh semua umat manusia indonesia... Benar-benar
rahmatan lil ‘alamin”
·
Allah swt menjanjikan hal ini seperti dijelaskan
dalam surah al a’raaf ayat 96 : 'jikalau sekiranya
penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami)
itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka.'' wallahu a'lam bishshowab
·
Ini
merupakan pekerjaan besar untuk kita semua... Meningkatkan kualitas umat muslim
indonesia agar segera tercipta kehidupan yang islami, yaitu ramah, santun
saling menolong, dan saling menyayangi kepada sesama.
·
Dari mana
mulainya..... Kata rasululloh “ ibda’
binafsih !! Mulai dari kita masing-masing...”
Insya allah”
Waloohu a’lam
bishowab
Demikian yang saya sampaikan bila itu
kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah semata, karena
sifat-nya yang al haaq/yang maha benar,
Kalau ada salahnya, itulah kesalahan saya
sebagai manusia,
Yang sifatnya memang deket dengan
kekhilafan
Seperti kata pepatah arab :
“al insaanu makhallul khoto wan
nisyaan”.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallahumma wabihamdika
Asyhadualla ilahailla anta
Astagfiruka wa’atubu ilaik
“maha suci engkau ya allah, dengan
memuji-mu aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq disembah melainkan
diri-mu, aku memohon pengampunan-mu dan bertaubat kepada-mu.”
(hr. Tirmidzi, shahih).
Nas-alullah as-salamah wal
‘afiyah/
Hanya kepada allah kita mohon keselamatan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum
warahmatulloohi wabarokatuh
0 komentar:
Posting Komentar