MUHASSABAH
( NIKMAT HARTA )
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ عَلَيْكُمْ السَّلاَمُ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ
وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
وَعَلَى اَلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ
الشَّيطَانِ الرَّجِيْمِ
Wa-in ta-'udduu ni' matalloohi
Laatukh-suuhaa innallooha laghofuurur- rokhiim
“dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya allah benar-benar maha pengampun lagi maha penyayang”. [QS. An-Nahl_16:18]
Qoola
rasulullloh saw
Laa tadzuulu qodamaa ‘abdi
Yaumal qiyaamati khatta yus ala ‘an arbain :
An ‘umrihi fiima atnaahu;
Wa ‘an ‘ilmiihi fiima fa’ala;
Wa ‘an maalihi min aynak-tasabahu
Wa fii ma anfaqohu;
Wa ‘an jismihi fiimaa
ablahu
Majelis netizen rohimatullah
· Sebelumnya kita panjatkan syukur kehadirat allah swt..
Tuhan maha pemurah pencurah rahmah maha pengasih yang tak pilih kasih dan maha
penyayang yang kasih sayangnya tak terbilang.
· Alhamdulillaahil
ladzii an ’amana al iimaani wal islaami,
segala puji bagi allah yang telah melimpahkan nikmat iman dan islam.
· Wa
nikmatan ‘umrihi, wa an jismihi, nikmat umur - kesempatan dan nikmat badan sehat, sehingga hari ini kita
bisa hadir di majelis ilmu ini untuk melaksana seruan Rasuulloh sawl “barangsiapa
meniti suatu jalan untuk mencari ilmu (dienul islam), maka Allah akan
memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).... Amien.
· Berkat rahmat
dan nimat itulah, pagi ini kita dapat menunaikan sholat subuh berjamaah di
rumah Allah yang penuh rahmat.. Baiturrohmah.
· Sholat subuh
yang selalu disaksikan oleh malaikat ini seperti difirmankan Allah
Ta’ala dalam QS. Al israa’-78, oleh Rasululloh saw di tegaskan bahwa “barang siapa sholat
shubuh, maka ia dalam jaminan Allah....(hr. Muslim. No
1.050)
·
Wanusyolaa wanusalamu ‘alaa khoiril
anaam Muhammadin shalalloohu ‘alaihi
wassalam, sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan penghulu
alam-nabi besar Muhammad salallaahu alaihi wassalam, beserta para keluarga,
sahabat serta umatnya ....amien
Saya juga ingin berwasiat, terutama untuk diri saya dan
keluarga keluar saya serta hadirin “ ...
Yaa
ayyuhaalladziina aamanuu ittaquullaaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illaa
wa-antum muslimuun /... Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama islam. (Qs. Ali Imran
(3:102)
· Bertaqwa,yang sebenar-benarnya taqwa,
yaitu dengan “melaksanakan
semua perintahnya (sesuai dengan kemampuanya), misalnya sholat tidak bisa dengan berdiri
bisa dengan duduk tidak bisa duduk bisa dengan tidur.
· Dan meninggalkan
semua larangannya (secara mutlak)”, maksudnya untuk meninggalkan larangan tidak ada alasan, misalnya
“belum mampu” meninggalkan kebiasaan minum minuman keras nanti aja, ya tidak
bisa gitu !!!
· Abu Hurairah r.a, menceritakan ia mendengar rasulullah saw sabda, : ” apa yang aku
larang kalian dari (mengerjakan)nya maka jauhilah ia, dan apa yang aku
perintahkan kalian untuk (melakukan)-nya maka lakukanlah sesuai dengan kemampuan kalian, .. “.(hr.Bukhari dan
Muslim).
· Apa yang
akan saya sampaikan bukan hal yang baru, karena risalah agama ya memang sudah
sempurna sampai rasululloh saw wafat,
· Dakwah
itu hanya berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir;
hanya sekadar mengingatkan, memberitahukan dan mengabarkan tentang
firman-firman allah swt serta sunnah-sunnah rasululloh saw. (Al Ghosyiah
[88]:21)
·
Selebihnya, tergantung hati masing-masing,
apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima hidayah, dan ada dorongan untuk
taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
· Hari ini
kami mendapat amanat untuk menyampaikan “amar ma’ruf” menyeru kepada kebaikan,
ini sesuai dengan perintah allah ta’ala (QS. Ali Imran
104)
· Dan kata Rasululloh saw, ad daallu
‘alal khoiri kafaa ’illihi orang yang mengajak kebaikan mendapat pahala yang sama dengan
orang yang diajaknya /HR. Tirmizi)
·
Dan mudah-mudahan saya tidak
termasuk golongan yang diperingatkan allah ta’ala :
Ata/muruunan-naasa bilbirri watansawna
an-fusakum wa-antum
tat luunal kitaaba
Afalaa ta'qiluun
[2:44}. “mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian,
sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al
kitab (taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?”
Asbabunnuzul
turunya ayat 44 surah al baqarah
ini, allah menegur, seorang yahudi yang menyuruh anak dan mantunya serta kaum
kerabatnya yang telah memeluk agama islam untuk melaksanakan kewajibannya,
tetapi dirinya sendiri tetap saja mengingkari... Ia menyuruh orang berbuat
baik/beramal sholeh, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya. Semoga kita tidak termasuk golongan yang
demikian ini.
· Dakwah
berfungsi untuk fadzakkir innama anta mudzakkir; hanya sekadar mengingatkan,
memberitahukan dan mengabarkan tentang firman-firman allah swt serta
sunnah-sunnah rasululloh saw.
· Selebihnya,
tergantung hati masing-masing, apakah terbuka untuk hidayah atau mau menerima
hidayah, dan ada dorongan untuk taufiq (melaksanakan kebaikan) tersebut.
Majelis Netizen Rohimatullah
Muhassabah.
· Sebagai
seorang muslim yang cerdas, maka hendaknya selalu melakukan muhassabah atau instropeksi agar
perjalanan kehidupan kedepan selalu terkontrol bahwa jalan yang kita tempuh “on the track” tidak mengalami “out of side ‘ tidak keluar
dari jalur yang diperintahkan allah swt.
· Pentingnya
melakukan muhassabah dengan menghisabnya didunia agar ringan khisab diakherat.
· Imam turmudzi juga meriwayatkan
ungkapan Umar bin Khattab mengenai
urgensi dari muhasabah. Shohabat umar r.a. Mengemukakan: “hisablah
(evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab, dan berhiaslah (bersiaplah)
kalian untuk hari aradh akbar (yaumul hisab). Dan bahwasanya hisab itu akan
menjadi ringan pada hari kiamat bagi orang yang menghisab (evaluasi) dirinya di
dunia “
· Seperti
diterangkan dalam ayat diatas, kita tak akan mampu menghitung nikmat
allah swt yang telah dilimpahkan kepada kita, bahkan sering kita merasa itu
bukan anugerah tetapi seperti menjadi hak kita untuk mendapatkannya, begitu arrahman dan arrohim allah swt kepada
ummatnya.
Khisab terhadap empat nikmat
·
Ada empat nikmat Allah
swt yang akan dimintakan pertanggung jawabannya di akhirat kelak, sebagaimana sabda rasululloh saw yang diriwayatkan oleh at tirmidzi :
Laa ta-dzuulu qodamaa ‘abdi
Yaumal qiyaamati khatta yus
ala ‘an arbain :
”tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya hari kiamat nanti, empat
perkara (yaitu), tentang :
An ‘umrihi fiima atnaahu;
(1) umurnya
untuk apa ia habiskan?;
Wa ‘an ‘ilmiihi fiima fa’ala;
(2) ilmunya
untuk apa ia amalkan?;
Wa ‘an maalihi min aynak-tasabahu
Wa fii ma an-faqohu;
(3) hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?;
Wa ‘an jismihi fiimaa ablahu
(3) hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia
belanjakan?;
Tentang nikmat harta
· Harta itu cobaan bagi manusia, tapi kalau boleh milih pasti banyak yang
memilih dicoba dengan banyak harta dari pada dicoba jadi miskin harta.
· Sebagaimana allah telah berfirman :
Wa'
lamuu
annamaa amwaalukum Wa-awlaadukum fitnatun
Wa-annallooha 'indahu ajrun
'azhiim
[8:28] dan ketahuilah, bahwa hartamu dan
anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi allah-lah
pahala yang besar.
(QS. An Anfaal [8]:28)
Imam at Tirmidzi dalam sunannya kitab Az Zuhd, meriwayatkan bahwa Rasululloh
saw juga menegaskan bahwa :
إِنَّ
لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَفِتْنَةُ أُمَّتِي الْمَالُ
Inna likulla ummati fitnatan ummatiil maalu
“sesungguhnya
setiap umat mendapatkan fitnah dan fitnah umat ini adalah harta.”
· Sudah fitrah manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara lahiriyah
maupun batiniah, telah mendorong manusia untuk memperoleh
harta atau al-mal sebanyak-banyak, kecuali orang zuhud yang sudah berpaling dari harta dan kemewahan dunia.
· Mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tidak ada
yang salah dalam islam, karena agama juga memerintahkan untuk bekerja keras
agar mendapatkan harta yang dibutuhkan.
· Rasululloh saw banyak berpesan mengenai hal ini :
~Sesungguhnya allah mencintai
hambanya yang bekerja. Barangsiapa yang bekerja keras mencari nafkah yang halal
untk keluarganya maka sama dengan mujahid di jalan allah (hr ahmad).
~Jika telah melakukan sholat subuh
janganlah kalian tidur, maka kalian tidak akan sempat mencari rezki (hr thabrani).
· Yang harus diingat bahwa harta bak pedang bermata
dua yang sama tajamnya.
·
Mata pedang sisi yang satu,
~“harta kekayaan adalah sebaik-baik penolong bagi pemeliharaan ketaqwaan kepada allah” (hr.
Ad dailami),
~Harta juga merupakan bekal agar manusia dapat beribadah dengan
sebaik-baiknya. “wajaahiduu biam waalikum wa anfusikum fii sabiilillah“ dan berjihadlah
di jalan allah dengan harta dan jiwamu.
~Kisah nabi sulaiman dalam mengelola kekuasaan dan
harta kekayaan yang berlimpah, istana megah dan harta kekayaan lainnya. Justru
malah membuat nabi sulaiman semakin giat dalam menjalankan perintah dakwah dari
allah. Dalam kisanya dengan kekayaannya ia mampu mengajak ratu bilqis dari
kerajaan saba untuk beriman kepada allah swt.
· Mata pedang sisi lainnya,
~Harta menjadi fitnah atau cobaan bagi kita :“sesungguhnya bagi tiap-tiap umat itu ada fitnah, dan
sesungguh-nya fitnah bagi umatku adalah harta” (hr
at-tirmidzî, no. 2336).
~“bagi tiap sesuatu terdapat
ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan terhadap umatku ialah harta-benda”. (hr.
Tirmidzi)
~Bisa memicu kesombongan seperti yang pernah dilakukan oleh qorun,
yang diungkapkan al qur’an dalam
al_qoshash (28:78) : qoola innamaa uutiituhu 'alaa 'ilmin ….karun berkata: "sesungguhnya aku hanya diberi harta
itu, karena ilmu yang ada padaku".
~Bisa menjerumuskan kita dalam kubur : alhaakumut-takaatsuru , khattaa
zurtumul maqoobir “bermegah-megahan telah
melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke
dalam kubur.“ (at-takasur [102] 1-2) maksudnya:
bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan
seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
~Kisah tsa’labah tsa’labah bin haathib
al-anshariy
Ia berkata kepada rasululloh : “demi dzat yang mengutusmu dengan benar,
seandainya engkau memohon kepada allah agar aku dikaruniai harta (yang banyak)
sungguh aku akan memberikan haknya (zakat/sedekah) kepada yang berhak
menerimanya.”
Lalu rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a: “ya allah, karuniakanlah harta kepada
tsa’labah.”
Kemudian tsalabah mendapatkan
seekor kambing, dan kemudian
kambing itu tumbuh beranak, sebagaimana tumbuhnya ulat. Kota madinah terasa
sempit baginya. Akhirnya, ia pindah jauh dari madinah dan tinggal
di satu lembah (desa).
Karena kesibukannya, sholat berjama’ah hanya shalat zhuhur dan ashar saja, karena kambing itu semakin banyak,
maka mulailah ia meninggalkan shalat berjama’ah sampai shalat jum’at pun ia
tinggalkan, dan ia pun tak mau membayar zakat seperti
yang ia janjikan..........kekayaan
tsalabah telah menjauhkan dari kataatannya kepada allah ta’ala
· Karena itu kecintaan kita kepada harta hendaklah
tidak berlebihan dan allah sudah memperingatkan : “watukhibbunal maalaa khubban jamma” dan kamu mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. (qs. Al-fajr [89]:20)
· Kenapa allah memperingatkan agar tidak mencintai
harta secara berlebihan, karena pemilik mutlak harta itu adalah allah ta’ala, dan sesungguhnya kepunyaan allah apa yang ada di langit dan di bumi. [qs. Yunus : 55].
· Kita hanya diamanati... Dititipi. Kapanpun
pemiliknya mau mengambil.. Manusia harus ridho untuk menyerahkannya.
· Layaknya seseorang yang menitipkan sesuatu, pasti
dia berharap barang titipannya akan dijaga dengan sebaik-baiknya, dan dia pasti
percaya pada orang yang dititipi.
· Kepercayaan yang telah diberikan, jangan sampai
dikhianati, yang membuat kemurkaan orang yang menitipkan. Demikian allah yang
menitipkan harta kepada kita : “berimanlah kamu
kepada allah dan rasul-nya, dan infakkanlah di jalan allah sebagian harta yang
dia telah menjadikan kamu sebagai pemegang amanahnya” (qs. Al-hadid :7)
Jamaah sholat subuh rohimatullah
·
Dari empat nikmat yang dikhisab (umur,
ilmu, sehat dan harta), masalah harta akan mendapat dua pertanyaan dalam hisab nanti, yang pertama : darimana ia dapatkan; kedua : kemana ia belanjakan ?;
Bagimana
memperolehnya,
·
Fenomena
pada dewasa ini, bagaimana cara memperoleh harta dengan jalan apapun dilakukan yang kadang dilebel jargon-jargon
islami dengan mengatakan “alhamdulillah
aku dapat rezeki” padahal itu upeti, korupsi atau grafitasi atau
manipulasi.
·
Memperoleh
harta dengan cara tidak halal sudah menjadi perilaku mengarah keumuman yang ada dalam
masyarakat, dan seolah masyarakat sudah “memaklumkan” bahwa hal itu sebagai kewajaran, dan kalau
tidak mau melakukan malah dianggab hal yang tidak wajar.
·
Keadaan
ini sudah disinyalir oleh rasululloh saw dengan sabdanya :
يَأْتِي عَلَى
النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِي الْمَرْءُ مَا أَخَذَ مِنْهُ؛ أَمِنَ الحَلاَلِ
أَمْ مِنَ الحَرَامِ؟
Yaak tii ‘alannassi zamaan laa yubaaliil-mar-u
maa akhodza minhu, aminal khalaali am minnal kharoomi
Akan datang
bagi manusia suatu jaman dimana orang tidak peduli apakah harta yang
diperolehnya halal atau haram. (hr. Bukhari no 2059),
·
Karena
itu rasululloh saw memperingatkan : barangsiapa mengumpulkan harta dengan tidak sewajarnya
(tidak benar) maka allah akan memusnahkannya dengan air (banjir) dan tanah
(longsor). (hr. Al-baihaqi)
·
Memang nilai dan norma sudah banyak yang berubah, sejak
pertumbuhan ekonomi dijadikan panglima pembangunan, maka “mintset masyarakat
ikut berubah, bahwa indikator keberhasilan seseorang diletakan pada harta
kekayaan yang mampu dikumpulkanya.
·
Orang akan menaruh hormat dan segan karena ia memliki
kemampuan harta yang mumpuni, ia mendapat penghormatan karena kekayaannya
tersebut, sehingga mendorong setiap orang untuk mendapatkan harta kekayaan
itu... Dengan jalan apapun
·
Padaha rasululloh sudah memperingatan sejak 14 abad yang
lalu: jangan kamu mengagumi orang yang memperoleh harta dari yang
haram. Sesungguhnya bila dia menafkahkannya atau bersedekah maka tidak akan
diterima oleh allah dan bila disimpan hartanya tidak akan berkah. Bila tersisa
pun hartanya akan menjadi bekalnya di neraka. (hr. Abu dawud)
·
Kita sering mendengar, jargon yang paradoxial, bahwa “uang bukan
segala-galanya, walaupun kenyataannya
segalanya diperlukan uang” ini membuat
pergeseran persepsi di masyarakat kapitalizm saat ini, bahwa harta adalah mobilisator
status yang signifikan, dibanding lainnya (akhlak, kesantunan, keramahan, dll)
·
Kalau kita tidak berhati-hati dalam hal bagaimana
memperoleh harta ini, akan terjadi penyesalan yang berkepanjangan yaumil
qiyamah nanti, orang yang paling
dirundung penyesalan pada hari kiamat ialah orang yang memperoleh harta dari
sumber yang tidak halal lalu menyebabkannya masuk neraka. (hr. Bukhari).
·
Dampak harta yang haram, menjadikan do’a kita sulit
terkabulkan, sebagaimana dikisahkan nabi shallallahu 'alaihi
wasallam yang
menyebutkan seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga
rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya
berdo'a: ‘wahai tuhanku, wahai tuhanku.’ padahal, makanannya dari barang yang
haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dikenyangkan
dari yang haram, maka bagaimanakah allah akan memperkenankan do'anya?”
(hr. Muslim)
·
Makanan yang haram dan dari hasil
yang haram menyebabkan sholat kita tertolak, ibnu abbas radhiyallahu 'anhu berkata, “allah tidak akan menerima shalat
seseorang yang di dalam lambungnya terdapat makanan haram.” Walollohu
a’lam.
Kemana membelanjakannya.
· Setiap
rupiah nanti akan dihisab kemana kita habiskan.
· Allah
melarang kita membelanjakan harta untuk sesuatu yang haram, sesuatu yang
sia-sia, melarang berfoya-foya, bermegah-megahan, dan menghambur-hamburkan
harta.
(QS.
Al_Baqarah
[2]:195)
Wa-anfiquu fii sabiilillaahi walaa tulquu
bi-aydiikum ilaat-tahlukati wa-ahsinuu innallooha yuhibbul muhsiniin
[2:195] dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan
allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik.
(QS. Al-Baqarah, 2: 267)
Yaa ayyuhaalladziina aamanuu anfiquu min thoyyibaati maa
kasabtum wamimmaa akhrajnaa lakum minal-ardhi
Walaa
tayammamuul khobii-tsa minhu
tunfiquuna walastum bi-aakhidziihi illaa an tugh-midhuu fiihi wa' lamuu annallooha ghoniyyun khamiid
[2:267] Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk
lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah
Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
(QS. Ali ‘Imraan [3]: 92)
Lan
tanaaluu lbirra hattaa tunfiquu mimmaa tuhibbuuna wamaa tunfiquu min syay-in
fa-innallaaha bihi 'aliim
[3:92] kamu sekali-kali tidak sampai kepada
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu
cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya allah mengetahuinya.
( QS. Saba’ [34]:39)
Qul inna
rabbii yabsuthu rrizqa liman yasyaau min 'ibaadihi wayaqdiru lahu wamaa
anfaqtum min syay-in fahuwa yukhlifuhu wahuwa khayru rraaziqiin
[34:39] katakanlah:
"sesungguhnya tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-nya di
antara hamba-hamba-nya dan menyempitkan bagi (siapa yang
dikehendaki-nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka allah
akan menggantinya dan dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya.
·
Semoga harta yang diamanatkan allah kepada kita mendapat
barokah dari allah ta’ala, dalam
kitab riyadus shalihin dijelaskan bahwa yang dimaksud barokah adalah
sesuatu yang dapat menambah kebaikan kepada sesama, ziyadatul khoir 'ala al ghoir.
Harta-harta yang barokah itu,
haruslah yang halal dan baik, karena sesuatu yang diambil dari yang tidak halal
dan tidak baik tidak mungkin mampu mendorong kita kepada kebaikan diri maupun
orang lain, sebagaimana isyarat allah swt.
Dalam QS. Al Baqarah (2:168) :
Yaa ayyuhaannaasu kuluu mimmaa
fiil-ardhi khalaalan thoyyiban
walaa tattabi'uu khuthuwaatisy-syaythooni
innahu lakum 'aduwwun mubiin
[2:168] hai sekalian manusia, makanlah
yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang nyata bagimu.
·
Mencari harta
dengan cara yang halal thoyyibah menjadi suatu suatu kuajiban bagi seorang
mukmin sesudah kewajiban sholat, sebagaimana disabdakan rasululloh saw:
طَلَبُ الْحَلاَلِ فَرِيْضَةٌ
بَعْدَ الْفَرِيْضَةِ .
"mencari yang halal itu adalah kewajiban
sesudah shalat fardlu".
·
Maka dari itu,
dalam memandang harta, coba kita lihat kebawah, tapi dalam melihat kebaikan
orang kita lihat keatas.
· Sebuah hadits menjelaskan : “dari Abu Hurairah ra.
Berkata: Rosulullah bersabda: “ lihatlah orang yang berada lebih rendah dari kamu, dan
jangan melihat orang yang berada lebih tinggi dari kamu, yang demikian itu
lebih layak agar kamu tidak merasa
kurang atas nikmat allah kepada kamu” (hadist muttafaq ‘alaih)
· Seorang
sahabat datang kepada nabi saw dan bertanya, "ya
Rasulullah, tunjukkan
kepadaku suatu amalan yang bila aku amalkan niscaya aku akan dicintai Allah dan manusia." Rasulullah saw menjawab,
"hiduplah di dunia dengan berzuhud (bersahaja) maka kamu akan dicintai
allah, dan jangan tamak terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya kamu
akan disenangi manusia." (HR. Ibnu Majah).
Sebagai penutup, kita renungkan kisah seorang milyader
mukmin dengan kaos kaki bututnya....!!
Seorang mukmin kaya, saat
mendekati ajal didepan seluruh anak-anaknya berwasiat :
~ “ anakku nanti kalau bapak
meninggal, pakaikan kaos kaki kesayangan ayah ini, walau udah butut (bolong
lagi) karena ada nilai sejarah buat ayah..” Kata ayahnya sambil menyerahkan
kaos kaki yang sudah bolong.
~ Ya ayah, akan kami lakukan !!
Kata anaknya sulungnya.
Tiba saat ayahnya meninggal,
anaknya sudah menyiapkan kaos kaki yang harus dipakaikan kepada mayat ayahnya setelah
dimandikanbapaknya.
Namun oleh para pentakziah
yang meerawat mayat ayahnya tidak memperkenankan, karena menurut syariat, hanya
2 lembar kain kafan saja yang boleh dipakaikan...!
Terjadi perdebatan, anaknya tetap
yang ingin melaksanakan wasiat ayahnya,
sebagai bhaktinya kepada orang tua.
Saat perdebatan itu, datang
seseorang yang selama ini dikenal sebagai notaris ayahnya menyerahkan surat
wasiat kepada anaknya supaya dibaca
Dalam wasiatnya ayahnya ”
anak-anaku ayah tau kamu lagi bingung tidak bisa melaksanakan wasiat ayah,
untuk memakaikan kaos kaki robek itu, padahal ayah memiliki harta banyak tetapi
saat ayah meninggal kaos kaki robek aja ayah tidak bisa membawanya, karena itu
anak-anakku jangan tertipu dengan duniawi.. Jadikan hartamu untuk lebih
mendekatkan diri kepada allah swt. !!!....
Anak-anaknya terharu
!!!, tentu kita semua juga terharu..... Tapi yang lebih penting mengambil
hikmah dari kisah ini.
Waloohu
a’lam bishowab
Demikian yang saya sampaikan
bila itu kebenaran, merupakan kebenaran yang datangnya dari allah semata, karena
sifat-nya yang al haaq/yang maha benar,
Kalau ada salahnya, itulah
kesalahan saya sebagai manusia,
Yang sifatnya memang deket
dengan kekhilafan
Seperti kata pepatah arab :
“al
insaanu makhallul khoto wan nisyaan”.
ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ
ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ
ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ
Subhanakallahumma
wabihamdika
Asyhadualla ilahailla
anta
Astagfiruka wa’atubu
ilaik
“maha suci engkau ya allah, dengan memuji-mu aku bersaksi bahwa
tiada sesembahan yang haq disembah melainkan diri-mu, aku memohon
pengampunan-mu dan bertaubat kepada-mu.”
(hr.
Tirmidzi, shahih).
Nas-alullah
as-salamah wal ‘afiyah/
Hanya kepada allah kita mohon keselamatan.
Wallahu
waliyyut taufiq was sadaad.
Wassalamu’alaikum
warahmatulloohi wabarokatuh
Ya rabb “allaahumma innii a’uuzubika min zawaali ni’matika wa tahawwuli
‘aafiyatika wa fujaa ‘ati niqmatika wa
jamii’i sakhatika”/
“ya
allah, aku berlindung kepada-mu dari lenyapnya kenikmatan dari-mu, berubahnya
(hilangnya) kesejahteraan dari-mu, siksa-mu yang datang dengan tiba-tiba, dan
dari segala kebencian-mu. (h.r. Muslim)” .
Ya rabb, “allaahumma innii as ‘alukal hudaa wat tuqoo wal ‘afaafa
wal ginaa”/
“ya
allah, aku memohon kepada-mu petunjuk, ketakwaan, kesuciaan diri, dan kekayaan (h.r.
Muslim)”.
0 komentar:
Posting Komentar